Datang menepati Janji

Reyhan menatap Laura yang tampak sedang melamun, "Ra... Apa kamu sudah mengingatku sekarang?" tanyanya menyadarkan Laura dari lamunan.

"Eh... I-iya... Saya sudah mengingat anda sekarang!" jawabnya, "Hahah kalau kamu sudah mengingatku, kenapa kamu terlihat sangat canggung? Dan cara bicaramu juga kenapa sangat formal padaku? Ayolah tidak usah seperti itu santai saja Ra.... " ucap Reyhan tertawa renyah.

"Sa-saya rasa tidak bisa, karena anda adalah seorang CEO!" ujar Laura terbata, "Ra... Jangan memandang pangkatku! Aku Reyhan masihlah sama ketika aku dulu menawarkan diri untuk berteman denganmu! Dan aku mencarimu untuk memberi jawaban atas pertanyaan yang 14 tahun itu kamu ajukan padaku!" serkah Reyhan.

"Tunggu! Jangan bilang kalau dia mempercayai ucapanku dulu! Ahh jangan sampai tuhan, aku belum siap seperti ini!" lenguhnya dalam hati.

"Pe-pertanyaan apa?" Kaki Laura serasa mati rasa, ia takut apa yang ada di dalam fikirannya benar-benar akan di ucapkan oleh Reyhan, "Yah... Seperti apa yang tadi aku katakan, dulu kamu memintaku untuk menjadikanmu milikku dan aku setuju untuk memenuhinya sekarang! Jadi kapan kamu siap untuk resepsi pernikahan kita?" ungkap Reyhan.

Seketika Laura kembali tercengang, "Hahah Pak Reyhan ini bercanda yah? Masa iya pak Reyhan mempercayai omongan anak berusia 6 tahun sih hahah!" seka Laura tertawa garing berusaha bersikap tetap tenang.

"Jangan memanggilku pak! Apa aku terlihat sangat tua di matamu? Panggil saja aku kak Rey atau namaku secara langsung!"Potong Reyhan kesal, "Ehh ba-baiklah kak!" jawaban itu sangat membuat Reyhan puas dalam hati.

"Aku serius Ra... Aku serius mengatakan ini, aku tau ini terlalu cepat bagimu tapi tidak bagiku yang selalu mencarimu kemana-mana, dan senantiasa mengingat ucapanmu selama bertahun-tahun!" kata Reyhan.

Begitu sangat terkejutnya Laura hingga kepalanya terasa sakit lagi, "Ma-maaf kak! Aku terlalu pusing memikirkan ini semua, apalagi kakak tadi membahas soal resepsi, maaf aku masih ingin melanjutkan pendidikan lagian kita baru bertemu hari ini, jadi aku belum bisa menerima kakak!" tolak Laura secara halus.

"Aku mengerti Ra... Kamu juga butuh waktu untuk memikirkannya, aku tidak mau egois dalam hal hubungan, dan aku tidak mau menekanmu! Aku akan selalu sabar untuk menunggu jawabanmu Ra... Biarlah kali ini giliranku lagi yang menunggu jawaban walaupun aku tau setelah kita tidak bertemu lagi kamu juga sudah lupa akan kata-katamu dulu dan lupa untuk menunggu jawaban dariku!" Balasnya terdengar sangat kecewa.

Laura membuang muka, ia sama sekali tak ingin bertatapan dengan Reyhan, "Maaf, kalau begitu aku harus pergi sekarang!" baru satu langkah dirinya berjalan, tapi Reyhan sekali lagi menahannya, "Biar aku mengantarmu pulang!" tawarnya.

"Tidak usah! Kalau begitu aku pamit kak!" Reyhan tak lagi menghalagi, ia sadar bahwa mungkin Laura masih sangat terkejut akan Dirinya, "Makasih karena kamu telah merawat dirimu dengan baik Ra, dulu aku sempat Kecewa karena kamu pindah tanpa berpamitan padaku! Tapi tidak apa-apa karena sekarang aku tidak akan membiarkanmu pergi tanpa pamit lagi!" lirih Reyhan dalam hati.

***

Pada saat Laura sudah sampai di depan rumahnya, ia tampak sangat lelah dengan keringat yang memenuhi kulit wajahnya, "Kakak dari mana? Kenapa kakak terlihat sangat lelah, padahal bukannya hari ini kakak tidak ada jadwal kuliah?" Maira datang dengan seragam sekolah masih melekat pada tubuhnya, ia menghampiri kakaknya yang kini tengah membuka kancing baju bagian atas kemejanya sambil berjongkok dihadapan kipas angin, menekan tombolnya lalu membiarkan angin dari kipas itu menyejukkan tubuhnya.

"Aaa... Akhirnyaa...." lenguh panjang Laura dari pantulan angin dari kipas tersebut, Tiba-tiba Maira mencabut colokan kipas angin itu, membuat langsung berdecak kesal, "Maira!!! Kenapa kamu mencabutnya? Pasang kembali, kakak sangat kepanasan!."

Maira menghentakkan kaki sambil berkata, "Jawab dulu pertanyaanku! Kakak dari mana?" Laura menatap adiknya dengan datar, "Kakak menemui seorang teman! Sudah kan! Jadi sekarang pasang kembali colokannya, kakak sangat gerah sekarang!" Cetusnya mengibas-ngibaskan tangan didepan wajahnya.

"Teman yang mana?" tanya Maira lagi, "Kamu tidak perlu tau!!! Udah... Pasang colokannya sekarang!!!" pinta Laura menjerit.

"Tidak mau!, kalau kakak mau memasangnya, yah pasang sendiri!" Maira menolak lalu pergi meninggalkan kakaknya yang begitu sangat kesal. "Maira!!! Dasar adik durhaka!" jeritnya memenuhi ruangan, "Hahah bwekkk... Siapa suruh kakak main rahasia-rahasiaan sama aku!" ledek Maira tertawa terbahak-bahak.

"Oke kalau begitu kakak tidak akan memasak untukmu!" katanya, "Terserah kakak! Aku masih bisa masak sendiri!" timpal Maira dengan santai.

Laura menggertakkan gigi, ia berusaha untuk tidak emosi lagi, "Kak!" panggil Maira pelan, "Apa!!!" serunya membalas dengan nada tinggi.

"Udahlah kak! Jangan terlalu lama marah nanti cepat tua, kan kalau diusia muda kakak udah kerutan nanti tidak akan ada yang mau menjadi kakak iparku!" ledek Maira lagi dengan ucapan menusuk.

"Adikku sayang! Bisakah kamu berhenti membuat kakakmu ini marah? Bisa-bisa kakakmu ini naik darah karena omonganmu itu!!!" geram Laura.

"Heheh oke... Oke... Aku mau memberitahu kalau Ada undangan pernikahan untuk kakak! Dan itu ada 2 dari keluarga mempelai pria dan wanita juga! Ahh dan yang membuat Maira terkejut itu kak, mempelai wanitanya adalah Keyla, anaknya paman yang dulu mengusir kita dari rumah lama" Maira belum memberitahu kalau mempelai prianya adalah mantan dari kakaknya sendiri, ia takut jika kakaknya itu bertambah syok.

"Ohh dimana undangannya kakak mau lihat siapa yang akhirnya menjadikan Keyla orang sombong dan jahat itu sebagai istrinya!" Laura menjulurkan tangan meminta kepada adiknya, akan tetapi Maira menggeleng.

"Itu... Tidak usahlah kak, lagian kakak tidak akan menghadirinya kan?" elaknya, "Kenapa kakak tidak akan menghadirinya? Selagi kakak di beri undangan yah... Kakak dengan senang hati akan pergi memberikan selamat, lagian kakak mau melihat mempelai prianya, jadi sini undangannya!"

"Tapi kalau kakak sudah melihatnya, jangan marah ya?" imbuh Maira membuat kakaknya itu menaruh curiga padanya.

"Marah? Kenapa kakak harus marah? Memangnya Siapa mempelai prianya? Masa depan kakak! Ck tidak mungkin kan?" Tukas Laura bercanda, "Bukan masa depan! Tapi masa lalu kakak, tunggu sebentar!" Jawab Maira dengan suara kecil tapi masih bisa didengar samar oleh kakaknya.

Ia berlari ke arah Kamarnya, kembali dengan membawa 2 undangan pernikahan, "Ini kak!" diserahkannya undangan tersebut.

Laura menghela nafas lalu membuka undangan tersebut secara cepat, Hingga matanya melotot, "Ini.... Kenapa nama lengkap Yohan bisa ada di undangan ini? Dan dia adalah mempelai prianya? Bagaimana bisa ini semua terjadi? Aku dan Yohan sebentar lagi akan menjadi keluarga, dia... Akan jadi sepupu iparku?" lirih Laura dalam hatinya.

"kak! Kakak kenapa?" panggil Maira menyadarkan kakaknya yang melamun, "Maira... Kakak mau tanya, siapa yang membawa undangan ini? Dan kenapa kakak merasa kamu tau sesuatu soal masalah kakak?" curiga Laura.

"Begini kak, tadi sebelum aku sampai didepan pintu, paman dan bibi datang memberiku undangan terus langsung pulang! Terus saat paman baru aja pergi, ada cowok tinggi, berkulit putih juga datang bawa undangan, cowok itu bertanya soal kakak lagi apa akhir-akhir ini, apa kakak baik-baik aja, terus pergi juga, itu aja! "tutur Maira.

"Ohh terus pertanyaan terakhir kakak, kenapa tidak dijawab?" Laura menyilangkan kedua tangannya didepan dada, menatap adiknya itu dengan serius, "Eheheh tapi jangan marah ya kak! Sebenarnya aku pernah melihat pesan di ponsel kakak terus isi ponsel itu soal hubungan kakak yang ehhh.... Putus!" jawab Maira sedikit takut.

"Tapi kenapa kakak tidak pernah melihat pesan itu?" selidiknya lebih lanjut, "Aa-aku sudah menghapusnya sebelum kakak lihat karena aku tidak mau melihat kakak menangis lagi!" ujar Maira merasa iba.

Laura memutar bole matanya, "Jadi Dugaanku benar kalau Maira tau soal hubunganku! Pantas saja tadi dia tidak memberiku undangan itu, tapi aku juga sangat terkejut! Jangan-jangan perempuan yang dijodohkan oleh orangtuanya adalah Keyla, dan Keyla jugalah yang kulihat makan bersama Yohan di kantin kampus? Sungguh... Mereka berdua memang pasangan serasi!" Maira mengangkat sebelah sudut bibirnya, ia tersenyum sinis seperti ada maksud di balik itu semua.

Terpopuler

Comments

Just Rara

Just Rara

datang aja ke pestanya yohan laura tp km aja deh tu si reyhan😏😏

2021-11-27

0

Alya Yuni

Alya Yuni

Si Laura ju bego bngat msih mau mengharap lki mcm Yohan move on Laura

2021-11-15

0

Lanang sejati

Lanang sejati

masih tajiir rehan

2021-08-15

0

lihat semua
Episodes
1 Bukan Lamaran? (Visual)
2 Teriaknya ditengah keramaian
3 Sumpahnya!
4 Iya atau Yes!
5 Suami?
6 Penyebab Laura Menangis
7 Tidak Yakin!
8 Kenangan Masa Kecil
9 Datang menepati Janji
10 Pernikahan Mantan
11 Berusaha Terlihat Kuat
12 Benar-benar Muak
13 Gombalnya
14 Ungkap Reyhan
15 Perlakuannya
16 Menjemput Laura!
17 Orang berbahaya!
18 Ketemu Mantan Lagi
19 Sikapnya yang Lembut
20 Malu!
21 Karena Luka biasa
22 Membicarakanku atau tidak?
23 Tatap Aku Ra!
24 Ke Toko Perhiasan
25 Ada Apa Dengannya?
26 Malah tertawa
27 Ke Pesta Ulangtahun
28 Aku cemburu!
29 Hanya Karena Sebuah Kalung
30 Bodoh!
31 Bertarung Lewat Tatapan
32 Adu Mulut
33 Perjalanan Pulang
34 Senjataku?
35 Menampar Reyhan
36 Keluarga Vanno
37 Ada Manis-manisnya
38 Ungkapan Sang Sahabat
39 Genggaman Tangan
40 Vanno Mengantar Pulang
41 Menunggu Vanno
42 Saling Menggoda
43 Di Depan Toilet
44 Pembuktian?
45 Tiga Pria
46 Ingin Membicarakan Sesuatu
47 Vanno yang Salah Tingkah
48 Harapan
49 Sesuatu yang penting itu
50 Gigitan Sebagai Tanda Kepemilikan!
51 Waktu Untuk Menemui Reyhan
52 Reyhan Murka
53 Akan Kesepian
54 Membujuk
55 Curiga dengan telfonan
56 Ingin kejujuran Laura
57 Seperti Sebuah Ancaman
58 Keputusan Yang Tiba-tiba
59 Keberangkatan Maira
60 Pesan kakak!
61 Di Lihat Vanno
62 Marahi Saja Aku!
63 Pertanyaan Yang Sama
64 Menginap Dirumah Laura
65 Makanan Pemberian Reyhan
66 Ancaman dari Ayah
67 Bagaimana ini?
68 Undangan?
69 Mimpi Buruk
70 Ke Rumah Vanno
71 Ejekan dari Keyla
72 Reyhan bukan Vanno
73 Karena Payung
74 Mandi!
75 Memakai Pakaian Laura
76 Petir
77 Jelas Laura
78 Tertidur pulas
79 Masuk Kamar Tanpa Izin
80 Minuman
81 Sudah bereaksi
82 Akhirnya Menjadi Miliknya
83 Bukan Mimpi?
84 Mengakhiri Hubungan?
85 Kenapa harus seperti ini!!!
86 Mencurigai
87 Membuang Sesuatu
88 Pernikahan Vanno
89 Alasan Yang Tidak Masuk Akal Itu Lagi
90 Kecelakaan
91 Melihat Yohan
92 Sepi Dalam Ruangan
93 Niat Vanno
94 Kata Dokter
95 Mereka Mau Kemana?
96 Tanpa Ada Keluarga
97 Butik
98 Gaun!
99 Cincin Lamaran
100 Seperti Tak Nyata
101 Pemaksaan
102 Melihat Cincin
103 Tak Ingin Menyembunyikan Apapun Lagi
104 Kepergian Vanno
105 Sayangku?
106 Tinggal Dengan Reyhan
107 Sekamar
108 Tak Bisa lagi Percaya
109 Ada Apa di Lantai 2?
110 Sikap Reyhan yang berubah-ubah
111 Mengusir Pembantunya
112 Surat
113 Alesa, Sepupu Reyhan
114 Ibu?
115 Lolucon?
116 Ruang Kerja
117 Mendengar Semuanya
118 Tunggu Saja
119 Aku Merindukanmu
120 Sangat Menyenangkan
121 Berbicara dengan Yohan
122 Fakta Malam Itu
123 Mengungkap Kebenaran
124 Di Usir
125 Ingin Menceraikan Alesa
126 Apa yang Laura Fikirkan?
127 Kembali Ke Rumah Reyhan
128 Darah!!
129 Kamu Pasti Senang kan?
130 Perceraian
131 Ajakan Vanno
132 Reyhan Datang
133 Penjelasan Maira
134 Ketemu Ayah Vanno
135 Hangatnya Keluarga Vanno
136 Derita Alesa
137 Melahirkan
138 Terprovokasi
139 Akhir Hidupnya
140 Rencana Pernikahan
141 Sangat Gugup
142 Di Tembak
143 Tapi?
144 Kedatangan Maira Dan Revan
145 Cerita Revan
146 Reyhan menanyakan kabar
147 Revan Ternyata....
148 Saudara?
149 Bangun
150 Bahagia -THE END
151 TERIMAKASIH
152 Info Karya Baru "CINTA CEO TAMPAN"
Episodes

Updated 152 Episodes

1
Bukan Lamaran? (Visual)
2
Teriaknya ditengah keramaian
3
Sumpahnya!
4
Iya atau Yes!
5
Suami?
6
Penyebab Laura Menangis
7
Tidak Yakin!
8
Kenangan Masa Kecil
9
Datang menepati Janji
10
Pernikahan Mantan
11
Berusaha Terlihat Kuat
12
Benar-benar Muak
13
Gombalnya
14
Ungkap Reyhan
15
Perlakuannya
16
Menjemput Laura!
17
Orang berbahaya!
18
Ketemu Mantan Lagi
19
Sikapnya yang Lembut
20
Malu!
21
Karena Luka biasa
22
Membicarakanku atau tidak?
23
Tatap Aku Ra!
24
Ke Toko Perhiasan
25
Ada Apa Dengannya?
26
Malah tertawa
27
Ke Pesta Ulangtahun
28
Aku cemburu!
29
Hanya Karena Sebuah Kalung
30
Bodoh!
31
Bertarung Lewat Tatapan
32
Adu Mulut
33
Perjalanan Pulang
34
Senjataku?
35
Menampar Reyhan
36
Keluarga Vanno
37
Ada Manis-manisnya
38
Ungkapan Sang Sahabat
39
Genggaman Tangan
40
Vanno Mengantar Pulang
41
Menunggu Vanno
42
Saling Menggoda
43
Di Depan Toilet
44
Pembuktian?
45
Tiga Pria
46
Ingin Membicarakan Sesuatu
47
Vanno yang Salah Tingkah
48
Harapan
49
Sesuatu yang penting itu
50
Gigitan Sebagai Tanda Kepemilikan!
51
Waktu Untuk Menemui Reyhan
52
Reyhan Murka
53
Akan Kesepian
54
Membujuk
55
Curiga dengan telfonan
56
Ingin kejujuran Laura
57
Seperti Sebuah Ancaman
58
Keputusan Yang Tiba-tiba
59
Keberangkatan Maira
60
Pesan kakak!
61
Di Lihat Vanno
62
Marahi Saja Aku!
63
Pertanyaan Yang Sama
64
Menginap Dirumah Laura
65
Makanan Pemberian Reyhan
66
Ancaman dari Ayah
67
Bagaimana ini?
68
Undangan?
69
Mimpi Buruk
70
Ke Rumah Vanno
71
Ejekan dari Keyla
72
Reyhan bukan Vanno
73
Karena Payung
74
Mandi!
75
Memakai Pakaian Laura
76
Petir
77
Jelas Laura
78
Tertidur pulas
79
Masuk Kamar Tanpa Izin
80
Minuman
81
Sudah bereaksi
82
Akhirnya Menjadi Miliknya
83
Bukan Mimpi?
84
Mengakhiri Hubungan?
85
Kenapa harus seperti ini!!!
86
Mencurigai
87
Membuang Sesuatu
88
Pernikahan Vanno
89
Alasan Yang Tidak Masuk Akal Itu Lagi
90
Kecelakaan
91
Melihat Yohan
92
Sepi Dalam Ruangan
93
Niat Vanno
94
Kata Dokter
95
Mereka Mau Kemana?
96
Tanpa Ada Keluarga
97
Butik
98
Gaun!
99
Cincin Lamaran
100
Seperti Tak Nyata
101
Pemaksaan
102
Melihat Cincin
103
Tak Ingin Menyembunyikan Apapun Lagi
104
Kepergian Vanno
105
Sayangku?
106
Tinggal Dengan Reyhan
107
Sekamar
108
Tak Bisa lagi Percaya
109
Ada Apa di Lantai 2?
110
Sikap Reyhan yang berubah-ubah
111
Mengusir Pembantunya
112
Surat
113
Alesa, Sepupu Reyhan
114
Ibu?
115
Lolucon?
116
Ruang Kerja
117
Mendengar Semuanya
118
Tunggu Saja
119
Aku Merindukanmu
120
Sangat Menyenangkan
121
Berbicara dengan Yohan
122
Fakta Malam Itu
123
Mengungkap Kebenaran
124
Di Usir
125
Ingin Menceraikan Alesa
126
Apa yang Laura Fikirkan?
127
Kembali Ke Rumah Reyhan
128
Darah!!
129
Kamu Pasti Senang kan?
130
Perceraian
131
Ajakan Vanno
132
Reyhan Datang
133
Penjelasan Maira
134
Ketemu Ayah Vanno
135
Hangatnya Keluarga Vanno
136
Derita Alesa
137
Melahirkan
138
Terprovokasi
139
Akhir Hidupnya
140
Rencana Pernikahan
141
Sangat Gugup
142
Di Tembak
143
Tapi?
144
Kedatangan Maira Dan Revan
145
Cerita Revan
146
Reyhan menanyakan kabar
147
Revan Ternyata....
148
Saudara?
149
Bangun
150
Bahagia -THE END
151
TERIMAKASIH
152
Info Karya Baru "CINTA CEO TAMPAN"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!