Begitu pintu dibuka, Kinara langsung melangkah masuk dan duduk di kursi sudut. Ia menatap jam yang berada di dinding. Butuh setengah jam agar ia bisa sampai ke rumah.
Untuk menghindari kecurigaan Lee Hyuk. Kinara menyuruh untuk mengantarkannya ke rumah Sela. Setelah Lee Hyuk pergi, barulah Kinara pulang ke rumahnya.
“Aku benar-benar lelah!”
Baru saja Kinara memejamkan matanya, suara pintu terbuka dengan paksa membuatnya matanya membuka lagi.
Kinara melirik ke arah pintu. Ia tidak bisa melihat laki-laki itu dengan jelas dari tempatnya duduk karena lampu yang temaram, tetapi dari apa yang bisa dilihatnya. Itu adalah wajah Sian yang terlihat menakutkan.
Kinara kebingungan dalam situasi ini. Otaknya mulai mencari-cari alasan untuk menghindarinya.
“Ini sudah malam. Aku akan tidur.”
Sian tidak menanggapi. Pria itu dengan arogan berjalan ke arahnya dan tangannya secepat kilat mengambil tas Kinara yang tergeletak di meja. Tepat di depannya. Sian mulai mencari-cari sesuatu di dalam sana.
Setelah menemukan yang ia cari. Sian segera mengeluarkan ponsel Kinara dan segera menekan tombol power. Namun ponsel itu masih tidak bisa menyala.
Kinara sangat ketakutan melihat Sian yang seperti tak biasnya.
“Itu ponselku, kehabisan baterai.” Tawa ringan Kinara yang canggung membuatnya terlihat bodoh.
Alasannya itu sepertinya menyalakan api lahar dalam kemurkaan Sian. Pria itu tiba-tiba mengangkat tangannya dan dengan kasar membanting ponsel Kinara.
Kekuatan yang dikerahkan Sian begitu keras sehingga menimbulkan suara yang keras. Seketika ponsel itu pun tak terbentuk.
Kinara melihat ponselnya hancur berkeping-keping berusaha menenangkan diri dan mengumpulkan keberaniannya.
“Apa yang salah?”
Pertanyaan itu meluncur begitu saja, sebelum sempat diproses otaknya. Suara itu bagaikan suara nyamuk yang terabaikan. Kinara menggigit bibir.
Kinara ingin memungut serpihan itu. Namun baru beberapa detik bahunya meninggalkan sandaran sofa. Tubuhnya di tekan oleh Sian.
Sian menundukkan kepalanya dan membungkam bibirnya. Ada kemarahan tak terbendung dalam diri Sian sehingga ia menekannya lebih kuat.
Kinara benar-benar akan kehabisan oksigen sehingga ia secara naluri membuka bibirnya namun hal itu malah memprovokasi Sian semakin memperdalam ciumannya.
Lama setelah kejadian itu, Sian kembali dalam kesadarannya. Pria itu seakan linglung. Ia menatap ke bawah sebelum ia menyadari apa yang baru saja ia lakukan.
Sian benar-benar ingin menyentuhnya lagi. Kehilangan kontrol diri melemparkannya pada kekacauan. Sian menghela napas panjang.
“Pergilah!”
Kinara ingin membuka mulut untuk mengatakan sesuatu, tetapi tidak sempat karena pintu rumah tiba-tiba terbuka menampilkan sosok Erik di sana.
Kinara buru-buru bangkit berdiri dan dengan sembrono tersandung kakinya sendiri. Tubuhnya limbung dan segera menabrak lantai.
“Ah.”
Sian yang melihat itu hendak berdiri dan membantunya namun ia kalah cepat dengan Erik. Melihat Erik mengulurkan tangannya, Sian kembali pada tempat duduknya.
Erik membantu Kinara untuk berdiri.
“Nyonya tidak apa-apa?”
“Aku baik-baik saja. Terima kasih.”
Alis Sian berkerut saat mendengar suara lembut dari bibir Kinara. Ia dengan mudah mengucapkan kata terima kasih kepada orang lain. Sementara untuk dirinya yang mati-matian mencari di tengah hujannya lebat hanya disuguhi pemandangan mata yang begitu ketakutan.
“Nyonya, kakimu.”
“Ah, ini tidak apa-apa. Saat perjalanan pulang tadi aku tidak sengaja terjatuh.”
Alis Sian semakin mendalam lalu pria itu mengalihkan pandangannya pada meja yang mengkilap. Sekilas ia melirik Erik yang masih memegang tangan Kinara.
Api di dada Sian yang sebelumnya belum pada kini kembali berkobar. Dalam hitungan detik kini sudah meledak kembali.
“Kembalilah ke kamarmu sekarang!”
Tanpa sadar Kinara menelan ludah ketika mata gelap itu menatapnya. Dan tanpa sadar pula ia melangkah mundur. Sementara Erik yang menyadari tindakannya langsung melepaskan tangannya dan mundur seraya menundukkan kepala.
Setelah kepergian Kinara, Erik menatap wajah jelek Sian.
“Untuk apa kamu ke sini? Pergilah menangani kekacauan apa pun itu!”
Erik tidak pergi, ia berdiri di sana selama beberapa detik.
“Apa kamu tuli?”
“Saya hanya ingin mengantarkan bubur yang anda minta.”
Sian meliriknya sekilas, “Tinggalkan itu di meja dan pergilah.”
Erik secara naluriah meletakkan bubur tersebut di meja dan mundur untuk meninggalkan Sian dalam ruangan itu.
Setelah kepergian Erik. Sian meraih bantal dan meletakkannya di bawah kepalanya dan berbaring di sana. Ia menutup matanya dan menenangkan pikirannya.
Ia memiringkan badannya dan matanya tanpa sengaja menatap bubur di depannya. Tiba-tiba ia mengangkat kakinya dan menendang meja tersebut. Akibatnya bubur tumpah ke lantai. Bubur yang berserakan mengeluarkan aroma yang harum.
Sian pasti sudah gila. Pria itu menyuruh Erik membelikan bubur untuk Kinara. Namun hasilnya begitu ia melihatnya. Dia langsung terburu-buru membuat alasan untuk pergi dari hadapannya.
Itulah yang membuat Sian marah. Meski ia yang menyuruh pergi darinya sejauh mungkin namun perasaan Sian saat ini seperti terombang-ambing.
Ia yang ingin melemparkannya sejauh mungkin kini ia mulai marah saat dia benar-benar jauh darinya.
“Aku pasti sudah gila.”
Sian buru-buru memasuki kamarnya. Ia melihat sosok wanita yang berbaring di ranjangnya. Sian mendekatinya dan sengaja membuat gerakan di sana agar dia terbangun.
Dan benar saja, Kinara terbangun dengan mata yang berkedip.
Mata itu mampu memikat Sian dan sialnya membuat kehilangan kendali lagi.
.........
Pagi ini, Sian mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Ia ingin merasakan tenang. Semua kekacauan ini karena Kinara. Ia mengumpat dalam hati. Tidak, ia tidak akan memikirkan gadis itu. Tidak sekarang. Kalau ia memikirkan gadis itu, yang ingin dilakukannya sekarang adalah membawanya dalam kendalinya.
Sian menghentikan jalan pikirannya seiring selesai acara di dalam kamar mandi. Ia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian baru dan langsung keluar dari kamarnya.
langkah kakinya yang berhenti mendadak di tengah anak tangga saat aroma harum menusuk indra penciumannya. Ia mengerutkan kening dan kakinya mengikuti aroma itu berasal. Ia berhenti di ambang pintu dan melihatnya sedang memasak.
“Apa yang kamu lakukan?”
Kinara langsung terkesiap melihat Sian. Mata gadis itu melebar kaget dan ia berdiri mematung. Sian tidak berkata apa-apa. Ia hanya memberengut menatap gadis yang telah menghancurkan dunianya.
Kinara hendak membuka mulutnya namun suara bel rumah membuat mulutnya kembali terkatup. Sian langsung berbalik dan meninggalkan dapur untuk membukakan pintu.
“Untuk apa kalian ke sini?”
“Apakah ini cara menyambut teman?”
Di depan pintu sudah ada dua lelaki yang sangat akrab dengan Sian. Mereka adalah teman Sian, Junha dan Lee Hyuk.
“Aku ingin minta makan padamu.”
“Ini bukan tempat penampungan. Lagi pula tidak ada asisten rumah tangga di sini. Mereka libur."
“Hey!”
Lee Hyuk memasuki rumah tersebut dan mencium aroma yang sangat harum.
“Apa istrimu sedang memasak?” tanya Lee Hyuk.
Segera setelah Lee Hyuk mengatakan itu, Junha juga ikut masuk ke dalam dan mencium aroma kuat-kuat.
“Aromanya sangat harum.”
“Aku akan melihat-lihat,” ucap Lee Hyuk.
Langkah Lee Hyuk menuntunnya menuju dapur. Dari netranya, ia melihat sosok perempuan yang membelakanginya. Lee Hyuk sangat penasaran, ia mendekatinya tanpa suara.
Saat ia tepat berada di belakangnya. Ia mencoba untuk menyentuh pundaknya. Tangannya terulur untuk menyentuh pundaknya.
Namun sebelum ia bisa menyentuh, dia tiba-tiba berbalik. Lee Hyuk menyipitkan mata dan mata itu tiba-tiba memiliki ekspresi terkejut.
“Kinara.”
Tbc
Selalu dukung cerita ini ya
Oh iya ada satu pengumuman lagi...jadi salah satu karya author akan segera terbit...buat kalian yang suka genre fantasy, fiksisejarah bisa kepoin ya...
Kemarin diadakan pemilihan untuk cover...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Anis Swari
selalu mampir di cerita yang keren ini
2023-07-19
0
Seniwatiw Seniwatiw
ia pasti ku baca
2022-04-25
0
Mukhtar Salem
seru makin penasaran 👍👍👍
2022-01-11
0