"Percayalah." memegang jemari tangan Alika mencoba meyakinkan sepenuh hati.
Alika dengan cepat melepaskan genggaman tangan Ryan. "Pak, saya hanya wanita biasa. Bukan wanita dari kalangan atas seperti bapak. Sangat tidak pantas bapak maupun saya memiliki perasaan seperti itu."
Ryan menundukkan kepala sejenak."Alika... kau sungguh keras kepala. Aku tahu perasaanmu terhadapku sama halnya seperti perasaanku kepadamu." berkata didalam hatinya. Ryan mengambil napas dalam-dalam dan melepaskannya pelan.
"Kamu ingin aku melakukan apa agar percaya dengan perasaanku padamu?! Semua akan kulakukan untuk menunjukan cintaku padamu!" tantang Ryan kepada Alika.
"Tidak ada yang perlu bapak lakukan. Karena itu tidak mungkin. Saya permisi pak." berdiri hendak akan pergi meninggalkan Ryan, namun langkahnya tertahan oleh tangan Ryan yang memegangnya.
Dengan pergerakan cepat, Ryan pun berdiri dan berhadapan dengan Alika. Saling memandang tanpa suara, tiba-tiba saja Ryan melakukan hal yang tidak terduga dimata Alika.
Satu kecupan mendarat di pipi Alika yang bersemu merah. Mendapat perlakuan seperti itu dari Ryan, Alika merasa malu dan sedikit marah karena dia mencuri ciuman pertama di pipi yang dia rasakan. Ingin sekali Alika melayangkan protes atas tindakan Ryan. Tapi apalah daya, tubuhnya menolak seakan menerima perlakuan Ryan yang menolaknya. Dia hanya menatap lekat wajah tampan Ryan.
"Itu menandakan keseriusanku. Maaf..."
Ryan menarik tangan Alika seraya untuk mengikuti langkahnya pergi. Alika yang sedang berkutat dengan pikirannya yang kacau akibat kecupan pipi tadi, hanya menurut tanpa menolak keras seperti apa yang dipikirkannya.
Berjalan menuju mobilnya yang terparkir, Ryan berencana akan membawa Alika ke suatu tempat. Tempat dimana dia akan membuktikan rasa keraguan Alika pada cintanya. Yang akan membuat Alika mengungkapkan perasaannya juga dan menjadi milik Ryan seutuhnya. (Mau dibawa kemana ya Alika oleh Ryan? jadi takut author ngebayanginnya)
Pak Ryan mencium pipiku?! Ini adalah ciuman pertama yang aku dapatkan dari seorang laki-laki. Tapi kenapa aku tidak bisa menolak! Ada apa denganku ini? Bukankah dia sudah berbuat kurang ajar padaku!
Hatinya terus bertanya-tanya disaat mobil Ryan melaju kencang entah kemana arah tujuannya.
Pandangan Alika terus terpaku ke arah depan kaca mobil. Tidak berani menoleh sedikitpun pada Ryan yang sedang mengemudi disampingnya. Hati dan pikirannya tidak sejalan saat itu juga. Bingung dan ragu harus bertindak seperti apa.
Sering sekali Ryan menoleh ke arah Alika untuk menatap wajahnya yang terlihat datar. Entah dia marah atau malah menyukai atas apa yang sudah dia lakukan pada Alika? Rasanya tidak mungkin. Pastinya dia marah, namun entah mengapa dia tidak melampiaskan kemarahannya. Hanya terdiam tanpa suara dengan tatapan kosong ke arah depan.
...*****...
Sampai sudah mereka di suatu tempat yang Ryan tuju. Sebuah rumah mewah dan tentunya berada di kompleks perumahan yang terlihat sangat modern.
Ditatapnya rumah mewah yang ada dihadapannya oleh Alika. Desain rumah yang sangat mengagumkan bagi orang awam seperti Alika. Sangat besar, kokoh dan juga sepertinya sangat luas.
"Ayo masuk." Ryan mempersilahkan Alika untuk masuk ke dalam rumah besar itu. Langkah Alika terhenti, ketika hendak akan memasuki pintu rumah. Rasa keraguannya mulai muncul. "Ini rumah kedua orang tuaku. Tenang saja, aku tidak berbuat hal aneh seperti tadi."
Mendengar penjelasan Ryan yang menyebut itu adalah rumah kedua orang tuanya, Alika mau tidak mau ikut masuk kedalam rumah. Dia berpikir tidak akan terjadi hal-hal aneh jika Ryan berbuat kurang ajar lebih dari sekedar kecupan pipi, toh ini adalah rumah orang tuanya. Pasti mereka ada di dalam dan tentunya para penghuni rumah lainnya.
Mendengar seperti suara ada yang berbicara di depan rumah, seorang asisten rumah tangga dengan cepat membukakan pintu untuk orang yang bertamu di rumah ini.
"Mama, papa ada di dalam mbok?" tanya Ryan pada ART yang sudah sepuh itu.
"Ada den, silahkan masuk. Akan mbok panggilkan. Mari mbak masuk."
Mereka masuk ke dalam dan duduk di ruang makan yang tidak terlalu jauh dari ruang depan. Tak lama kemudian datanglah kedua sosok penghuni rumah itu dan menghampiri Ryan dan Alika.
"Ryan! Oh my son!" melihat anaknya yang pulang ke rumah tanpa di suruh, Melisa ibunya Ryan dengan cepat menghampiri anaknya itu dan memeluk erat karena rasa rindunya itu.
"Ma... lepasin! aku udah besar bukan anak kecil lagi!" mencoba untuk melepaskan diri dari pelukan ibunya itu.
"Kau itu! dasar anak tidak tahu diri. Sudah lama sekali tidak pulang ke rumah! Kau anggap apa orang tuamu ini?!" mencubit pipi Ryan yang selalu terlihat menggemaskan baginya seperti masih anak kecil.
Tuan Raditya hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku anak dan istrinya itu. Sudah terbiasa baginya pemandangan yang selalu membuatnya merasa bahagia dekat dalam keluarganya. Mungkin tidak bagi Ryan yang selalu dianggap anak kecil oleh ibunya terutama.
Alika yang melihat pertunjukan itu hanya menahan tawanya. Tidak menyangka seorang Ryan pemimpin perusahaan yang sukses, ditunjang dengan paras tampan dan badan gagahnya itu ternyata anak Mama?
"Ma... sudah! Lihat ada siapa diantara kita?!" Ryan menolehkan kepalanya ke arah Alika. Memberi tahu ibu dan ayahnya bahwa dia membawa seseorang yang spesial untuk kedua orangtuanya.
Mata kedua orang tuanya langsung terarah kepada sesosok wanita muda cantik yang di tunjukan oleh Ryan. Mereka tidak sadar akan kehadiran Alika diantara mereka karena begitu bahagianya melihat anaknya pulang.
"Wah, maafkan Mama ya. Tidak tahu kalau ada gadis cantik diantara kita." mendekat kepada Alika dan duduk disampingnya. Langkah Melisa diikuti oleh Raditya dan juga Ryan yang duduk diantara mereka.
Alika yang melihat dan merasakan keramahan ibunya Ryan tersenyum manis sehingga memperlihatkan paras cantiknya. Tidak lupa, Alika mencium punggung tangan Melisa dan Raditya tanda menghormati orang tua.
Melihat sikap sopan dan tata krama yang baik dari Alika, Melisa tersenyum baik dan menoleh ke arah Ryan tanda bahagia.
"Siapa nama si pemilik wajah cantik ini?" goda Melisa yang memang benar memuji kecantikan Alika.
"Alika, tante." dengan perasaan malu dia menyebutkan namanya, dan menundukkan kepalanya sedikit.
"Wah, namanya cantik juga seperti orangnya yang benar sangat cantik. Panggil Mama saja, sama halnya seperti Ryan." melisa melirik ke arah Ryan yang memang sedang tersenyum bangga.
"Sedang kuliah atau sudah bekerja nak Alika?" tanya Tuan Raditya kepada Alika.
"Sudah bekerja Pak." Jawab Alika yang terlihat segan menjawab pertanyaan Tuan Raditya.
"Wah, hebat. Panggil Papa saja, sama seperti Ryan. Boleh kami tahu, bekerja dimana saat ini?"
"Karyawan baru di perusahaan pak Ryan."
"Oh, ternyata kalian kenal saat bekerja. Bagaimana pendapatmu tentang Ryan yang memimpin perusahaan?" tanya Tuan Raditya yang ingin menggoda anaknya.
"Pa!" terlihat kepanikan diraut muka Ryan.
Melisa dan Raditya hanya tertawa kecil melihat perubahan raut muka anaknya. Mereka tahu Ryan pasti menyukai Alika bahkan terlihat lebih.
.
.
.
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
...Jangan lupa like dan komen ya 😉...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments