Semua orang yang berada di sana tampak terkejut. Beberapa orang berteriak dan menatap dengan iba. Beberapa orang juga ada sarkasme dan juga menjulurkan beberapa tuduhan. Tak sedikit dari mereka bersorak karena kemalangannya.
Mereka berpikir bahwa dia akan menjadi buah bibir dan akan masuk berita besok.
Jina melihat semua mata tertuju pada sosok yang tergeletak di sana. Dia adalah Winter. Jina buru-buru bergegas menghampirinya untuk mendapatkan pencitraan.
“Winter, apakah kamu baik-baik saja?”
Jina memeriksa sekujur tubuh Kinara. Kinara segera membuka matanya dan kebingungan segera menghantamnya. Banyak pasang mata yang menatapnya.
Untuk sejenak, Kinara mengatur pikirannya. Saat ia tersadar, matanya segera mencari keberadaan Sian.
Kinara dapat bernapas lega saat melihat Sian baik-baik saja. Ia mengalihkan perhatiannya kembali pada Jina dan melepaskan cengkeraman Jina.
“Aku baik-baik saja.”
“Aku akan membawamu ke rumah sakit.”
“Tidak! Tidak perlu,” ucap Kinara sambil menggeser tubuhnya dan memperhatikan luka-lukanya.
Melihat keengganan Kinara membuat semua orang berbisik bahwa dia adalah gadis sombong yang tidak tahu berterima kasih. Jina sudah menawarkan diri untuk membantunya namun dia menolaknya.
Kinara tidak terlalu memedulikan tatapan orang-orang. Ia segera berdiri dengan lemah.
Gerakan berdiri Kinara tak lepas dari tatapan Sian. Tumpukan darah menghiasi wajahnya. Beberapa darah meninggalkan noda pada gaunnya.
Tangan Sian tak terkendali menjadi tinju melihat Kinara dengan tertatih menyeret tubuhnya sendiri.
Seolah-olah dipengaruhi sihir. Suara wanita itu memanggil-manggil namanya seperti tak asing.
Pikirannya tiba-tiba mencengkam dan jantungnya mengeras. Ada rasa sakit yang merembes.
“Tuan,” ucap Erik.
Sian tidak menghiraukan ucapan Erik dan mengabaikannya. Pria itu berlari dan meraih tangan kecil yang penuh luka akibat serpihan kaca.
“Apakah kamu tidak ingin hidup?” suaranya sangat dalam dan matanya menatap tajam pada manik mata berbentuk bulan sabit.
Wajah mungilnya dipenuhi goresan luka-luka. Bibirnya yang merah muda kini berubah menjadi pucat.
Kehangatan tangannya langsung menyebar ke tangan Kinara. Sadar akan bahwa mereka masih di depan banyak orang. Kinara menarik tangannya dari genggaman Sian.
Melihat keengganan wanita di depannya. Sian kembali meraih tangannya lebih kuat. Matanya mengamati lutut Kinara yang ditutupi darah.
Tanpa kata Sian langsung menggendong Kinara. Sontak saja Kinara langsung terkejut. Tak hanya Kinara, semua orang di sana juga terkejut. Dan orang yang paling terkejut adalah Jina.
.........
Keheningan terjadi di dalam mobil. Bahkan Erik yang mengemudi merasakan betapa mencekamnya keheningan itu.
Kinara yang duduk di samping Sian juga tak bisa berbuat apa-apa selain duduk terdiam seperti patung.
“Aku bisa ke rumah sakit sendiri. Kamu pasti sangat sibuk.”
Selesai mengucapkannya tatapan mematikan langsung menyanderanya. Kinara langsung diam. Ia bahkan tak bisa mengeluh atas rasa sakit yang ia alami saat ini. Ia dengan sekuat tenaga mengeraskan rahangnya agar tak mengaduh kesakitan.
Kinara merasa tidak nyaman. Ia merapatkan bibirnya. Dengan ragu-ragu ia membuka tasnya dan mengambil ponselnya. Ia memberikan pesan pada Minji atas kecelakaan yang baru saja ia alami.
Setibanya di rumah sakit Kinara melakukan serangkaikan pemeriksaan. Dan pada akhirnya Kinara harus bermalam di rumah sakit untuk menghabiskan satu botol cairan infusnya.
Sebenarnya Kinara sangat menyukai kedekatannya dengan Sian dalam jarak ini. Tapi Kinara tahu bahwa dia sangat membencinya yang mengasumsikan identitas orang lain.
Berpikir kebenciannya terhadapnya. Kinara takut bahwa dia akan berpikir tindakannya menyelamatkannya hanyalah cara lain untuk mengganggunya.
Ketakutan akan konsekuensinya menyeretnya dalam mimpi buruk. Jadi Kinara ingin meluruskan ini semua.
“Apa yang terjadi malam ini hanyalah kecelakaan. Aku tidak ada niat tersembunyi agar kamu tetap bersamaku.”
Alis Sian langsung terangkat saat melihat wanita di depannya membuka bibirnya.
“Aku sudah memberi pesan pada Minji. Dia akan segera datang ke sini. Aku tahu kamu orang yang sibuk jadi...”
“Apakah wanita ini mencoba mengusirku?” Sian membatin.
Kinara diam-diam mencuri pandang pada Sian. Melihat tak ada tanggapan dari Sian. Kebingungan menyelimuti otaknya.
Cukup lama mereka terdiam hingga suara gesekan kursi terdengar di sana. Sian berdiri dan terus memandangi Kinara.
“Jangan ikut campur dalam urusanku sekarang. Aku tidak butuh kamu untuk menyelamatkanku.”
Akhirnya Sian keluar. Layaknya embusan angin yang menusuk setiap relung batinnya. Kinara memeluk eratnya sendiri.
Sian berjalan. Matanya menyipit dan tatapannya menjadi brutal seakan ingin membunuh ketika ia melihat Minji berdiri di ambang pintu.
Minji beberapa kali mengedipkan mata dan mampu bernapas lega saat melihat Sian sudah berlalu dari hadapannya.
“Ya ampun, dia menakutkan sekali.”
Minji segera membuka pintu itu, “Nona Kinara.”
Kinara segera mendongakkan kepalanya.
“Aku kira kamu sudah lupa tentang identitas aslimu.”
Minji langsung duduk di samping Kinara.
“Aku hanya mengingatkanmu bahwa setelah Winter kembali, kamu akan menjadi dirimu sendiri. Apa yang kamu miliki sekarang harus dikembalikan pada pemilik sebenarnya.”
“Aku tahu.”
“Baguslah! Tapi yang aku ingat kamu hanya akan terlibat untuk menangani masalah yang melibatkan Tuan Besar Lee. Adapun Sian, bukankah kamu disuruh untuk menjauhinya?”
Minji merasa khawatir setelah melihat bahwa Sian mengantarkannya ke rumah sakit. Atas apa yang dia lihat bahkan Winter tidak diizinkan untuk naik satu mobil dengan Sian.
Kedekatan Sian dengan Kinara membuatnya khawatir. Itu bisa mempengaruhi posisi Winter sebagai istri Sian.
“Aku hanya mengingatkanmu. Jangan lupa perjanjianmu pada kami. Setiap bulan kami mengirimkan adikmu uang untuk ibumu berobat.”
“Aku mengerti.”
“Baiklah, aku akan pergi sekarang.”
Naiknya gelombang emosional dan luka-luka fisiknya sungguh menguras tenaga Kinara.
Gadis itu mengamati botol infusnya yang masih setengah. Ia memosisikan tubuhnya dalam keadaan nyaman. Tanpa menunggu lama ia sudah ambruk dalam alam mimpinya.
Dalam mimpinya, ia dibawa dalam ingatan masa lalu dengan pria yang ia cintai.
Saat pagi menjelang, Kinara sudah pergi dari rumah sakit. Ia tak langsung menuju ke rumahnya melainkan pergi ke rumah Sela.
Kinara terus menekan bel rumah sampai pintu terbuka.
“Hei apakah kamu tidak punya sopan santun? Bertamu di rumah orang di pagi buta! Kinara?”
Sela membelalakkan matanya saat menatap kondisi Kinara.
“Apa yang terjadi padamu?”
“Aku dalam kondisi tidak baik-baik saja.”
“Masuklah!”
Sela langsung menyuguhkan minuman untuk Kinara. Sela merasa iba melihat tatapan kosong Kinara. Ia ingin bertanya namun ia ingin memberikan waktu padanya.
“Kamu mau tahu rahasiaku?” tanya Kinara saat menghabiskan segelas air putihnya.
Sela langsung menatap Kinara dengan penuh perhatian.
“Sejujurnya...”
Kilas balik saat Kinara pergi ke rumah lamanya dan bertemu ibu tirinya dan juga Winter berputar begitu saja.
“Orang-orang begitu mudah menginjak-injak orang yang lemah.”
Sela tidak langsung berkomentar. Ia mencerna apa yang dikatakan oleh Kinara.
Kinara menundukkan kepalanya lalu tiba-tiba memori saat ia menikah dengan Sian berputar.
“Saat aku mengenal kasih sayang. Aku juga harus menanggung rasa kebencian.”
Sela belum paham apa yang dikatakan oleh Kinara. Ia terus saja memperhatikan Kinara.
Kinara mencengkeram gelas itu erat-erat hingga buku-buku jarinya memutih.
Ia diingatkan oleh kekejamannya dan juga cintanya.
.
.
.
Selalu dukung cerita...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Anis Swari
sedih banget
2023-07-19
0
Neni Setyorini
Sian kok gak peka y
2022-05-30
0
M Iriansyah
kirana
2022-05-28
0