Vega, Vani bersama Raka dan Yasmin berada di lorong bangsal rumah sakit. Mereka sedang menunggu dokter memeriksa Karin. Dokter keluar ruangan, Vega membrondong dokter tersebut dengan bertubi-tubi pertanyaan.
" Pak Dokter bagaimana keadaan Mama saya? Apa Mama akan baik-baik saja?" tanya Vega.
" Mari ke ruangan saya!" pinta Dokter.
Vega, Raka dan Yasmin mengekor di belakang Dokter masuk ke ruangannya.
" Pasien harus segera di operasi," ucap Dokter.
" Apa?" tanya Vega.
" Tumor jinak yang bersarang di rahimnya harus segera diangkat karena sudah berkembang menjadi tumor ganas," ujar Dokter.
" Lakukan yang terbaik untuk Kak Karin Dok," ujar Yasmin.
" Tapi biayanya bagaimana tante?" tanya Vega.
" Tidak perlu kamu pikirkan Vega, tante akan membantu biayanya," jawab Yasmin.
" Tidak Tante, saya akan segera mencari kerja agar bisa membantu biaya pengobatan Mama. Bukankah Mama tidak suka merepotkan Tante lagi. Kalau Mama bangun pasti Mama marah padaku karena membiarkan Tante membiayai pengobatannya,"
" Baiklah sayang terserah kamu saja," jawab Yasmin, ia tidak mau berdebat. Sebenarnya Yasmin ragu pada Vega, apa bisa secepat itu ia mendapatkan pekerjaan, apa lagi dia belum punya pengalaman dan baru saja lulus SMA.
Yasminpun membiarkan kemauan Vega, nantinya jika Vega belum bisa membayar biaya rumah sakit, iapun akan membayarnya meskipun tanpa persetujuan Vega atau Kakaknya.
Vega meminta Dokter agar memberikan perawatan terbaik untuk Mamanya, untuk masalah biaya Vega akan segera mencari uang untuk biaya pengobatannya.
Vega meminta Vani dan Yasmin untuk menjaga Mamanya. Ia segera pergi kerumahnya, mencari berkas-berkas untuk melamar pekerjaan. Setelah itu Vega pergi dengan membawa beberapa amplop coklat berisi surat lamaran pekerjaan.
Beberapa perusahaan ia datangi, banyak yang menolaknya ada juga yang meminta menaruh surat lamaran di pos satpam dan meminta Vega menunggu panggilan interview. Hanya berbekal ijazah SMA tentunya akan sulit baginya mencari pekerjaan.
Hingga malam tiba. ia meminta teman-temanya berkumpul. Rio menyiapkan penyambutan untuk Sang Ketua yang kembali bergabung dengan mereka. Selama sekolah Vega benar-benar menepati janjinya kepada mamanya untuk tidak keluar malam berkumpul bersama gengnya.
" Selamat datang Ketua Geng X, Vega Clarista," ucap Rio.
Vega melihat teman-temannya begitu kompak memakai seragam jaket kulit berwarna hitam yang belakangnya bertuliskan huruf 'X' besar. Kemudian Rio membawa satu jaket untuk di pakaikan kepada Vega. Suara riuh tepuk tangan anggota geng X memecah malam menyambut kembalinya sang ketua geng.
" Trimakasih teman-teman, aku sangat bangga pada kalian, selama aku tinggal kalian berkembang dengan baik,"
" Aku lupa bilang, teman tua mu itu sering mencari mu ke toko dan kesini. Dia meminta alamatmu, karena aku takut Dia mata-mata aku tidak memberitahunya." ujar Rio.
" Trimakasih Rio," jawab Vega. Ia mengingat-ingat siapa yang dimaksud Rio, hingga ia ingat satu nama yaitu Kakek Hilman.
" Sama-sama, lagi pula diantara kami tidak ada yang tahu di mana rumahmu," jawab Rio di sela tawanya.
Setelah beberapa lama, Vega harus kembali ke rumah sakit menunggui Mamanya. Iapun berpamitan dengan rekan-rekannya. Vega kembali menaiki motor bergegas pulang, namun di tengah jalan motornya di hadang oleh sekawanan geng motor. Ia sebenarnya malas meladeni mereka, namun Vega terpaksa turun dari motor karena mereka menghalangi jalan.
" Wah lama sekali tidak melihatmu, nona cantik," ujar Jhonas.
" Cuih, kamu lagi apa kamu belum kapok menggangguku, cukup lama tanganku tidak memakan korban, apa kamu ingin merasakan kerasnya tanganku?" ujar Vega dengan angkuh.
" Hei bocah, masih saja kamu sombong," jawab Jhonas.
" Kalau berani sini satu lawan satu, atau kalian beraninya kroyokan," ujar Vega menantang.
Jhonaspun meminta satu anak buahnya melawan Vega. Seorang pria berwajah sangar penuh tato melepas helmnya lalu menghampiri Vega.
Pria kekar itu terus saja melancarkan serangan kepada Vega, namun Vega hanya menangkis serangannya saja. Hingga tendangan pria kekar itu mengenai tulang kering kaki Vega. Vega merasakan sakit dan panas, sehingga menyulut kemarahannya. Vega membalas serangan dengan bertubi-tubi.
Bught!
Bught!
Bught!
Anak buah Jhonaspun tersungkur, darah dari hidung mengucur deras, Jhonaspun meminta semua anak buahnya menyerang Vega.
Dari kejauhan sebuah mobil berhenti, mereka adalah Ervan dan Alin yang di perintahkan Hilman Haidar mencari Vega.
Berbekal foto ketika terakhir kali Hilman Haidar bertemu dengan Vega, berbulan-bulan mereka mencari jejak keberadaan Vega.
" Pa, bukankah itu gadis yang kita cari, coba lihat wajahnya mirip dengan foto ini," ujar Alin seraya mengarahkan ponsel ke hadapan Ervan.
" Iya, sepertinya betul itu yang di cari Ayah," jawab Ervan.
" Ayo kita tolong Pa,"
" Tunggu dulu, saya ingin lihat seberapa hebat gadis itu, hingga Ayah memintanya bekerja untuk kita,"
Flash back on
Hilman Haidar beberapa bulan yang lalu sering datang ke toko tempat Vega bekerja, namun berulang kali ia harus menelan kecewa. Ia sudah mencari informasi kepada teman-temannya tentang keberadaan Vega, namun teman-temanmya tidak memberi informasi apapun. Memang sebenarnya merekapun tidak tahu, Vega sangat tertutup untuk urusan pribadinya.
Hilman Haidar menyesal belum sempat meminta nomor ponsel Vega, padahal ia sangat merindukanya. Hilman Haidar sudah menganggapnya cucu sendiri. Hingga Hilman Haidar di usia rentanya terbaring karena sakit. Ia meminta Ervan dan Alin menghadapnya di Villa peristirahatan di puncak.
Ervan dan Alin menghadap Ayah mereka.
" Bagaimana keadaan Ayah, apa sebaiknya Ayah berobat lagi keluar negeri?" pinta Ervan.
" Aku tidak apa-apa hanya butuh istirahat saja, kalaupun aku harus mati, aku tidak ingin menghabiskan sisa hidupku di negeri orang," ujar Hilman Haidar.
"Kenapa Ayah bicara seperti itu?" tanya Alin.
" Sebelum aku mati aku punya satu permintaan, carilah gadis ini!" pinta Hilman Haidar seraya menyerahkan ponselnya.
" Siapa Dia Ayah?" tanya Ervan penasaran.
" Gadis itu bernama Vega, dia pernah menyelamatkanku, aku ingin Dia menjadi salah satu pengawal putramu Devan," ujar Hilman Haidar dalam keadaan berbaring, ingatannya menerawang jauh saat Vega menolongnya.
" Bagaimana jika gadis ini menolak, atau jika Devan juga tidak mau Ayah?" jawab Alin dengan pertanyaan, ia tahu karakter anaknya yang tidak mau dengan sembarang orang apalagi wanita, harga dirinya bisa terluka jika di lindungi seorang wanita.
" Bilang pada putramu jika tidak mau, maka dia tidak akan mendapat warisan dariku dan aku benar-benar akan menghancurkan karirnya dunia hiburan. Saya tidak mau tahu bagaimana caranya kalian harus bisa mengajaknya bekerja untuk Devan. Satu lagi jangan sebut namaku di hadaoan gadis itu. Bila tiba saatnya aku akan menemuinya sendiri,"
" Baik Ayah," jawab Ervan.
Flash Back Off
Vega sudah terlihat kelelahan, darah sudah mengucur dari bibir dan hidungnya karena di kroyok oleh preman. Namun Vega belum menyerah hingga satu persatu preman tersebut terkapar. Jhonas melihat anak buahnya banyak yang terluka, ia pun mengeluarkan senjata api mengarahkan pada Vega.
" Doorr!"
Ervan dengan cepat dan tepat menembak tangan Jhonas hingga pistol yang ia arahkan ke Vega terjatuh. Vega dan preman-preman itu melihat kearah Jhonas yang berteriak kesakitan. Seketika Jhonas dan anggotanya kabur.
Vega terduduk kelelahan mengusap bibirnya yang basah oleh darah. Matanya mendongak keatas melihat langkah kaki mendekat kearahnya. Alin memungut satu amplop yang terjatuh dari dalam jaket Vega. Ia membukanya, senyum dari sudut bibirnya menandakan tujuannya membawa gadis ini pasti mudah. Gadis di hadapannya sedang mencari pekerjaan.
" Bangunlah!" pinta Alin mengulurkan tangannya.
Vega melihat Ervan masih memegang pistol. Iapun tahu pasti pria di hadapannya itu yang telah menyelamatkannya.
" Trimakasih pak, anda sudah menyelamatkan saya," ujar Vega dengan terengah-engah.
" Sama-sama, mungkin kamu yang kami cari," jawab Ervan.
" Apa kamu sedang butuh pekerjaan?" tanya Alin.
" Iya Bu, Mama saya sakit, sekarang ada di rumah sakit," jawab Vega.
" Apa kamu mau bekerja untuk kami? kami akan membayar semua biaya pengobatan ibu mu jika kamu menerima tawaran kami,"
" Pekerjaan apa Nyonya?" tanya Vega.
" Tugas kamu hanya menjaga anak saya, kamu harus tinggal di rumah kami," ujar Alin.
" Baik saya terima tawaran anda," jawab Vega tanpa pikir panjang. Ia sangat butuh biaya untuk Mamanya dan juga biaya sekolah adiknya. Lagi pula hanya menjaga anak pasti pekerjaan mudah pikir Vega.
" Baiklah, sekarang antar kami ke rumah sakit, tempat Mama mu di rawat," ujar Ervan.
" Sebelumnya saya ucapkan trimakasih untuk Tuan dan Nyonya, saya akan mengembalikan uang anda, meskipun dengan memotong gaji saya," ujar Vega.
" Itu bisa diatur," jawab Alin.
Vega segera kerumah sakit, Ervan dan Alin membututi dari belakang. Sesampainya di rumah sakit Ervan, Alin dan Vega bertemu dokter. Alin meminta dokter segera menangani Karin. Elin mengurus administrasi dan memberikan jaminan untuk semua perawatan Karin hingga sembuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
💠⃟⃝♠Yeyen
Vega gak tau yg dijaga anak besar 😂
Semangat thor..
2022-01-22
3
Javelyn
kangen bgt pas bagian sini😭😭
2021-09-04
1
Risma Farna
Bgmn ya jika Vega tw klu yg nyebarin video berkelahinya itu Devan
2021-07-02
2