Kinara hampir tersedak air liurnya sendiri. Saat pertama kali membuka matanya, yang ia lihat dalam pantulan cermin seperti bukan dirinya.
Tangannya meraba-raba wajahnya sendiri. Perubahannya sangat signifikan hanya dengan beberapa polesan dari make up.
“Kamu terlihat seperti, Winter.”
Kinara hanya mengerjapkan matanya berulang kali. Ini seperti tak nyata.
“Ingat untuk bersikap sebagai Winter. Kamu sudah membaca file yang ku kirimkan padamu?”
“Ya.”
“Bagus! Sekarang ayo kita ke Biro Urusan Sipil.”
Kinara langsung menoleh ke arah Minji seakan bingung.
“Untuk apa?”
“Jelas untuk mendaftarkan pernikahan Winter dan suaminya. Winter kemarin sudah pergi ke Amerika jadi kamu yang harus ke sana. Tenang saja, aku akan menemanimu.”
Mereka berdua lalu pergi ke Biro Urusan Sipil. Sekitar satu jam perjalanan mereka sudah sampai di sana.
Kinara menatap gedung itu. Di sinilah nasibnya akan dipertaruhkan. Sebelum ia keluar dari mobil. Kinara meraup oksigen dengan banyak-banyak.
Saat ini Kinara dan Minji duduk di sebuah kursi yang berada di lorong untuk menunggu calon suami Winter.
“Aku akan ke toilet sebentar. Kamu tunggu di sini,” ucap Minji dan Kinara hanya mengangguk.
Kinara menunduk dan menatap layar teleponnya. Sejak sesampainya di Korea, ia belum memberitahukan kabarnya pada adiknya. Kinara tersenyum sekilas sebelum jari-jari tangannya mengetik pada papan untuk memberi pesan singkat adiknya.
“Nona Winter.”
Kinara langsung menghentikan ketikannya dan langsung mendongak untuk melihat orang yang memanggil. Mata Kinara langsung bertubrukan dengan sosok pria berjas hitam nan rapi.
Kinara sangat terkejut. Bibir merahnya sedikit terbuka karena takjub. Ia menatapnya dengan kagum saat dia tersenyum tulus padanya.
“Nona Winter.”
“Ah, iya.” Kinara menelan ludahnya saat dia memanggilnya dengan nama saudara tirinya.
Kinara buru-buru berdiri, “Kamu...”
“Aku di sini untuk prosedur pernikahan. Apakah nona membawa persyaratannya?”
Kinara linglung sejenak sebelum otaknya menerima bahwa pria di depannya adalah calon suami Winter.
“Ya. Semua ada di sini,” ucap Kinara sambil menunjuk tas yang berada di tangannya.
“Baiklah, ayo.”
Pria itu menatap Kinara sebelum mengisi formulir. Kinara juga mengisi formulir itu namun tangannya berhenti saat berada pengisian nama.
“Aku tidak ingin tidur dengan orang lain selain suamiku.” Kinara mulai membatin.
Tangannya mengepal kuat seakan ragu. Keputusannya benar-benar akan mempengaruhi kehidupan ke depannya.
Dengan berat hati, Kinara menuliskan nama Winter di sana namun sebelum dikumpulkan pria itu menegurnya.
“Nona sebaiknya memakai nama asli untuk mengisinya.”
Kinara tersadar bahwa nama Winter bukanlah nama asli dari saudara tirinya melainkan nama panggung untuk dunia hiburan.
Sekali lagi Kinara ragu untuk menuliskan nama. Ia menggigit bibir merahnya seakan tertekan. Pernikahan adalah hal yang sakral dan seharusnya tidak untuk dipermainkan.
“Aku tidak ingin mengorbankan hidupku untukmu. Jadi jangan salahkan aku.”
Kinara langsung menuliskan namanya di sana. Sebelum ia menyerahkan formulir itu. Mata Kinara menyipit untuk melihat formulir yang berada di seberangnya. Bukan tanpa alasan, Kinara hanya ingin mengetahui nama yang akan menjadi suaminya.
Tak sampai lima menit sertifikat pernikahan sudah jadi. Kinara ingin melihatnya namun sebelum tangannya mampu menjangkau. Pria itu sudah mengambilnya terlebih dahulu.
“Saya akan menyimpannya untuk berjaga-jaga.”
Mendengar itu, Kinara diliputi rasa kecewa yang tinggi. Namun ia menyembunyikannya.
“Ya, itu lebih baik.”
“Aku akan pergi, besok kita akan bertemu di perayaan.”
“Oh, asisten Erik.”
“Nona Minji.”
Kinara langsung menoleh ke arah Minji dan keningnya berkerut saat perempuan ini menyebutkan nama panggilan yang aneh.
“Kenapa dia memanggilnya asisten Erik? Bukankah dia suami...” Kinara membatin.
“Tuan tidak bisa hadir jadi saya mewakilinya untuk mengurus prosedur pernikahan Tuan dan Nona Winter.”
Lagi-lagi Kinara mengerutkan keningnya. Otaknya benar-benar bertentangan. Jadi pria di depannya yang bernama Erik yang ia sangka suaminya bukanlah suaminya melainkan asisten dari suaminya.
Wah, lelucon macam apa ini. Kinara benar-benar merasa bodoh.
“Kami sudah membawa berkasnya,” ucap Minji.
“Ya, kami sudah menyelesaikannya.”
“Apa?” Minji terlihat terkejut dan langsung melirik ke arah Kinara.
“Untuk sertifikatnya, aku yang akan membawanya.”
“Ya.”
Keesokannya, Kinara sudah di dandani oleh Minji. Tentu saja dengan riasan yang menyerupai penampilan Winter. Gaun yang ia pakai saat ini adalah gaun pengantin berwarna putih dengan desain yang sederhana.
Kinara mengira pernikahan Winter akan layaknya seperti dongeng mengingat Winter adalah seorang artis. Namun nyatanya itu adalah pesta pernikahan yang sederhana.
“Ingat untuk terus tersenyum.”
“Ya, aku mengingatnya.”
“Ayo pergi.”
Kinara menggigit bibirnya karena gugup. Kinara pergi ke aula. Semua orang mulai memandanginya dan rasa gugupnya semakin membuncah.
Apalagi untuk pertama kali, ia akan bertemu dengan suaminya. Ya, Kinara belum pernah melihatnya.
Dengan langkah anggun Kinara terus melangkahkan kakinya hingga di tengah perjalanan karpet merah. Matanya menemukan sepasang sepatu pria di depannya.
Mata Kinara perlahan mendongak dan mendapati setelan jas dengan warna senada dengannya. Setelan itu membungkus tubuhnya yang tinggi dan tegap dengan sempurna.
Wajahnya tampan dengan hidung mancung yang sempurna. Matanya tajam, gelap dan memikat.
Seringai kecil terbit di wajahnya dan itu sukses membuat Kinara membeku di tempatnya.
Pria di depannya menghela napas. Dialah Sian. Pemegang perusahaan terkemuka dan satu-satunya ahli waris dari keluarga Lee.
Melihat istrinya diam di tempatnya. Sian melangkah dengan kakinya yang panjang. Hanya butuh beberapa langkah untuk mencapainya.
Sian menundukkan kepalanya untuk melihat gadis yang berada di depannya sebelum tangannya mencengkeram kuat pergelangan tangan Kinara.
Tubuh Kinara langsung bergetar saat merasakan sakit di pergelangan tangannya.
“Ayo,” ucap Sian dengan otoriter.
Sian menarik keras tangan Kinara. Gadis itu menggigit bibirnya dengan kuat agar lolongan kesakitannya tidak keluar.
Kinara berjalan di karpet merah dengan menggunakan sepatu hak tinggi. Ia bahkan tak bisa mengikuti langkah Sian.
Kinara sedikit kehilangan keseimbangan tubuhnya dan pada saat itu Sian melepaskan cengkeramannya akibatnya Kinara jatuh tertelungkup ke depan.
Semua yang hadir menjadi heboh dan Kinara merasa benar-benar malu. Ia merasakan gelombang penghinaan.
Kinara berusaha berdiri sementara orang yang berada di dekanya hanya mengamati dengan pandangan jijik dan senyum seringai.
Dengan sedikit memaksa, Kinara mampu merasakan gelombang rasa sakit di pergelangan kaki kanannya. Kinara lagi-lagi harus menelan benjolan di tenggorokannya.
Langkahnya goyah sebelum ia mampu menstabilkan tubuhnya.
Matanya melihat ekspresi di depannya dan itu sukses membuat Kinara benar-benar marah. Kinara mendengus dengan kesal.
.........
Saat membuka mata, benda pertama yang dilihat Kinara adalah jam dinding. Jam itu sudah menunjukkan jam sembilan pagi.
Kinara memegang kepalanya sendiri saat kilasan otoriter Sian muncul di kepalanya. Dengan sombongnya, Sian memperingatkan bahwa ia tidak diizinkan untuk berinteraksi dengannya, memperingatkan untuk tidak mengganggunya dengan alasan apa pun.
Mengingatnya membuat Kinara bersungut sebal. Ia menendang-nendang selimutnya.
“Lihat saja, kamu akan berlutut di bawah kakiku dan memintaku untuk bertemu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Anis Swari
Sukses selalu kak thor
2023-06-07
0
Seniwatiw Seniwatiw
penasaran jadinya
2022-04-25
0
Puan Harahap
kinara cantik sekali
2021-01-31
1