Kinara membalas perlakuan dingin Sian dengan senyum kecut. Setelah Sian keluar dari ruangan, Kinara menatap awan di luar melalui jendela.
Tok tok tok, suara ketukan membuat Kinara menoleh. Rupanya seorang perawat tengah masuk dan sedang melakukan observasi tentang kondisinya sekarang.
“Apakah anda Winter?”
“Ya,” ucap Kinara.
“Bagaimana keadaan anda? Apa yang anda keluhkan?”
“Aku sudah merasa lebih baik.”
“Baiklah karena cairan sudah habis, saya akan melepaskan infusnya.”
“Baik.”
Kinara melihat perawat itu dengan cekatan melepas infusnya. Kinara tersenyum cerah saat tangannya sudah tidak terikat lagi dengan selang infus.
“Terima kasih,” ucap Kinara.
Kinara akan segera beranjak dari ranjangnya namun ditahan oleh perawat itu.
“Anda ingin pergi kemana? Sebaiknya jangan banyak bergerak dulu.”
“Aku ingin ke toilet, aku sudah merasa tidak nyaman sejak tadi.”
Kinara buru-buru pergi ke dalam toilet. Perawat yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Perawat itu lalu membersihkan peralatannya. Saat perawat itu ingin pergi langkahnya terhenti karena suara teriakan dari kamar mandi.
“Nona apa yang terjadi? Apakah sesuatu buruk terjadi?” tanya perawat itu dengan panik.
Perawat itu menggedor-gedor daun pintu kamar mandi. Setelah mendengar pintu terbuka, perawat itu langsung masuk ke dalam kamar.
“Aku butuh sesuatu yang ada sayapnya,” ucap Kinara malu-malu.
Siklus haid Kinara memang datang tepat waktu. Tapi kali ini maju lebih dua hari dari biasanya. Untung saja perawat itu memberikan apa yang Kinara butuh kan.
Kinara benar-benar berterima kasih. Saat Kinara sudah selesai dengan urusannya. Ia berjalan keluar dari kamar mandi. Bertepatan dengan itu pula datang sosok Erik membawa paperbag di tangannya.
“Nyonya, ini gaunmu dan juga ponsel baru.”
“Apa? Gaun dan ponsel baru?”
“Iya, kartu sim sebelumnya sudah dimasukkan ke dalam sana.”
Kinara mengangkat sudut bibirnya, “Terima kasih.”
“Nyonya, Tuan Muda Sian akan datang sebentar lagi.”
“Baiklah, kalau begitu aku akan bersiap-siap sekarang.”
Kinara langsung memasuki kamar mandi dan segera berganti. Ia merapikan rambutnya yang sedikit berantakan dan tak beraturan. Ia juga memeriksa riasannya.
“Riasan ini tidak terlalu buruk kan? Untung aku memakai riasan waterproof.”
Kinara lalu keluar, di sana rupanya sudah ada Sian yang tengah duduk. Sian mengamatinya dari atas hingga bawah. Erik membelikannya gaun panjang. Itu memang panjang namun alis Sian sedikit menukik saat melihat bagian tulang selangka Kinara terekspos.
“Apa ada yang salah dengan gaun ini?”
“Ayo,” ucap Sian dengan acuh tak acuh.
Kinara duduk tenang dan anteng di samping Sian. Sepanjang perjalanan ia hanya melihat keluar jendela. Sementara suasana hati Sian mulai memburuk.
“Dia menyebutnya ini gaun? Yang benar saja.”
Bibir Sian ingin menegurnya tapi ia urungkan.
“Kenapa aku harus peduli?”
Sian memaksakan matanya agar tidak melihatnya. Matanya menatap keluar jendela, melihat gedung-gedung bertingkat. Beberapa menit berlalu matanya mulai berkeliaran dan tanpa sengaja melihat tulang selangka lalu berakhir ke dada Kinara. Ia mulai gelisah.
Kinara yang merasakan ada yang aneh pada Sian hanya bisa bergerak seminim mungkin. Namun rupanya tindakannya membuat dadanya lebih terekspos.
Karena gaunnya strapless, Kinara tidak menggunakan bra. Ia hanya mengenakan stiker berwarna kulit untuk menutupi area tertentu.
Sian kebetulan bisa melihat area itu. Ia menjadi gelisah dan tidak tenang.
Ketika mobil berhenti di ruang bawah tanah.
Erik langsung keluar dan membukakan pintu untuk Kinara. Sian juga keluar mobil dan pergi di samping Kinara.
Ekspresi Sian jelek. Pria itu selalu melihat Kinara. Erik yang baru saja menutup pintu, juga melihat arah apa yang dilihat Sian. Ekspresi Sian sedikit aneh dan itu sukses membuat jantung Erik berdetak keras.
“Apa aku salah membeli gaun untuk Nyonya?” batin Erik bertanya.
“Ayo,” ucap Sian kemudian.
Pesta perjamuan diadakan di lantai paling atas. Sian dan Kinara memasuki lift. Saat pintu lift berjalan tiba-tiba Kinara merasakan ada hal aneh di dalam perutnya. Itu adalah nyeri haid yang ia alami.
Ketika mereka sampai di lantai pesta makan diadakan, Sian dengan sabar menunggu Kinara keluar dari lift.
Kinara menahan rasa sakitnya karena ia tidak ingin mempermalukan Sian. Karena jika Sian marah pada akhirnya orang yang menderita adalah Kinara sendiri.
Kinara selalu melemparkan senyuman kepada orang yang menyapanya. Sian juga menyapa beberapa rekan bisnisnya dan juga temannya.
Saat mereka akhirnya duduk, Kinara mendekatkan kepalanya pada telinga Sian.
“Aku ingin pergi ke kamar kecil.”
“Pergilah.”
Setelah mendapat izin dari Sian, Kinara buru-buru kecil. Sebenarnya ia tidak benar-benar pergi ke kamar mandi. Ia pergi ke balkon. Kinara menjatuhkan tubuhnya di atas kursi dan memegangi perutnya.
Kinara membuka matanya saat ponselnya berbunyi. Itu adalah panggilan dari Sela.
“Aku mau menonton pertunjukan konser band kesukaanmu malam ini. Mau ikut?” tanya Sela.
Kinara meringis. ”Maaf, aku tidak bisa.”
“Apa kamu sekarang pergi bersama Sian?” kata Sela.
“Ya.”
”Dia masih marah padamu? Dia masih berbuat kasar?”
”Entahlah. Tapi ku rasa masih,” sahut Mia ragu. ”Dia memang sudah tidak terlalu kasar padaku, tapi dia juga tidak bersikap lembut padaku.”
“Jika dia berbuat kasar padamu beritahu aku. Aku akan menghajarnya.”
“Memang kamu berani?”
“Tidak,” jawab Sela sambil terkikik.
Kinara merotasi matanya mendengar jawaban dari Sela.
“Ah, benar. Lee Hyuk sering datang ke apartemenku. Dia selalu bertanya tentang dirimu yang menjadi Winter dan juga istri Sian.”
“Kamu memberitahukan kepada Lee Hyuk?”
“Tidak, aku selalu mempunyai alasan untuk menghindarinya. Tapi kenapa kamu tidak memberitahukan yang sejujurnya. Bukankah dia selalu baik padamu,” kata Sela.
“Aku hanya belum siap saja.”
Kinara menghela napasnya berat.
“Kamu sekarang berada di luar?”
“Ya, kenapa?”
“Bisakah kamu membelikanku obat pereda nyeri haid?”
“Apa kamu merasa sakit?”
“Ya dan aku rasa tidak bisa menahannya.”
“Akan kubelikan, kirim aku alamatmu sekarang.”
“Terima kasih.”
Setelah menutup telepon, Kinara berniat untuk meninggalkan balkon. Kinara kembali ke aula. Tanpa sengaja seseorang tengah menabraknya. Tubuh Kinara hampir jatuh ke lantai. Untungnya ia mampu menyeimbangkan tubuhnya.
Kinara mengangkat kepalanya kala tangan seseorang tengah menyentuh bahunya.
“Bukankah kamu Winter?”
Kinara melirik bahunya yang di sentuh kemudian ia mundur satu langkah.
“Iya.”
“Perkenalkan aku Logan.”
“Logan? Pak Logan. Senang bertemu denganmu di sini.”
Senyum kecil tersungging tampak di wajah kecil Kinara. Ia mengetahui latar belakang Logan. Ini kesempatannya untuk bisa membintangi drama.
Ia tidak perlu repot-repot mendengarkan amarah Minji jika ia bisa mendapatkan pemeran utama wanita dalam drama.
Rupanya pesta malam ini banyak dihadiri oleh lingkaran dunia industri hiburan.
“Aku mendengar anda sedang melakukan proyek pembuatan drama terbaru.”
“Wah, kamu mendengarnya.”
Pria bernama Logan itu, melangkah maju agar dekat dengan Kinara.
“Ya, aku juga mendengar bahwa akan diadakan audisi untuk pemilihan pemeran utama wanita. Aku harap bisa ikut berpartisipasi di dalamnya.”
“Kamu ingin ikut berpartisipasi?”
Kinara terdiam sejenak sebelum menjawab, “Aku sangat senang sekali jika ikut berpartisipasi. Aku memang belum lama memasuki dunia akting tapi aku rasa kemampuanku tidak kalah dari yang lainnya.”
Logan mengulurkan tangannya dan menyentuh dagu Kinara. Melihat ke matanya ia seakan didesak oleh hawa nafsunya. Logan melihat bibir tipis merah jambu dan lembut. Tatapannya memiliki jejak bahaya.
“Kamu cukup percaya diri. Aku suka.”
Tubuh Kinara langsung merinding seketika. Ia beberapa kali mengerjap dan ingin melarikan diri.
....
Sekian purana akhirnya up lgi.
Siapa yang di sini kangen Sian dan Kinara
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Seniwatiw Seniwatiw
sesuatuuuu nnn
2022-04-25
0
Vada Ulfa
ini ada dimana thorrr
2021-11-30
0
Dream Sky
Likeeeee 😍 semangat kak
2021-05-04
0