Pulang dengan rasa kekecewaan dihatinya, karena gagal mengantar pulang Alika. Ditambah dengan kemarahan Alika atas ketidak jujuran dirinya.
Dibawah guyuran air dingin, dia membersihkan dirinya. Rasa lelah karena seharian bekerja, begitu sirna setelah terbasuh oleh dinginnya air yang menyapu kulit bersihnya.
Setelah selesai, Ryan memakai handuknya yang dia ikat sampai sepinggang. cepat dia mengambil kaos dan celana pendek rumahan yang biasa dia pakai ketika berada di rumah.
Duduk ditepi ranjang kasurnya, dia meraih ponsel dan mencoba untuk menghubungi Alika. Semoga saja dengan melakukan hal ini, dia bisa menjelaskan kesalahpahaman yang ada.
Beberapa kali dia mencoba menghubungi Alika. Namun usahanya tidak membuahkan hasil sama sekali. Panggilan yang dia lakukan tidak sama sekali di respon oleh Alika.
"Huh, sepertinya dia memang marah kepadaku. Aku harus melakukan sesuatu untukmu."
Dia menghubungi seseorang di ponselnya, diusapnya layar ponsel dan tersambung pada kontak Revan.
"Kau dimana?" tanya Ryan pada panggilannya.
"Di rumah, ada apa menghubungiku?"
"Cepatlah kemari, aku membutuhkanmu." titahnya kepada Revan untuk segera datang ke unitnya.
"Ada apa, ini kan malam minggu. Aku akan pergi keluar!" tolak Ryan.
"Kau ini, belagu sekali! Ayolah Van, aku membutuhkanmu!" Ryan memaksa agar Revan dapat datang, dan membantu keinginannya.
"Besok saja! Aku tidak bisa membatalkan janjiku."
"Baiklah, pergi sana! tanpa bantuanmu aku bisa melakukannya." Ryan mematikan sambungan teleponnya. Dengan kesal dia beranjak ke ruang makan untuk mengambil air minum dingin.
Setelah meneguk air minumnya, dia duduk di sofa ruang tengah. Jari tangannya sibuk mengetik sesuatu di layar ponselnya. Dikira sudah selesai dia tersenyum lebar menatap layar ponsel.
*****
Alika yang sedang terbaring tiduran di kamarnya, memainkan ponsel seraya membalas pesan Tika yang mengajaknya untuk pergi keluar rumah.
Merasa malas untuk bepergian, Alika lebih memilih untuk beristirahat di rumah saja, seperti yang dilakukannya sekarang. Mengingat ini adalah malam akhir pekan, pasti banyak orang yang keluar rumah, dan tempat-tempat untuk sekedar menongkrong pasti akan ramai.
Disaat dirinya merasakan nyamannya rebahan, terlintas pikirannya terbayang wajah tampan Ryan. Dia mengingat-ingat kembali dimana hari pertama kali dirinya bertemu dengan Ryan. Saat pertama kali bertemu dengan Ryan, dan menatap wajahnya dia merasakan ketertarikan atas diri Ryan. Namun saat itu juga perasaan yang dia rasakan ditepis jauh-jauh, karena hal tersebut akan wajar bila seorang wanita melihat ketampanan dari lawan jenisnya.
Terus mengingat kembali pertemuan kedua kalinya yang berjarak jauh. Dia mengingat kembali atas kebaikan Ryan yang sudah mengantarkannya pulang, dan sampai membelikannya ponsel. Senyuman Ryan disaat itu sungguh mempesona, siapapun yang melihatnya pasti akan jatuh hati.Termasuk Alika sendiri.
Terus dan terus mengingat pertemuan yang selanjutnya, dia semakin tertarik terhadap Ryan. Entah mengapa disaat menatap Ryan, dirinya selalu merasakan dadanya selalu berdebar merasakan hal yang berbeda. Selalu terpaku menatap wajah tampan khas Ryan. Matanya yang indah dan tajam. Senyuman bibirnya yang kecil merah sangat menambah keseksian dari diri Ryan. Apalagi perhatian yang selalu dia berikan kepadanya, membuatnya semakin jatuh hati.
Ya Tuhan... Kenapa aku selalu memikirkannya. Ada apa denganku? apa aku benar menyukainya? Tapi aku sangatlah tidak pantas untuknya. Siapalah diriku ini? aku hanyalah wanita yang tidak punya apa-apa. Berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tidak ada yang menarik dalam diriku sehingga Ryan mencoba untuk dekat denganku. Lalu, apa maksud Ryan selama ini? dia selalu baik kepadaku?
hatinya terus berbicara mengenai Ryan yang tiada hentinya.
Disaat Alika larut dalam pikirannya, terdengar pintu rumahnya diketuk.bCepat dirinya untuk segera bangkit dan menuju pintu depan melihat siapa yang datang.
"Permisi mbak. Dengan rumahnya mbak Alika?" tanya seorang kurir makanan ojek online.
"Iya, dengan saya sendiri. Ada apa ya mas?" heran dengan kedatangan seorang laki-laki yang dia duga seperti kurir ojol.
"Maaf mbak, ini ada pesanan makanan atas nama Alika. Silahkan diterima."
"Makanan? saya nggak pesan makanan mas. Salah alamat mungkin masnya." bingungnya Alika yang mengernyitkan dahinya.
"Loh, benar mbak ini atas nama Reyna Salika. Saya tanya sama orang di depan ini rumahnya." tambah bingung lagi mas kurirnya.
"Iya, itu nama saya. Tapi serius saya nggak pesan makanan."
"Gini aja, mbak terima pesanannya, agar saya bisa antar orderan yang lain lagi. Ini mbak." tidak ingin semakin pusing, kurir memberikan makanan kepada Alika.
"Ya sudah, saya terima saja. berapa mas?"
"Sudah dibayar mbak. saya permisi. Mari..."
Alika melongo dengan apa yang dia hadapi barusan. Siapa yang sudah mengirimnya makanan malam-malam begini. Dan sepertinya, makanan yang dia dapatkan sangat mahal.
Kembali masuk ke dalam rumah, dengan cepat dia menutup pintu dan tidak lupa menguncinya.
Membuka kantung plastik makanan tersebut, dia membulatkan matanya.
"Ya ampun, apa-apaan ini? banyak sekali!" Alika terus ternganga mulutnya, ketika tangannya mengeluarkan makanan dari wadahnya dan melihat setiap makanan yang dia dapatkan.
Berbagai makanan begitu sangat menggiurkan di lidahnya. Dilihatnya ada cocholate cake, salad buah, Beef steak, jus dan berbagai makanan ringan lainnya.
Ingin sekali rasanya Alika menyantap semua makanan yang ada di hadapannya itu. Tapi dia belum berani, karena dia belum mengetahui siapa yang sudah mengiriminya makanan.
Drrtt drrt drrt
Suara pesan masuk di ponselnya. "Pak Ryan, ada apa lagi dia?" ucapnya. Dengan segera membuka dan membaca pesan masuk tersebut.
Hai... selamat malam. Semoga aku tidak mengganggu malam mu. Aku sudah menghubungimu tapi kamu mengacuhkannya. Aku meminta maaf atas kejadian tadi sore di halte. Aku hanya ingin menjelaskan kesalahpahaman ini. Jika boleh, bisakah kamu datang besok di taman kota pada sore hari. Dan ini ada sedikit makanan untukmu, aku harap kamu menyukainya. Terima dan makanlah, kalaupun kamu masih marah kepadaku setidaknya hargailah makanan jangan sampai terbuang sia-sia. Terima kasih. 🙂
Membaca pesan Ryan, membuat Alika sedikit tersenyum. Namun rasa kesalnya masih belum hilang kalaupun dirinya disogok dengan makanan enak dan mahal baginya.
"Hallo Tika?!" mencoba untuk menghubungi Tika agar datang kerumahnya. Tentunya untuk menghabiskan makanan yang diberikan oleh Ryan.
Begitu cepat Tika datang ke rumah Alika. Karena rumahnya yang tidak terlalu jauh, memudahkannya untuk sampai ke rumah Alika.
"Wah.... banyak banget Re. Serius ini, kayaknya mahal-mahal." tercengang melihat makanan yang begitu banyaknya.
"Nggak tahulah Tik. Aku juga bingung."
"Dari siapa?" tanya Tika penasaran sembari menyuapi mulutnya dengan makanan.
"Nih, baca saja sendiri." Tika mengambil ponselnya dam membaca pesan tersebut.
"Apa?! dari pak Bos!" Tika tidak menyangka Bosnya sampai seaneh itu. "Sepertinya dugaan ku benar sejauh ini Re." Tika geleng-geleng kepala, terus mengunyah makanan di mulutnya.
"Dugaanmu apa?" penasaran apa yang akan diucapkan oleh Tika.
"Dia menyukaimu Re..." Alika membulatkan matanya dan mengunci mulutnya sehingga pipinya menggembung, terlihat kulit pipinya berubah memerah.
.
.
.
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
...Jangan lupa like dan komen ya 😉...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments