Kinara masih berada di kamarnya. Otaknya sangat berpikir keras memikirkan apa yang terjadi pada Sian. Sedang sibuk memikirkan Sian, dengan samar-samar suara telepon rumah terdengar di sana.
Dengan enggan, Kinara berjalan keluar dari kamarnya. Saat membuka pintu. Seorang laki-laki berdiri di depannya. Kinara hampir terjungkal karena terkejut melihat dia berada di depannya. Lalu gadis itu, menepi memberi jalan tapi sepertinya Sian tak ada niat untuk masuk ke dalam kamar.
“Jangan berpikir terlalu berlebihan. Aku membawamu ke pesta karena itu perintah kakek.”
“Aku benar-benar tidak mengatakan kepada kakek bahwa aku ingin pergi ke pesta bersamamu, sungguh. Aku mungkin sibuk minggu depan. Aku akan memberitahu kakek bahwa aku tidak bisa pergi bersamamu.”
Mata Sian menyipit tidak suka. Ajakan pesta malam itu adalah alasan yang dibuatnya. Bahkan kakeknya tidak tahu ia menghadiri pesta makan malam. Jika Kinara pergi ke kakek bukankah kebohongan akan terungkap.
“Kamu ingin kakek datang padaku dan menghajarku?”
”Tidak! Aku tidak bermaksud seperti itu, ” bantah Kinara cepat.
“Jika kakek memanggilku dan mengatakan apa pun yang mengambil ketenangan pikiranku. Orang pertama yang akan kusalahkan adalah dirimu. Lihat saja bagaimana caraku untuk berurusan denganmu.”
Kinara menggigit bibir dan berusaha menahan diri supaya tidak melempar vas bunga yang berada di sampingnya ke kepala Sian. Ia berdiri dan bergumam, “Aku harus pergi. Telepon rumah dari tadi berbunyi.”
Sian mendesah dalam hati. Aneh sekali, bagaimana wanita di depannya bisa membuat perasaan seseorang menjadi berat dan muram hanya dengan satu kalimat singkat.
“Kamu mengabaikan peringatanku.”
“Aku tidak mengabaikanmu.”
”Terserah,” sahut Sian pendek dan pria itu pun pergi.
Beberapa menit kemudian Kinara mendengar suara mobil Sian. Ia akhirnya memutar tubuhnya dan berlari kecil menuju jendela untuk melihatnya. Mobil Sian perlahan keluar dari gerbang.
“Kamu tahu, alasan aku menjadi pengantin pengganti selain karena ibuku yang membutuhkan biaya juga karena aku mencintaimu. Meskipun kamu pria menyebalkan. Memang benar kata orang. Penyesalan selalu datang terlambat.”
Bunyi samar telepon rumah yang berdering membuat Kinara terjaga dari lamunannya. Ia segera turun agar suara itu berhenti.
“Halo.”
“Kenapa kamu susah dihubungi? Kamu ingin melarikan diri?” teriak dari suara di seberang.
“Aku tidak sedang melarikan diri. Aku punya alasan, mengapa aku susah dihubungi.”
“Aku ingin mendengar alasanmu!”
“Ponselku rusak, aku tidak bisa menggunakannya.”
“Kenapa bisa rusak? Kamu sengaja melakukannya.”
“Tidak, itu karena terjatuh.”
“Lupakan itu, aku akan membelikannya lagi untukmu. Aku hanya ingin memberitahumu.”
“Apa?”
“Minggu depan, akan diadakan pesta. Di sana banyak sutradara dan juga orang-orang penting. Aku mendengar bahwa mereka akan mengadakan audisi untuk memerankan karakter utama. Ini kesempatan kita untuk menaikkan level Winter.”
“Tapi minggu depan aku—“
“Aku tidak ingin mendengar alasan. Kamu harus datang ke sana. Aku mendengar selain Jina, Ruhi juga ada di sana.”
“Ruhi?”
“Aku tidak perlu menjelaskannya kan? Kamu harus mendapatkan peran utama itu. Jika tidak aku akan menyalahkanmu.”
“Tapi—“
Tut. Tut. Suara sambungan terputus membuat Kinara memberengut.
“Kenapa mereka membuatku bingung setengah mati?”
.........
Sian memberengut menatap jam di pergelangan tangannya. Sekarang sudah pukul dua puluh tepat dan gadis itu masih belum terlihat batang hidungnya. Hebat. Hebat sekali.
Sian sudah uring-uringan sejak tiga puluh menit yang lalu. Dan ia akan tetap uring-uringan sampai ia belum melihat gadis itu.
Sian menatap pintu di sampingnya dan suasana hatinya semakin muram. Ia menggerutu. Bukankah ia sudah mengatakan dengan jelas kemarin bahwa gadis itu harus tiba di sini jam delapan tepat? Apakah kata-katanya kurang jelas?
“Erik, seret wanita itu ke sini.”
Erik yang merasakan aura mengancam hanya bisa mengangguk dan menjawab dengan terbata-bata. Pria itu langsung meninggalkan Sian yang berada di mobil.
Erik lantas pergi ke kamar utama. Pria itu menatap pintu sejenak sebelum mengetuk daun pintu dengan lembut.
“Nyonya Muda, apakah Nyonya Muda sudah siap?”
Satu panggilan tak terjawab membuat Erik mengerutkan keningnya.
“Nyonya Muda, apakah anda di dalam?”
Tak ada sahutan lagi membuat Erik ketakutan. Ia memiringkan kepalanya sedikit, memasang telinga. Hening. Tidak terdengar apa-apa. Erik berusaha untuk membuka pintu itu, namun sayangnya dikunci dari dalam.
“Nyonya Muda!”
Erik tak punya pilihan lain selain mendobrak pintu tersebut. Pikirannya sudah kacau balau. Saat Erik akan melakukan ancang-ancang untuk mendobrak. Suara kunci berputar di sana dan pintu terbuka.
Saat pintu terbuka, Kinara melihat tingkah laku Erik yang diluar kebiasaannya.
“Kamu sedang apa?”
“Ah, Nyonya. Saya ingin menjemput Nyonya Muda. Tapi...”
Erik melihat penampilannya wanita di depannya dengan saksama. Tidak ada gaun yang dia kenakan. Hanya setelan rumah.
“Ah,” ucap Kinara sambil memegang perutnya.
“Nyonya Kenapa?”
“Perutku sakit.”
Erik tampak merasa panik dan merasa ketakutan.
“Nyonya tunggu di sini. Saya akan mencarikan obat.”
Kinara menatap Erik yang pergi mencari obat. Kinara masih memegang perutnya dan beralih jongkok di depan pintu kamar.
“Kenapa perutku benar-benar sakit. Padahal rencana awal hanya ingin berpura-pura.”
Suara sepatu yang bergemuruh membuat Kinara mendongak. Ia melihat Erik berlari membawa segelas air dan juga obat di tangannya.
“Nyonya, minum obat ini. Ini akan membuat perut Nyonya lebih baik.”
Kinara langsung mengambil obat tersebut dan menelannya. Ia segera minum air hingga tandas.
“Apa kita sebaiknya pergi ke rumah sakit?”
“Tidak! Aku akan istirahat di rumah. Ini akan sembuh dengan sendirinya.”
Baru saja bibirnya terkatup. Kinara mulai merasa indra penglihatannya mulai kabur dan perlahan ia tak sadarkan diri.
“Nyonya! Nyonya Muda!”
Erik berusaha membangunkan Kinara namun gadis itu tak bergerak sama sekali. Erik panik, ia langsung menggendong Kinara masuk ke dalam kamar.
Erik membaringkannya ke sana dan pergi keluar untuk memberitahukan pada Sian.
Sian menatap Erik dan pandangannya beralih mencari sosok perempuan yang ia tunggu sedari tadi.
“Dimana dia?” tanya Sian cepat agak jengkel.
“Nyonya Muda tadi merasakan sakit di bagian perut jadi saya bawakan obat. Setelah itu...”
Alex menyipitkan mata. ”Setelah itu?”
“Nyonya pingsan.”
”Apa katamu?”
Sian terkejut mendengar bahwa gadis itu pingsan tetapi ia berhasil menjaga raut wajahnya tetap datar dan acuh tak acuh. Sian tidak berkata apa-apa. Pria itu langsung keluar dari mobilnya dan menuju ke rumah.
Erik berjalan mengekori Sian di belakangnya.
Sian langsung membuka pintu kamarnya dan melihat sosok gadis tengah terbaring di sana. Ia melihatnya sekilas dan mata elangnya beralih menatap obat yang berada di nakas.
Tangannya terulur untuk mengambilnya.
“Bawa dia ke rumah sakit segera!”
“Iya.”
Erik bersiap-siap untuk menggendong Kinara. Baru saja Erik menyibakkan selimut. Ia merasakan ujung pistol diarahkan ke kepalanya. Ia langsung menatap Sian dan matanya seakan ingin membidiknya.
“Apa yang kamu lakukan?”
“Membawa Nyonya ke rumah sakit.”
“Siapkan mobil.”
Erik linglung sejenak sebelum ia mengangguk patuh, “Baik.”
Mobil melaju dengan cepat membelah jalanan kota. Sesekali Erik melirik keadaan di belakang.
“Apakah Nyonya Muda akan baik-baik saja?”
“Menurutmu, apa yang akan terjadi jika seseorang meminum obat yang sudah kadaluwarsa?”
Keringat dingin langsung bermunculan di wajah Erik. Ia merasa ketakutan dan waswas. Erik ingin berbicara namun belum sempat ia mengeluarkan kata, sebuah suara menginterupsinya.
“Jangan katakan alasan apa pun. Percepat saja laju mobilnya.”
“Baik.”
Sesampai di rumah sakit. Kinara langsung diperiksa oleh dokter. Dokter mengatakan bahwa Kinara mengalami gastroenteritis akut. Sehingga menyebabkan nyeri hebat yang membuatnya tidak sadarkan diri.
“Apakah dia benar diagnosanya gastroenteritis?”
“Ya.”
“Tapi kenapa dia belum sadarkan diri?”
“Dia hanya tertidur. Saya tahu anda panik tapi jangan sampai anda meracuninya dengan memberikan obat kadaluwarsa.”
Sian langsung menatap tajam ke arah Erik. Sementara Erik yang ditatap seperti itu langsung menundukkan kepalanya.
“Saya pergi dulu.”
Sian mengangguk. Saat melihat dokter sudah pergi, pria itu langsung mendatangi Erik.
“Pergilah berjaga di luar.”
“Baik.”
Setelah kepergian Erik, Sian dengan manisnya membenarkan posisi tidurnya dan menyelimuti Kinara.
Kinara yang sebenarnya tidak tertidur merasakan sentuhan hangat tangan Sian yang menjalar sampai ke hatinya.
Perempuan itu tiba-tiba membukakan mata dengan perlahan-lahan. Ia menatap Sian yang duduk di sampingnya sambil memejamkan mata.
Kinara dengan rakus melihat wajah tampan Sian.
“Raja iblis yang tampan.”
“Sudah puas menatapku.”
Kinara langsung membulatkan matanya dan kembali memejamkan matanya.
“Sepertinya kamu sudah sehat. Aku akan pergi!”
Mendengar perkataan Sian, Kinara buru-buru terbangun.
“Tunggu dulu.” Kinara buru-buru menjangkau tangan Sian.
Sian tak menjawabnya, ia menoleh menatap Kinara. Sedangkan Kinara yang sedang ditatap menjadi menciut nyalinya.
“Itu...hem...”
“Katakan! Aku tidak punya waktu, ucap Sian dengan nada tajam bercampur heran.
Kinara tersentak namun ia berusaha tersenyum lebar, menunjukkan deretan giginya yang putih dan rapi.
“Aku sudah berjanji akan pergi ke pesta denganmu. Aku akan ikut denganmu.”
Satu detik. Dua detik. Tiga detik.
Sian masih diam menatap lurus Kinara. Sedangkan gadis itu menggigit bibirnya dan merutuki kebodohannya.
Kinara langsung mendongak saat tangannya tersentak. Rupanya Sian melepaskan genggamannya. Sian langsung pergi begitu saja meninggalkan bangsal.
Melihat kepergian Sian, Kinara menundukkan kepalanya.
Sian menatap pintu yang ditutupnya sebelum pergi ie arah Erik.
“Pergi beli baju yang baru untuknya.”
Sian menggerakkan kepalanya dekat dengan telinga Erik sambil berkata, “Ingat, baju itu harus mencerminkan istri yang baik dan juga ibu yang penuh kasih sayang. Jangan pilih gaun yang kekurangan bahan.”
Setelah mengatakan itu tanpa ekspresi Sian menarik kembali kepalanya. Sian lalu pergi begitu saja. Rupanya ia mengambil salah satu ruangan untuk merokok.
“Selama ini, ia menggunakan baju yang tidak senonoh. Dimana memakai itu sama dengan tidak memakai apa pun.”
.
.
.
Oh iya aku mau ingetin kalau kalian penasaran dengan cerita kelanjutannya kalian bisa cek di toko sebelah ya...di sana sudah part 22.
Dan aku mau kasih tahu juga bahwa novel Landing On You masih buka P.O
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Anis Swari
asyik Sian tipe2...you die if you touch her
2023-07-19
0
Neni Setyorini
Kinara kenapa kok seperti nya menderita trs
2022-05-30
0
Neni Setyorini
Kinara kenapa kok
2022-05-30
0