Devan tersenyum puas, iapun menutup pintu kamarnya, lalu membuka kembali dan berkata,
" Jangan coba-coba berbuat curang, karena aku mengamatimu, setiap sudut rumah ini ada CCTV," Devan kembali menutup pintu.
Vega terpaksa melaksanakan hukuman yang di berikan Devan, dia berdiri dengan satu kaki di samping pintu persis anak SD yang di hukum gurunya karena tidak mengerjakan PR. Ia hanya bisa menggerutu dalam hati,
Dasar artis sialan, bisa hancur martabat gue kalau sampai anak buah gue tau ketua geng X di hukum seperti anak SD. Awas! suatu saat akan gue balas.
Tak lama Ferdi datang ingin menemui Devan. Ia heran melihat Vega berdiri dengan satu kaki. Ia ingin bertanya, namun niatnya urung karena mendapat pelototan dari mata indah Vega yang berubah seperti singa yang siap menerkam. Ferdipun bergidik ngeri dan mempercepat langkahnya membuka pintu kamar Devan dan lenyap dari pandangan Vega.
" Kenapa dia Bos?" tanya Ferdi pada Devan yang tengah berbaring santai di kasur sembari memegang ponsel mendengarkan lagu.
" Hem?" tanya Devan yang kurang jelas mendengar pertanyaan Ferdi. Devanpun melepas Headset yang menempel nenutup kedua telinganya.
" Bos menghukum Vega?" tanya Ferdi lagi.
" Lihatlah, menyenangkan sekali melihat dia kesal seperti itu," ujar Devan seraya memencet remot control menyalakan layar monitor pemantau CCTV.
" Apa Bos tidak takut suatu hari dia balas dendam? secara dia kalau marah tidak kenal ampun Bos. Itu yang aku dengar,"
" Kartu ASnya ada di tanganku, dia tidak akan berani macam-macam, aku senang melihat dia menderita, aku akan membuatnya lebih menderita dari ini setiap hari, sampai dia akan memilih bunuh diri dari pada hidup," ujar Devan di sela tawanya seraya berdiri dan melihat wajahnya di cermin. Pria itu selalu percaya diri mengagumi dirinya sendiri.
" Apa anda sebenci itu padanya Bos, apa anda tidak takut kuwalat? Seperti cerita di novel dan Film, awalnya benci jadi bucin Bos? Jangan terlalu membencinya nanti Bos bisa jatuh cinta!" ucap Ferdi.
Bught!
Ferdi mendapat hadiah tendangan dari Devan tepat di pahanya, karena telah berani menasehati Bosnya.
" Berani-beraninya kamu menasehati saya, siapa yang akan jatuh cinta pada gadis itu? Bukan, bukan disebut gadis, lebih tepatnya dia pria yang tersesat jiwanya di tubuh wanita," ujar Devan penuh amarah.
" Maaf Bos!" pinta Ferdi yang meringis kesakitan sembari mengusap-usap pahanya.
" Push Up 100 kali!" teriak Devan.
" Tapi Bos!" ucap Ferdi yang langsung mendapat tatapan tajam dari Bosnya itu. Ferdipun langsung tengkurap di lantai dan langsung push up. " 1,2, 3....30"
Tidak sampai 100 Ferdi sudah tidak sanggup lagi.
" Berdiri! bacakan jadwalku!" pinta Devan.
Betul pendapat Vega yang mengatakan Devan suka pencitraan di depan fansnya. Di hadapan Fansya dia terlihat hangat, selalu menebar senyum dan ramah, sudah seperti laki-laki idaman setiap wanita, tapi di belakang layar dia terlihat dingin, keras kepala, dan semaunya sendiri.
Sementara Ferdi membacakan Jadwal kegiatan Devan dengan terengah-engah, Vega mulai kelelahan di luar sana.
Vegapun memutar otak bagaimana caranya agar Devan mau keluar kamar agar hukumannya cepat berakhir. Ia pun semakin yakin bosnya itu sengaja tidak mau keluar kamar.
Vegapun mengambil ponsel dan mencari suara sirene dan teriakan karena kebakaran di internet. Setelah menemukannya ia menyetel volume sekencang-kencangnya.
'Wiuww, wiuw, wiuw!'
'Tolong! tolong!'
'Kebakaran! Kebakaran!'
Ferdipun terkejut dan menghentikan membacakan jadwal bosnya lewat ponsel pintarnya itu.
" Bos di luar ada kebakaran Bos! Ayo keluar!" ujar Ferdi seraya menarik tangan Devan, bergegas membuka pintu. Ferdi clingak-clinguk melihat keluar lalu melihat ke luar lewat jendela.
Vegapun dengan tersenyum menurunkan kakinya lalu melakukan gerakan peregangan melemaskan otot-ototnya, capek menahan keseimbangan berdiri dengan satu kaki cukup lama.
Vegapun membiarkan kedua laki-laki itu kebingungan, karena suara sirene dan teriakan yang tiba-tiba berhenti. Vega hendak masuk ke kamarnya, langkahnya terhenti mendengar suara Devan, " Berhenti! kenapa kamu menurunkan kaki dan pergi?" tanya Devan.
" Hukuman selesai jika kamu keluar dari kamar, sekarang kamu di luar," ujar Vega santai.
" Jadi kamu menipu ku?"
" Menipu apa?" tanya Vega pura-pura tidak tahu menahu.
" Suara kebakaran?" tanya Devan.
" Bukankah kamu hanya memintaku berdiri dengan satu kaki? tidak melarangku bermain ponselkan? karena bosan ya aku mainan ponsel, apa aku salah? tanya Vega sinis.
" Kamu!" Devan jadi geram.
" Aduh, perutku, sudah gak tahan Bos," ujar Vega memegang perutnya sembari lari terbirit-birit membuka pintu kamar dan menutup kembali. Vegapun melempar tubuhnya ke ranjang. Tawa kecil keluar dari mulutnya sembari mengumpat,' Dasar artis Bodoh!'.
Devan masuk kembali dengan kesal, sembari mengumpat pula, 'Gadis tengil kurang ajar!' Sembari duduk di Sofa.
"Ferdi, hari ini penyiksaan akan segera di mulai, hubungi Sakti, suruh memulai latihan fisik untuk anggota baru tim bodyguard kita?"
" Siap Bos! tapi siapa anggota baru itu?" tanya Ferdi.
" Ferdi apa kamu mau aku pecat?" teriak Devan.
" Maaf Bos, aku tegang jadi lupa semuanya, sejak gadis itu ada di sini membuat aku merasa hidupku dalam bahaya," ucap Ferdi beralasan. Ferdipun menghubungi Sakti, namun Devan menyela pembicaraan dengan merampas ponsel Ferdi,
" Sakti aku mau kamu memberi pelajaran pada gadis tengil itu, berikan latihan ekstrim padanya, agar dia menyesal telah menginjakkan kaki di sini," titah Devan berapi-api kepada Sakti.
" Siap Tuan muda!" jawab Sakti di ujung telephon.
Vega yang di hubungi Sakti segera bersiap-siap untuk latihan untuk pertama kali. Ia merapikan seragamnya, meletakkan pistol di sarangnya, merapikan rambut dengan menguncir gaya ekor kuda, memakai topi dan kaca mata.
Ia bersiap fisik dan menghadapi latihan, ia berfikir setelah apa yang ia lakukan pada Devan, laki-laki itu pasti akan mempersulit dirinya lagi. Vegapun merasa pekerjaannya yang seharusnya melindungi tuannya tapi malah berganti peperangan diantara dirinya dan majikannya. Ia menguatkan hatinya untuk lebih menahan emosinya, karena nasib keluarganya sekarang berada di tangannya.
Vega ingin menuruni anak tangga, namun langkahnya terhenti ketika melihat Devan berjalan beriringan dengan Ferdi di lantai bawah, berpapasan dengan seorang wanita yang lebih tua yang baru Vega lihat. Wanita tua dengan riasan kuat dan tegas menambah kesan wajahnya terlihat keras dan judes. Anehnya antara Devan dan wanita itu tidak bertegur sapa. Mereka beradu pandang sebentar, terlihat kebencian dan ketakutan dari sorot mata Devan. Vegapun penasaran siapa dia? Kenapa Bosnya itu terlihat benci dan takut? Iapun merasa lucu karena ternyata ada juga yang di takuti oleh Bosnya yang sok garang itu.
Vegapun menuruni anak tangga, mencoba mengejar Devan, ia tidak mau Devan menghukumnya lagi karena terlambat. Wanita tua bernama Veronika itu menatap tajam pada Vega. Ia menelisik dari ujung kaki sampai kepala melihat Vega. Vegapun berhenti membungkukkan kepala memberi hormat pada Nenek tiri Devan, lalu bergegas berjalan cepat hingga sampai di belakang Devan dan Ferdi.
Veronika berjalan memasuki kamarnya, lalu berbicara lewat telephon dengan seseorang, " Aku rasa gadis itu yang akan di jodohkan dengan Devan oleh Haidar. Sebaiknya kamu memikirkan rencana untuk menggagalkan rencana Haidar,"
Wanita tua itu tersenyum sinis lalu menutup sambungan telephon.
bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Anisnikmah
hadehh ini Veronika make Eric bibit licik turun menurunkan
2021-10-12
1
Alivaaaa
kakek Devan akan menjodohkan Devan dengan Vega ya 🤗🤗🤗
hati hati Devan dengan rasa bencimu dengan Vega ntar kamu kena batunya jadi bucin baru tau rasa 🤣🤣
Vega kereeeeeeeeeennnn ❤❤❤❤❤❤
2021-03-18
3