"Lihat! bukankah itu ALIKA?" teriaknya sedikit kencang, tangannya menunjuk ke arah luar. sehingga orang-orang yang berada di dalam Cafe melihat ke arah luar sama halnya seperti Ryan.
"Mana, mana, mana?" dengan cepat matanya melirik ke arah luar yang ditunjukan oleh tangan Revan. Kepalanya celingukan mencari sosok yang diharapkannya. Namun setelah lama mencari tidak ada sama sekali yang dicarinya.
"Haha... Lucu sekali jika melihat orang yang sedang jatuh cinta. Sedang di kerjain saja tetap masih terlihat lucu." tertawanya Revan yang melihat aksi Ryan yang begitu semangat ketika nama Alika disebut.
"Sialan kau. Jadi kau mengerjaiku. Buat malu saja. Tidak lihat orang-orang menatap ke arah kita." dengan muka kesal Ryan menghisap minumannya dengan sedotan kecil, dan mengarahkannya ke muka Revan yang sedang menertawainya. Dengan sekuat tenaga, dia hempaskan minuman yang ada didalam sedotan sampai mukanya terkena air minuman.
"Ryan! kau gila. Mukaku jadi basah. Dan ini, iuh.... Bekas dari mulutmu. pasti ini bau jigong mu." Revan mengusap mukanya yang basah dengan kesal.
"Siapa suruh kau berani mengerjaiku. Terimalah azab karena ulah perbuatanmu. Haha...." puas dengan ajang balas dendamnya yang diiringi dengan suara gelak tawa.
Selesai dengan makan siang yang penuh drama tawa. Kini mereka Sudah berada di dalam mobil kembali. Baru beberapa menit mobil yang mereka tumpangi melaju, Revan dikejutkan dengan suara teriakan Ryan.
"Alika?" gumamnya dalam hati. Ryan melihat sosok wanita yang dia cari. Sedang duduk diantara bangku tepat di pedestrian jalan. Tidak ingin melewatkan kesempatan emas, dia berteriak sekuat tenaga. "ALIKA!....." tapi apalah daya dia sedang berada didalam mobil yang sedang melaju cepat.
"Stop, aku bilang stop! Bocah gendeng!" titahnya sambil berteriak kepada Revan untuk menghentikan mobilnya. Menyebut Revan dengan panggilan masa kecilnya.
"Apalagi bocah tengik! kalau kau ingin masih balas dendam, nanti saja. Kita harus cepat sampai ke kantor." kesalnya Revan kepada Ryan yang dengan sengaja menyebut nama panggilannya juga sewaktu kecil.
"Aku ini tidak bercanda!" menepuk bahu Revan kesal. " Lihatlah! Di sana!" menunjukan tangannya ke arah lalu lalang orang.
"Maksudmu, orang-orang itu? yang di sana?"
"Bukan, tentu saja orang itu! Ah sudahlah, aku keluar saja." mencoba keluar dari mobil untuk menghampiri sosok orang yang dilihatnya sebagai Alika.
"Dasar bocah tengik! aneh!" heran Revan yang melihat Ryan begitu antusias untuk keluar dari mobil dengan sigapnya.
Setelah keluar berjalan memastikan menghampiri dimana sosok Alika berada. Yang sempat terhalangi oleh Lalu lalang orang banyak. Betapa kecewanya, dimana sosok itu sudah tidak ada di tempat itu.
"Itu pasti alika, aku yakin betul dengan penglihatanku. Si*l aku kehilangan jejakmu." berdecak dalam hati. Ingin sekali melampiaskan kekesalannya saat itu juga. Dengan rasa kecewa dia kembali ke dalam mobil dan cepat untuk pulang kembali ke kantor.
Setelah kembalinya ke kantor. Ryan dengan langkah seribunya dengan cepat memasuki ruangannya yang diikuti oleh Revan.
"Ada yang perlu anda butuhkan Pak?" mulai Revan yang sejatinya kembali menjadi sosok sekretaris pribadi Bosnya itu. Dengan sikap profesional harus membedakan dimana lingkungan pekerjaan dan bukan.
Ryan memutar matanya malas.
"Tentu saja. Kau percepat untuk mencari informasi mengenai Alika. Bila perlu malam ini aku ingin segera mengetahuinya." dengan gaya coolnya Ryan melepaskan jas yang dipakainya.
"Baik pak. Akan saya lakukan dengan sebaik mungkin. Kalau begitu saya permisi." Revan meninggalkan ruang kerja Ryan dan kembali untuk bertugas dengan setumpuk pekerjaan yang sudah menunggunya.
"Sebenarnya apa yang direncanakan oleh Ryan? membuatku semakin penasaran saja." gumamnya dalam hati, menatap tumpukan berkas yang harus dia kerjakan.
*****
Alika yang merasa sudah cukup untuk beristirahat, seketika teringat dengan sesuatu yang terlupa olehnya.
"Ya ampun. Aku lupa. Pas photo belum aku cetak. Untung saja aku belum pulang." menepuk dahinya pelan.
Alika melangkahkan kaki terburu untuk meyelesaikan satu urusan yang terlewat olehnya. Dengan jalan cepat, pandangan dirinya sudah tidak terlihat di kerumunan banyak orang.
Tiba di rumah yang membuatnya nyaman. Alika melepaskan lelah pada dirinya. Membaringkan diri di kasur kecilnya yang sudah setia menjadi teman ternyaman dikala dirinya terlelap. Memejamkan sedikit matanya namun tak sampai membuat alika tertidur.
Suara ketukan pintu membuat Alika terbangun dari tempatnya. Segera dia ke arah depan untuk membukakan pintu melihat siapa yang bertamu di sore hari ke rumah. Siapa ya? tanya Alika dalam hati. Meraih handle pintu, Alika membuka pintu rumahnya.
"Tika? tumben sore-sore kesini. Ada apa?" tanya Alika kepada Tika, nama panggilannya untuk Cantika Pramesti. Seorang wanita yang sudah menjadi teman dalam lingkungan rumah kontrakannya. Tika sama persis seperti Alika yang seorang Mahasiswa baru lulus kuliah. Mereka menimba ilmu di kampus yang berbeda. Dan yang membedakannya lagi Tika bukan merupakan anak perantauan seperti Alika. Dia adalah warga setempat. Anak dari ketua RW di lingkungannya.
"Hehe, iya nih sengaja. Aku bawa makanan untukmu." jawab Tika yang memberikan makanan dari tangannya.
"Eh, apa nih. Memangnya ada acara apa? duduk dulu yuk." Alika mempersilahkan Tika duduk di teras rumah.
"Bukan apa-apa. Sengaja aku bawakan ini karena di rumah Bapak dan ibu mengadakan acara syukuran."
"Acara syukuran apa Tika?"
"Biasalah. Namanya orang tua yang kelewat senang dan bahagia. Apalagi aku ini anak perempuan pertama mereka. Katanya mumpung ada rezeki, mereka membuat syukuran untuk kelulusan kuliahku."
"Oh, pantas saja. Mudah-mudahan berkah ya. Apalagi ilmu yang kamu dapat. Semoga berguna untuk dirimu dan semua orang. Terutama untuk pekerjaanmu."
"Amin. Makasih ya Re. Dan selamat buat kamu juga." senyum bahagia mengembang dari wajah Tika. "Oh iya, bukannya kamu berencana untuk bekerja setelah ini?"
"Rencananya begitu. Dan aku baru pulang untuk mempersiapkan itu semua. Dan besok aku akan memulainya. Dan kamu sendiri bagaimana, apa kamu tidak mencari pekerjaan?"
"Maunya sih gitu. Tapi kemana ya? apalagi aku belum mempersiapkan semuanya."
"Bareng aku aja. Mau? untuk persiapan aku bantu sekarang juga. Agar cepat selesai, dan besok kita bisa pergi."
"Ok baik. kalau begitu aku pulang dulu. Tapi bener antar aku ya. Aku akan menghubungimu." ketika Tika akan beranjak untuk pulang, dia terhenti dan membalikkan badannya lagi.
" Eh, tapi akhir-akhir ini aku susah sekali menghubungimu Aku stalking kamu di medsos juga jarang sekali aktif. Kenapa?"
"Ponsel aku masalahnya Tika." tangannya sambil menggerakkan ponselnya.
"kenapa dengan ponsel mu?"
"Rewelnya kumat lagi. sepertinya harus diganti. Tapi nanti, hehe."
"Oh... kalau begitu tunggu aku. dengan cepat aku akan kembali ke rumahmu." Tika pergi meninggalkan rumah Alika dengan berlari kecil. Melihat kelakuan Tika seperti itu. Membuat Alika sedikit mengernyitkan dahinya.
Alika menatap ponselnya. Dimainkannya dengan kedua tangan. Dengan keadaan mati karena daya baterai habis. Dia menghela napasnya kasar.
"Memang sudah saatnya kawan aku harus menggantimu dengan teman baru." ucapnya pelan.
Alika beralih ke arah makanan yang dia dapat dari Tika. Membawanya masuk kedalam, sembari menunggu Tika yang katanya akan dengan cepat datang kembali kerumahnya.
.
.
.
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
...Jangan lupa like dan komen ya 😉...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments