"Kau tahu? Pak Ryan tadi bersama seorang karyawan wanita di kantin. Mereka hanya berdua. Aku melihatnya sendiri!" ucap seorang wanita.
"Iya betul. Aku juga dengar dari para karyawan saat kembali dari kantin. Aku begitu heran dengannya, selama aku bekerja di sini tak pernah sekalipun melihat pak Ryan masuk ke dalam kantin." ucap salah satu wanita lainnya.
"Aku pun heran. Dan ternyata, ada beberapa karyawan yang sering melihat kebersamaan mereka! Aku penasaran ada hubungan apa mereka. Dan apa kau tahu siapa karyawan wanita itu dan di divisi mana dia bekerja?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu. Tapi aku sangat penasaran sekali, bagaimana wanita itu bisa mendekati pak Ryan yang seorang Bos besar , tampan, gagah, kaya raya! Apa dia menggodanya!" ucap kembali salah satu wanita itu.
Deg. Jantung Alika serasa berhenti berdetak. Hati Alika terpukul mendengar semua perkataan dari dua wanita itu.
Dirinya sudah menduga akan banyak sekali pembicaraan tentang dirinya. Apalagi sampai mereka mengira dirinya mendekati Ryan karena ada sesuatu yang terselubung.
Setelah dirasa kedua wanita yang membicarakannya sudah pergi, Alika memberanikan diri keluar dalam keadaan air mata yang sudah mengalir di pipinya. Mengusap air mata dan merapihkan penampilannya, dia akhirnya memutuskan untuk kembali ke ruangan kerjanya.
Sesampai di ruangan kerja, para karyawan menatap dirinya dengan sedikit berbisik bersama rekan kerjanya. Mereka membicarakan apa yang sudah mereka lihat saat di kantin.
Dengan langkah cepat tanpa memperdulikan mereka, Alika menuju meja kerjanya. Belum saja sampai, seorang kepala divisi memberitahunya, bahwa Alika dipanggil keruangan pak Ryan.
Dengan penuh tanda tanya, Alika akhirnya pergi menuju ruangan Ryan sesuai dengan arahan kepala divisi. Menuju lift, dimana lantai paling atas keberadaan ruangan Ryan berada.
"Maaf, apakah betul saya Reyna Salika diminta untuk menghadap Bapak Ryan?" tanya Alika pada seorang sekretaris yang berada di depan pintu ruangan Ryan.
"Betul sekali. Silahkan masuk, pak Ryan sudah menunggu di dalam. Mari saya antar." senyum wanita tersebut, dan mengantarkan Alika sampai masuk ke dalam ruangan.
Begitu pintu terbuka, Alika terkejut dengan keberadaan kedua orang tua Ryan di sana. Keberadaan kedua orang tua Ryan tentu saja dengan sengaja datang ke perusahaan, karena sudah melaksanakan meeting antara pemegang saham. Kedua orang tuanya masih memiliki saham sekitar 30℅ dari kepemilikan perusahaan. Dengan Ryan yang mendominasi sekitar 45% dan sisanya terbagi oleh pemegang saham lainnya.
"Maaf mengganggu, Bapak memanggil saya?"
mencoba bersikap sewajar mungkin, mengingat dia berada di tempat pekerjaan. Ryan hanya tersenyum manis.
"Alika, hallo sayang... mari duduk." Melisa menghampiri Alika dan menautkan kedua pipinya.
"Silahkan duduk nak Alika. Buatlah dirimu senyaman mungkin. Jangan terlalu tegang, kami hanya ingin mengobrol saja denganmu." imbuh Raditya setelah melihat raut muka Alika yang tegang.
"Benar sayang, mari duduklah. Bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya melisa kembali.
"Baik Bu, terima kasih."
"Sudahlah jangan terlalu formal. Kami sengaja memanggil mu kemari untuk menanyakan perihal obrolan kita kemarin. Bagaimana keputusanmu?" Melisa yang tidak sabar atas keputusan Alika.
Alika hanya terdiam, sebenarnya dia belum mempunyai jawaban yang pasti. Dia masih ragu untuk mengambil keputusan, karena itu sangat tidak mudah. Walaupun kini dia menyadari bahwa dirinya jatuh hati pada Ryan. Tetapi tidak yakin dengan keadaan kehidupannya.
"Kenapa? kamu masih ragu dengan kesungguhan Ryan?" Melisa yang sudah merasa tidak ada harapan baginya memiliki menantu seperti Alika."Ryan kau bicaralah, katakan kau bersungguh-sungguh kepada Alika!"
Mendengar namanya disebut, Ryan dengan sigap mengutarakan isi hati yang sesungguhnya. Mengenyampingkan keberadaan orang tuanya, demi Alika wanita sang pemikat hatinya dia tidak perduli lagi walaupun dirinya merasa sangat malu.
"Ehem. Alika, dengarkan aku. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi agar kamu percaya padaku. Walaupun kamu meminta untuk aku melakukan hal aneh agar kau percaya padaku, akan aku lakukan!" diam sejenak untuk melihat raut muka Alika.
"Aku jatuh hati padamu saat pertama kita bertemu. Saat aku terus memikirkan mu, aku berusaha untuk mencarimu sampai pada akhirnya takdir mempertemukan kita di sini. Aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bisa hidup bersamamu, membahagiakanmu, sampai maut memisahkan. Aku sungguh jatuh cinta padamu! Perasaan yang tak pernah kutemukan pada wanita lain yang pernah ku temui." Ryan menjelaskan dengan mengiba. Mengutarakan isi hati yang sesungguhnya.
Alika hanya terdiam terpaku atas pengungkapan isi hati Ryan, apalagi ini didepan kedua orang tuan Ryan. Dia belum dapat memberikan keputusannya. Dia masih merasa bimbang akan hatinya yang takut sesuatu hal apapun itu jika ia menerima Ryan.Terutama keadaan dirinya yang berasal dari kalangan bawah.
"Saya butuh waktu untuk meyakinkan hati saya. Banyak alasan yang harus saya pikirkan matang-matang. Bapak sendiri tahu, saya wanita yang berasal dari keluarga tidak punya. Saya merasa sangat tidak pantas menjadi pendamping hidup bapak, sekaligus menantu dari Bapak dan ibu pratama yang sangat terhormat! Apakah pak Ryan tidak malu memiliki calon istri wanita biasa seperti saya?"
Ryan hanya menggelengkan kepalanya. Dia berharap Alika tidak memiliki pemikiran yang aneh seperti yang dia katakan. Dia tidak peduli dengan hal itu semua, dia berpikir bahwa seorang pasangan harus saling melengkapi satu sama lain.
"Kau jangan berpikir seperti itu. Kami memang dari keluarga yang memang bisa dikatakan lebih baik dari orang yang kurang beruntung. Tapi kami tidak seperti yang kau pikirkan. Kita semua sama dimata tuhan. Yang membedakan adalah akhlaknya. Dan kami menemukan itu di dalam dirimu yang kami yakin kau adalah terbaik untuk Ryan." bela Tuan Raditya membenarkan.
"Itu benar sekali Alika. Jangan melihat kami dari satu sisi penglihatan saja. Kami sangat terbuka bagi siapapun. Ryan yang mungkin berjodoh dengan wanita manapun,dari latar belakang seperti apapun yang terpenting itu adalah kesungguhan hati. Bila itu yang terbaik untuk Ryan kami akan selalu mendukung dan merestuinya."
Alika kembali terdiam. Dia tersadarkan oleh semua pencerahan dari kedua orang tua Ryan. Sungguh bijaksana sekali mereka.
Setelah berpikir,
"Baiklah, saya hanya perlu waktu untuk meyakinkan kedua orang tua saya di kampung halaman. Begitu juga dengan pak Ryan. Alangkah baiknya bapak mengenal dahulu bagaimana keadaan keluarga saya terlebih dahulu sebelum memutuskan." jelasnya tegas.
"Sangat setuju. Aku setuju dengan keputusan Alika. Agar tidak ada rasa kekecewaan diantara salah satu pihak, terutama Alika. Kau harus yakin, dengan mengenal keluarga Alika dan meminta restu kedua orang tuanya. Karena itu yang terpenting." bijak Tuan Raditya.
"Mamah akan selalu mendukungmu sayang. Buktikan kesungguhanmu! Jadi kapan Kamu pulang Alika untuk menemui kedua orang tuamu?"
"Mungkin lusa, karena kebetulan tanggal merah dan tentunya libur kerja."
"Ide bagus. kalau begitu Mama akan mempersiapkan semuanya?" Melisa yang sudah merasa sangat senang.
"Kamu bicara apa Ma? Kamu tidak berencana untuk ikut bukan?" tanya Tuan Raditya pada Melisa.
"Tentunya Papa sayang... Ini merupakan moment bagi anak kita, kita harus ikut."
"Tidak perlu! Hanya Ryan yang akan ikut dengan Alika atau mungkin bersama Revan juga." titah tuan Raditya kepada istrinya.
"Iya Ma. Jika semuanya berjalan sesuai dengan harapan, Ryan pasti akan mengabari Papa dan Mama untuk menyusul ke sana. Sekaligus untuk melamarkan Ryan." menatap ke arah Alika yang terlihat tersipu malu.
"Baiklah,semua sudah selesai. Kita tunggu bagaimana keputusannya." semuanya menganggukkan kepala seraya setuju.
Ceklek
Suara handle pintu tertarik, seolah ada orang yang memasuki ruangan Ryan.
"Untuk apa kau kesini!" ucap Ryan.
.
.
.
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
...Jangan lupa like dan komen ya 😉...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments