"Kemari. Bisa saya lihat?" suara terdengar dihadapannya memastikan.
Alika mulai mengangkat kepalanya dan melihat siapa orang yang berbicara dihadapannya. Dengan wajah yang muram dia mengernyitkan dahinya.
"Alika? apa benar kamu Alika?" tanya orang tersebut dengan meyakinkan bahwa orang yang dihadapannya sesuai dengan terkaannya.
"Iya. Anda.... " Alika mencoba memastikan siapa orang tersebut. Setelah yakin dia kembali mulai berkata. " Pak Ryan?"
"Benar. Saya sendiri. Ternyata kamu masih mengingatku." senyum mengembang dengan perasaan senang tidak menyangka dapat bertemu dengan orang yang selama ini dia cari.
"Pak Ryan sedang apa di sini?" dengan penasaran Alika tanpa basa basi langsung bertanya.
"Bekerja, di perusahaan ini tentunya." senyum termanisnya dia pancarkan seketika. Ingin sekali membanggakan diri bahwa dia adalah pemimpin di perusahaan itu. Namun itu semua pupus sudah, disaat Alika beropini dengan perkiraannya.
"Pak Ryan karyawan di sini? Divisi berapa?" Alika langsung memastikan. Mendengar ucapan Alika yang beropini tentang dirinya, dalam seketika perasaannya kecewa sedikit kecewa.
Ya Tuhan. Dia menganggapku hanya sebagai seorang karyawan biasa? apa penampilanku seperti itu. Tidakkah dia bisa melihat dari pakaianku.
Dalam hatinya, Ryan mengiba pada dirinya sendiri.
Ryan hanya menganggukan kepalanya, seakan membenarkan apa yang ditanyakan Alika.
"Wah, ternyata kita bekerja di satu perusahaan yang sama. Ya walaupun saya baru bekerja selama 3 minggu ini."
"Jadi selama ini, kamu bekerja diperusahaan ini? Kenapa kita tidak pernah bertemu?"
"Ruangan kerja saya di lantai 10 Pak. Pak Ryan sendiri?"
"Saya di lantai 27." dengan semangat dia memberitahukan dimana dia bekerja.
"Wah, itu lantai paling atas. Dimana para pegawai penting dan tentunya pemimpin perusahaan ini berada di sana, benarkan?"
"Ya begitulah. Tapi saya hanya karyawan biasa, Seperti kamu." dengan nada meyakinkan tidak ingin membuat kecewa opini yang di benarkannya tadi. "Ada apa dengan ponselmu?" matanya melihat ke arah tangan Alika yang memegang ponselnya.
"Tidak apa-apa. Tadi hanya terjatuh. Karena kecerobohan saya." mencoba tersenyum walaupun perasaannya sedih karena ponselnya.
"Boleh saya lihat? siapa tahu saya bisa membantu."
"Terima kasih Pak. Sepertinya ponsel saya rusak."
"Benarkah? Sayang sekali." Alika hanya menjawab dengan senyuman. "Apa kamu akan pulang?" tanya Ryan kembali.
"Iya Pak. Tapi sepertinya saya akan menunggu hujan sampai reda." manik matanya mengarah ke arah luar yang menunjukan keadaan di luar.
"Pulang bersama saya saja. Kebetulan saya membawa mobil." tawar Ryan yang tidak ingin membuang kesempatan emas ini.
"Terima kasih Pak. Saya menunggu saja. Sepertinya sebentar lagi akan reda." tolak halus Alika yang tidak enak karena akan merepotkan Ryan. Sebenarnya Alika ingin sekali segera cepat pulang. Melihat keadaan kantor yang mulai sepi.
"Ayolah. Hanya mengantarkan saja. Saya tidak akan berbuat hal aneh. Lagi pula di sini mulai sepi, kamu tidak ingin sendirian di sini sampai malam bukan?" mendengar ucapan Ryan membuat Alika berpikir ulang mengenai tawarannya.
"Baik Pak. Kalau tidak merepotkan." dengan harap cemas, Alika menerima bantuan dari Ryan.
"Dengan senang hati." senyum penuh kemenangan terlihat dari wajah Ryan yang menggambarkan lengkungan di bibir merah alami seksi miliknya.
*****
Alika tampak bingung ketika mobil yang ditumpangi olehnya berhenti di sebuah Mall dikawasan tersebut. Dengan Penasarannya, Alika dengan cepat bertanya pada Ryan.
"Pak maaf, kenapa kita berhenti di sini?" kecemasannya mulai bertambah, mengingat Alika baru mengenal Ryan dan itu pun hanya dalam dua kali bertemu. Tentu sangat wajar bila Alika merasakan hal itu. Apalagi saat ini mereka hanya berdua saja.
"Maaf, ada keperluan yang harus saya beli di sini. Um... Maukah kamu menemani saya sebentar? itu pun jika tidak keberatan." dengan rencana yang sudah dipikirkan matang-matang selama diperjalanan. Ryan harus mencoba meyakinkan Alika agar dia mau mengikutinya.
Alika sedikit mempertimbangkan. Dan pada akhirnya dia memutuskan untuk ikut menemani Ryan ke dalam mall. Kalaupun Ryan akan berbuat yang tidak baik pada dirinya. Ingat ini di mall pasti banyak orang di dalam. Tidak seperti jika dirinya diajak untuk menemani Ryan ke dalam hotel.
Mengikuti langkah Ryan yang ada di depannya. Alika melihat suasana di dalam mall yang begitu ramai banyak orang.
Masih mengikuti langkah Ryan tanpa ada perbincangan. Akhirnya Ryan berhenti di salah satu gerai ponsel yang besar. Terlihat banyak sekali model ponsel berjajar rapih dalam berbagai brand terkenal.
Untuk apa Pak Ryan kesini? Apa dia ingin membeli sesuatu untuk ponselnya? Aku pikir dia akan membeli sesuatu untuk keluarganya gumamnya dalam hati.
"Sore Bapak, Ibu. Selamat datang di Gerai Galaxy. Ada yang bisa kami bantu?" seorang pegawai gerai dengan ramah menyapa kedatangan Ryan dan Alika.
"Sore. Bisa saya lihat ponsel keluaran terbaru. Tolong rekomendasinya." titah Ryan kepada pegawai tersebut. Alika hanya terpaku melihat-lihat ponsel yang berderet di etalase.
Pegawai kembali dengan sebuah ponsel ditangannya. Diberikannya kepada Ryan dan menjelaskan fitur yang ada di dalamnya.
"Bagaimana, bagus tidak?" tanya Ryan tentunya pada Alika yang memang pertanyaannya tertuju untuknya.
"Hem, saya Pak? ba-bagus." hanya mengiyakan apa yang didengarnya.
"Baiklah. Saya ambil yang ini." Ryan mengambil dompet di saku celananya dan mengeluarkan kartu untuk pembayaran. Setelah selesai dan mendapatkan ponsel. Ryan memberikan ponsel tersebut kepada Alika.
"Ini. Ambilah." Ryan memberikan ponselnya kepada Alika.
Alika hanya terkejut dengan perlakuan Ryan yang memberikannya ponsel yang baru saja dia beli.
"Untuk?" dengan wajah kebingungan Alika belum meraih pemberian dari tangan Ryan.
"Untukmu. Bukankah ponselmu rusak akibat terjatuh di lobby saat di kantor."
"Ta-tapi, ini tidak perlu Pak. Saya sangat berterima kasih sekali, tetapi saya tidak dapat menerimanya. Nanti saya akan mengganti sendiri ponsel saya jika sudah mempunyai uang."
"Terimalah. Jangan berpikir macam-macam. Ingat, kamu sangat membutuhkan ponsel ini untuk keperluanmu, terutama bekerja." mengingatkan kembali kepada Alika, betapa pentingnya ponsel untuk bekerja untuk saat ini.
Tanpa berbasa basi lagi. Akhirnya Ryan mengambil tangan Alika dan menyerahkan ponsel kepadanya.
"Sudah, terima saja. Anggap saja ini hadiah pertemanan kita." dengan senyuman di wajahnya, memperlihatkan ketampanannya yang membuat siapa saja pasti akan jatuh terpesona.
"Tapi ini mahal sekali Pak. Kalau begitu, nanti saya akan ganti ketika saya sudah mempunyai uang. Dan mungkin saya akan mencicilnya."
"Tidak perlu." jawab Ryan pendek.
"Ini sangat mahal loh pak. Uang sebanyak ini apa tidak bapak gunakan untuk keperluan Bapak sendiri, terutama anak dan istri bapak?" Ryan hanya tertawa dengan mendengar perkataan Alika, yang masih menganggapnya sudah berkeluarga.
"Jangan khawatir. Mereka tidak akan marah."
"kenapa bisa? saya sangat khawatir dengan itu, apalagi kita berada di sini hanya berdua. Saya tidak ingin ada pembicaraan yang tidak baik dari orang-orang mengenai kita."
"Bisa. Karena mereka belum ada di kehidupan saya saat ini. Mungkin suatu hari nanti, jika sudah saatnya." memberikan kembali senyumannya.
Alika hanya membulatkan matanya. Ternyata anggapannya selama ini tentang Ryan salah.
"Ah, maaf Pak. Saya sudah beranggapan seperti itu. Saya pikir...."
"Sudah, tidak apa-apa. Sekarang yang terpenting kamu pakai saja dulu ponselnya. Sudah malam, sebaiknya saya mengantarkan kembali kamu pulang." mencoba untuk menyudahi perdebatan kecil diantara mereka.
Mereka akhirnya kembali ke dalam mobil. Ryan akan kembali mengantarkan Alika untuk pulang. Sesekali perbincangan terjadi diantara mereka untuk menghilangkan kecanggungan diantara mereka.
Tiba-tiba saja.
" ...kamu sangat cantik." terus terang Ryan, yang membuat Alika terkejut dengan pengakuan Ryan terhadapnya.
.
.
.
.
.
🍁🍁🍁🍁🍁
...Jangan lupa like dan komen ya 😉...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 131 Episodes
Comments