Ya Allah...
Aku melangkah terlalu jauh.
Aku takut tidak akan bisa kembali...
Bimbing langkah kakiku... Pinta Raina dalam do'a.
Malam itu ia menangis sejadi-jadinya. Sejak acara amal itu ada yang salah dengan hatinya.
Jatuh cinta?
Ia terlalu takut untuk jatuh cinta pada seorang pria yang tidak halal untuknya.
"Tak seharusnya ku permainkan perasaanku. Tidak pantas aku memiliki perasaan terhadap sesuatu yang belum mutlak menjadi milikku.
Allah...
Sebelum perasaan ini tumbuh semakin dalam, bantu aku untuk melupakannya.
Ajarkan aku untuk selalu menjadikan Al-quran sebagai pedoman hidupku.
Dan orang-orang yang beriman itu amat besar cintanya kepada Allah. (Al-Baqarah 165)."
Raina menghapus air matanya sambil menghadapkan wajahnya kelangit.
"Allah. Aku takut tidak bisa bertahan, sementara aku memiliki banyak tanggungan." Raina kembali menghapur air mata dengan punggung tangannya.
Begitulah sepertiga malamnya berlalu, segala harapan yang menyesakkan dada ia uraikan dalam do'a di iringi tangis pengharapan seorang hamba padaTuhannya tanpa batas.
Raina menyadari kelemahannya, dan ia pun mengetahui do'a di sepertiga malam ibarat anak panah yang tepat sasaran, karena itulah ia tidak ingin melewatkan waktu terbaiknya untuk merengek sambil menangis pada Robbnya.
Hingga menjelang subuh, Takbir, Tahmit dan Tahlil tak lepas dari hati dan lisannya.
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang segala urusan di kembalikan hanya kepadanya.
...***...
Sawn memandang dengan tatapan kosong. Ia merasa hampa. Terasa ada yang kurang dalam kehidupannya.
Setelah makan malam dengan Raina, pagi harinya ia memutuskan langsung berangkat ke-singapura di temani Robin dan dua pengawal pribadinya Yanto dam Bobby.
Sementara itu, urusan perusahaan ia serahkan pada Yuna adik semata wayangnya, di bantu Rita asisten Robin yang cukup baik dalam pekerjaannya.
Yuna tumbuh menjadi gadis manja yang cerewet, meskipun begitu Sawn tahu dengan pasti adiknya itu bisa di andalkan.
Ting...Tong...
Berkali-kali bel kamar Sawn berbunyi, namun ia memilh untuk mengabaikannya. Tidak mungkin yang membunyikan bel kamarnya Yanto dan Bobby. Mereka terlalu takut untuk itu. Sudah pasti Robin yang datang untuk merusak harinya.
Kesal karena bel kamarnya terus saja berbunyi, Sawn melangkah dengan malas. Dan benar saja, begitu pintu kamar terbuka lebar wajah garing Robin muncul dibalik daun pintu, ia datang bersama seorang gadis yang menutupi wajahnya dengan buket bunga.
Taaaaa Daaaa......
Sawn memicingkan mata elangnya, memandang sosok yang berdiri tepat didepannya. Wanita itu memamerkan senyum terbaiknya, ia terlihat anggun dengan gaun merah menyala. Meskipun begitu Sawn sama sekali tidak tertarik meliriknya karna hatinya sudah memilih pengawal pribadinya.
Sawn merunduk, mengalihkan pandangannya sama seperti yang di lakukan Raina ketika ia mencoba mencuri pandang dari gadis itu.
Dengan tatapan melotot Sawn menarik lengan Robin kedalam kamarnya.
"Apa yang kau lakukan, kenapa kau membawa wanita itu kemari....?" Bentak Sawn pelan, takut orang yang ia bicarakan mendengar pembicaraan rahasianya.
"Apa masalahnya? Dia bilang ingin bertemu dengan mu, karena itu aku membawanya." Bela Robin.
Jelas terlihat kekesalan Sawn pada Robin. Mau tidak mau ia harus mempersilahkan gadis itu masuk sambil mengobrol hal yang tidak penting.
"Ada apa dengan mu? Aku pikir kau menyukai Reshta karena itu kau menggandengnya di acara amal." Selidik Robin dengan tatapan penasaran.
"Apa kau sudah gila...?" Bentak Sawn sambil menunjuk kearah wajah Robin. Mendengar ucapan Sawn, Robin tertawa lepas.
"Hhhmmmm... Apa aku boleh masuk...?" Tanya Restha sambil mengetuk pintu kamar Sawn yang terbuka.
" Baiklahhhh. Aku percaya padamu kalau kau tidak tertarik padanya." Ucap Robin pelan sambil berjalan meninggalkan Sawn yang masih tampak marah.
Tertarik padanya?
Sawn tersenyum sinis.
"Cukup sekali hidupku terlibat dengan seorang Aktris!" Lirih Sawn sambil mengikuti langkah Robin.
"Selamat datang nona sendirian...." Robin terlihat seperti orang yang sedang ling-ling. Pikirannya tertuju pada Raina yang tidak ia temui selama dua hari ini.
"Aaahh... Maaf. Aku lupa kalau kau seorang bintang besar, lagi pula nona sendirian itu tidak cocok untuk mu." Ucap Robin sambil meraih tangan Reshta.
"Tidak apa-apa. Kau bisa memanggil ku seperti yang kau inginkan. Nona sendirian? it's okay." Ucap Restha sambil tersenyum hingga memperlihatkan lesung pipinya.
"Tidak... tidak. Nona sempurna sepertimu tidak cocok di panggil seperti itu. Lagi pula panggilan 'Nona Sendirian' itu sudah ada yang punya." Ucap Robin sambil menunjuk kearah sofa di samping Sawn, mempersilahkan Restha duduk disana.
"Apa yang kau lakukan disini...?" Tanya Sawn pura-pura bersikap ramah.
"Biasalah... Melakukan aktivitas membosankan. Tapi aku harus pura-pura tersenyum didepan orang banyak." Jawab Restha jujur.
"Bukankah kau menyukai pekerjaanmu..?" Tanya Sawn lagi.
"Tentu saja aku menyukainya. Hanya saja aku tidak bisa melarang hatiku untuk tidak bosan." Jawab Restha sambil menatap secara bergantian dua lelaki tampan di depannya.
"Kapan kau akan kembali ke-Indonesia?" Robin mengalihkan topik pembicaraan membosankan di antara Sawn dan Restha.
Dasar laki-laki tidak Romantis...! Gerutu Robin dalam hatinya.
"Aku sangat merindukan keluarga. Mungkin aku akan pulang dihari peringatan kematian Angel." Ucap Restha sambil menunjukan wajah sedihnya.
Ekspresi wajah Sawn berubah seratus delapan puluh derajat. Ia yang tadinya biasa-biasa saja berubah menjadi melo drama, dan merasa bersalah.
Robin lupa jika dirinya sedang berurusan dengan Reshta pramuja, sepupu Angel siwanita Ular berkepala dua.
Peringatan kematian apanya...? Dasar wanita licik. Gerutu Robin dalam hatinya.
"O iya boss, bukankah kita akan melakukan makan malam bersama rekan bisnis kita?" Robin berusaha menjauhkan Sawn dari Restha. Ia takut mendengar nama Angel akan membuat sahabatnya itu kembali bersedih seperti sediakala.
"Baiklah. Aku tidak ingin mengganggu kalian. Jika kalian mau, kalian bisa berkunjung ke kamarku." Ucap Restha sambil bangun dari tempat duduknya, Robin mengantar Resta sampai depan pintu.
...***...
Selama dua hari ini Sawn memilih untuk menginap di hotel Marina Bay Sand. Salah satu icon Pariwisata negri singa yang memiliki bangunan bentuk perahu melayang di atas tiga menara. Hotel yang di gadang-gadang menjadi hotel paling spektakuler di Singapura.
Sawn memilih menginap di lantai 47 menikmati pemandangan yang sangat menakjubkan. Seluas mata memandang, hamparan laut menyejukan netranya, ada perahu-perahu kecil disana menambah keindahan suasana sorenya.
Sawn berdiri di Balkon, netranya ia arahkan menuju Garden Bay The Bay yang sangat populer di Singapura.
"Aku berharap suatu hari nanti bisa menikmati pemandangan ini bersamamu..." Lirih Sawn pelan.
Untungnya Robin yang konyol itu tidak mengganggu waktu sorenya.
Raina! Itu namamu kan? Aku sangat merindukanmu. Berharap Rindu ini akan berbalas tanpa syarat. Lirih Sawn lagi.
Ia menutup mata sambil berusaha membayangkan wajah yang sangat dirindukannya. Perasaan rindu ini benar-benar menyiksa jiwa dan raganya.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 154 Episodes
Comments
Silvi Vicka Carolina
jangan melompat lompat ceritanya .....
2024-07-26
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒑𝒆𝒏𝒂𝒔𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒅𝒏𝒈𝒏 𝑨𝒏𝒈𝒆𝒍 🤔🤔🤔
2024-07-19
0
Sinta Amalia
halalkan
2024-07-15
0