Makan malam keluarga Lee benar-benar begitu hangat. Meskipun ada satu orang yang tampak tak senang dengan acara makan malam ini. Siapa lagi jika bukan Sian.
Pria itu sedari tadi hanya diam dan menjawab pertanyaan yang dilayangkan padanya hanya seperlunya saja.
Kinara hanya sesekali mencuri pandang dengannya. Tak dapat dipungkiri duduk bersebelahan dengannya membuat bulu kuduknya berdiri.
“Apakah kamu bahagia?”
Kinara langsung menoleh ke arah kakek Lee. Tampak jelas bahwa ia sangat terkejut dengan apa yang ia dengar.
“Ah, ya.” Kinara langsung memperbaiki ekspresinya dengan senyum yang cantik.
“Syukurlah, aku senang mendengarnya.”
Kinara langsung menduduk dan mengorek-ngorek makanan yang ada di piringnya. Merasa diperhatikan dari samping. Kinara langsung menoleh dan langsung disambut oleh tatapan tajam dari Sian.
“Apakah ada sesuatu di wajahku?”
Mata Sian semakin tajam sebelum ia melengos ke arah lain. Melihatnya, Kinara langsung mengambil napas panjang.
“Kakek, aku harus kembali sekarang. Besok pagi, aku ada rapat penting.”
“Baiklah, berkendara dengan hati-hati. Jaga Winter baik-baik.”
“Dia bukan anak kecil.”
“Tapi kamu adalah suaminya.”
“Baiklah, aku akan menjaganya.”
Setelah acara makan malam, Sian dan Kinara keluar dari rumah keluarga Lee. Ekspresi Sian lagi-lagi berubah seratus delapan puluh derajat. Senyum hangat yang ia tampilkan saat berpamitan dengan kakeknya kini berganti dengan aura gelap yang begitu menyeramkan.
Sian menyetir mobilnya dengan sembrono. Kinara sampai-sampai harus menahan napasnya. Jantungnya benar-benar berpacu.
Duk. Mobil tiba-tiba berhenti membuat Kinara terlempar.
“Keluar!”
Otak Kinara masih belum bisa bekerja dengan cepat. Ia masih terlihat syok dengan apa yang baru saja ia alami.
“Jangan bilang kamu percaya bahwa aku akan menjagamu. Aku hanya berakting di depan kakek. Ingat, di luar kamu tidak ada hubungannya denganku.”
Bulu mata Kinara bergetar. Tangannya memegang erat tas yang berada di pangkuannya.
Gadis itu langsung membuka pintu mobil. Belum sempat ia benar-benar keluar dari mobil. Tiba-tiba mobil langsung di gas dan melaju pergi.
Kinara pun terlempar beberapa langkah dan jatuh tersungkur. Itu berdampak pada pergelangan tangannya dan kakinya. Ada luka lecet di sana dan ada beberapa luka goresan.
“Ah.”
Sebelum benar-benar berdiri. Kinara menghirup oksigen sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang begitu sesak.
Seketika ingatan saat makan malam bersama kakek berputar kembali. Saat dia mendaratkan ciuman, saat dia memperlakukannya dengan manis. Tindakannya tanpa cela.
Kinara tahu bahwa dia hanya berakting tapi ia sendiri tak bisa menghentikan debaran jantungnya sendiri.
Setiap Sian memperlakukannya dengan baik meskipun itu hanya sandiwara belaka. Secercah kebahagiaan muncul begitu saja.
Orang yang dulu ia rindukan muncul di depannya lagi dan saat ini menjadi suaminya. Kinara suka dengannya.
Meskipun sikap dan perlakuannya kasar. Kinara akan mencoba bertahan dan mengubahnya.
.........
Fluktuasi antara hati dan pikiran Kinara benar-benar mempengaruhinya. Setibanya di rumah. Gadis itu langsung menenggelamkan dirinya di dalam selimut yang begitu hangat dan halus.
Namun faktanya hatinya masih terganjal. Kinara cepat-cepat bangun dan membuka pintu untuk keluar.
Langkahnya terhenti saat di depan pintu kamar bercat putih. Dengan ragu-ragu tangannya terulur untuk memegang ganggang pintu.
“Dia selama ini belum pernah pulang di rumah ini. Jangankan menginap, menginjakkan kakinya saja dia tidak mau. Lihat saja, apa yang terjadi pada kamarmu.”
Kinara langsung masuk dan aroma maskulin langsung menubruk indera penciumannya.
“Dasar laki-laki jahat! Tubuhku terluka karena ulahmu,” ucap Kinara sambil menendang-nendang ranjang milik Sian.
Tak sampai di situ saja. Kinara bahkan mengacak-ngacak bantal dan selimut milik Sian.
“Apakah otaknya sakit? Dia bahkan tak bisa mengenali mana Winter yang asli dan palsu.”
Bang. Pintu ditendang secara paksa. Rasa dingin mengalir di punggung Kinara. Gadis itu terpaku di tempatnya. Kinara merasa jantungnya akan melompat keluar. Kinara tak berani mengangkat kepalanya.
Pandangan Sian lurus menatap gadis yang tengah berdiri di atas ranjangnya. Kamar itu berantakkan. Kemarahan menutupi semua matanya. Auranya menggelap dan seakan ingin membunuh.
Suara keras kembali terdengar saat pintu ditutup dengan karas. Sian melangkah mantap menuju ke arah Kinara.
Kinara yang tahu bahwa riwayatnya akan habis melangkah mundur. Namun kakinya seperti jeli. Ia terduduk di ranjang Sian.
Tanpa diduga Kinara, kepalanya terasa sakit dan panas. Tangan Sian mengambil beberapa rambutnya dan menjambaknya.
“Sian, aku...”
“Kamu melakukan beberapa cara untuk membuatku menikahimu.” Matanya yang sedingin ingin tersebar oleh rasa kebencian yang teramat dalam.
“Tidak! Bukan seperti itu.”
Perkataan Kinara malah memancing perbuatan Sian. Genggamannya kini semakin erat.
Tanpa aba-aba. Sian memaksa bibirnya untuk terbuka. Itu tidak seperti ciuman tetapi gigitan yang memaksa.
Kekuatan yang digunakan Sian benar-benar besar sehingga membuat bibir Kinara terasa sakit.
Kinara secara naluri ingin melarikan diri. Namun semakin ia memberontak semakin besar pula kekuatan yang diberikan Sian.
Kinara hampir kehabisan oksigen. Beberapa kali ia memukul dada Sian. Sian yang mengetahui bahwa gadisnya akan segera mati pun, menyudahi kegiatannya.
Napas Kinara memburu. Ia secara rakus meraup oksigen sebanyak-banyaknya.
“Apakah aku tidak memperingatkanmu sebelumnya? Jangan biarkan kakek tahu kondisi kita saat ini. Atau kamu ingin berbuat ulah kembali. Menggunakan kakek untuk memaksaku.”
Kinara mengerutkan keningnya. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud Sian. Memaksanya? Menggunakan kakek untuk dirinya?
“Apa maksudmu?”
“Wanita munafik! Bagaimana bisa kakek bisa tahu bahwa aku tidak pernah pulang ke rumah ini? Bukankah kamu yang memberitahukannya!”
Mendengar perkataan Sian, akhirnya Kinara mengetahui akar masalahnya. Kemarahan Sian dipicu oleh kakek yang mengetahui bahwa Sian tak pernah pulang ke rumah.
“Bagaimana kakek bisa tahu? Aku tidak memberitahukannya. Apakah pengurus rumah tangga yang memberitahukannya?” batin Kinara.
“Kenapa diam? Merasa takut karena kebohonganmu terbongkar.”
Bibir Kinara bergetar ingin menyangkalnya kembali namun nyatanya tak ada suara yang keluar dari bibir mungilnya.
“Benar-benar dilakukan dengan baik. Karena kamu sudah melakukan dengan baik. Aku juga akan memperlakukanmu dengan baik.”
Sian mengulurkan tangannya dan menekannya di ranjang. Gerakannya cepat dan begitu intim.
Sian mengambil tubuhnya dan hatinya di waktu yang bersamaan. Gelombang rasa sakit menghantamnya begitu keras.
Tempat tidur yang awalnya berantakkan. Kini semakin berantakkan. Semakin Kinara berjuang semakin Sian memberikan kekuatan yang lebih dan menyakitkan.
Mata Kinara semakin buram. Air matanya meleleh begitu saja. Kinara sadar betul bahwa kekejaman yang ia alami saat ini, diarahkan untuk Winter. Kinara hanya pengganti jadi tak ada alasan untuk bersedih.
Namun pada dasarnya, ialah yang menderita semua ejekan, penghinaan, kebencian dan penindasan.
“Aku mohon, lepaskan aku!”
Kinara meraung. Pada akhirnya ia sangat kelelahan.
“Jika kamu takut karena perlakuan kejam ini. Jangan mencoba untuk menghasut kakek lagi.”
Sian sepertinya ingin mengatakan sesuatu lagi namun ia terdiam. Matanya menatap sosok mata kecil yang tengah meringkuk.
.
.
.
Jangan lupa dukung cerita ini ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Anis Swari
Jahat banget kamu Sian, Awas aja nanti jadi bucin
2023-07-09
0
M Iriansyah
sangat sangat bagus
2022-05-28
0
Seniwatiw Seniwatiw
ya pasti aku dukung thor
2022-04-25
0