Keesokan harinya Gavin yang diantar oleh kedua orang tuanya akhirnya mau memberi kesaksian kepada polisi. Ia menceritakan kronologi secara detail, yang intinya Vega hanya menolong Gavin, dan Vega hanya membela diri karena di serang duluan oleh Eric dan gengnya. Eric juga mengancam akan menyakiti Gavin jika ia bersaksi di hadapan polisi.
Setelah Gavin memberi kesaksiannya, ia meminta bertemu dengan Vega. Vega sedang menikmati sarapan bersama Yasmin. Semalam Raka dan Yasmin menemani Vega menginap di kantor polisi.
Vega menatap Gavin yang berdiri di depan pintu, " Mau apa kamu kesini?"
Rakapun muncul dari belakang Gavin dengan tersenyum, " Masuk saja Gavin!" pinta Raka.
Gavinpun duduk di kursi menghadap Vega, lalu berkata," Maafkan saya Vega, aku membuatmu menginap di kantor polisi, Eric mengancamku,"
" Tidak apa-apa, hitung-hitung sedekah dengan nyamuk-nyamuk disini,"
Setelah Gavin memberi kesaksian Raka dan Yasmin mengantar Vega pulang ke rumahnya. Karina merasa senang karena Vega terbukti tidak bersalah. Namun menurut Karin anaknya tetap bersalah karena menghajar korbannya sampai babak belur.
Karinpun meminta Vega untuk dapat mengontrol emosinya dan berjanji untuk menghindari perkelahian, kecuali karena sangat terpaksa sekali. Vegapun berjanji kepada Mamanya.
" Sekarang Om Raka tanya, apa yang kamu fikirkan ketika kamu bertarung dengan membabi buta baik di padepokan maupun saat kamu menghajar Eric dan kawan-kawannya?" tanya Raka.
" Ketika saya bertarung tiba-tiba penembak Papa itu seakan muncul di hadapanku, dan seakan aku sedang bertarung dengannya," jawab Vega sedih.
" Sekarang kalau emosi kamu bisa reda apa yang kamu ingat?"
" Wajah Mama dan Vani,"
" Baiklah mulai sekarang Om harap kamu bisa mengontrol emosimu, ingatlah wajah Mama dan Vani ketika emosi mulai memuncak,"
" Mama tak ingin kamu jadi kriminal apalagi jadi pembunuh Vega, tidak semua masalah harus di selesaikan dengan adu otot tapi sebisa mungkin harus dengan otak dan hati ,"
" Iya, Ma,"
Pelajaran berharga buat Vega sejak kejadian tersebut, ia berjanji pada dirinya sendiri tidak akan membuat mamanya bersedih karena ulahnya apa lagi sampai membuat mamanya di maki-maki orang lain.
***
Pagi hari di sekolah, semua siswa dan siswa SMP Negeri berbaris rapi di halaman sekolah. Apel dadakan di gelar untuk memberikan nasehat kepada para siswa-siswi. Kejadian memalukan kemaren telah mencoreng nama baik sekolah.
Kepala sekolah memanggil ke enam siswa yang terlibat perkelahian dengan Vega. Erik, Yoga, Rendi, Edo, Geo, dan Daniel berbaris di sisi kiri kepala sekolah.
Kemudian kepala sekolah memanggil Gavin dan Vega untuk ikut maju ke depan barisan. Mereka berbaris di sisi kanan Bapak Kepala Sekolah.
Kepala sekolah melanjutkan pidatonya, memberikan hukuman kepada Eric dan kawan-kawannya. Hari itu Eric dan kawan-kawannya di hukum membersihkan lingkungan sekolah. Hukuman kedua mereka di skors selama satu minggu, tidak hanya berdiam diri di rumah, namun mereka harus menyelesaikan contoh soal ujian nasional yang berlembar-lembar. Mengingat sebentar lagi mereka akan mengikuti ujian nasional.
Sebelum mengizinkan Eric dkk kembali kebarisan, mereka di minta saling bermaaf-maafan dan berjanji tidak akan mengulangi lagi.
Eric menjabat tangan Vega dengan erat, tatapan mata penuh kebencian dan dendam.
Sejak kejadian itu sikap Vega sedikit berubah, ia lebih bisa mengotrol emosi dan menghindari perkelahian. Iapun telah menorehkan prestasi dalam ajang PORSENI sebagai juara satu dalam cabang pencak silat.
Beruntung Eric sudah lebih dulu lulus sehingga Vega tidak harus melihat Eric dengan tatapannya yang penuh kebencian dan dendam kepadanya.
Gavinpun yang dulunya menghindari Vega, kini di sekolah kemanapun Vega pergi Gavin mengikutinya selain Luna dan Maya pastinya. Kini Vega memberi julukan ketika temannya itu dengan julukan Trio ******.
Nama itu ia sematkan bukan tanpa alasan, tapi karena seringnya mereka berdebat tentang banyak hal di hadapannya, sudah seperti ikan ****** yang suka bertarung bila bertemu. Hanya teriakan Vega yang mampu menghentikan mereka bertiga.
***
Dua tahun setelah perkelahiannnya dengan eric Kini mereka tinggal menunggu pengumuman kelulusan, dan akan melanjutkan ke jenjang SMA.
Trio ****** menghampiri Vega yang tengah menikmati es jeruk di kantin. " Vegaaa!" teriak Luna dan Maya dengan ceria.
" Hem,"
Merekapun ikut duduk di depan Vega, Gavin dengan tingkahnya yang polos ikut duduk.
" Besok malam ikut kita-kita ya, nonton konsernya Devano Zidan, di acara pembukaan Ruko baru disamping sekolahan kita," pinta Luna
" Nggak ah, aku sibuk," ujar Vega menolak.
" Ayolah! sibuk apa kan kita sudah selesai ujian? hitung-hitung merayakan kelulusan kita," ujar Maya.
" Kita kan belum lulus dan belum tentu kalian lulus," ujar Gavin.
Kedua gadis kembar beda rahimpun terpancing emosi, " Kamu mendoakan kami gak lulus?" ujar mereka serentak.
" Memang kamu saja yang pintar? dasar kutu buku! biarpun kami bodoh tapi kami sudah berusaha keras agar lulus," ujar Luna.
" Aku gak bodoh Lun, kamu aja yang bodoh,"
" Tuh kan bodoh aja di rebutin," ujar Gavin.
" Gaviiiin!!" pekik si kembar seraya mengacak-acak rambut Gavin.
" Sudah hentikan!! kalian mau aku hajar? berisik sekali, oke nanti aku hubungi kamu jadi ikut atau tidak,"
" Ikut ya! bukannya kami gak mau pergi tanpamu, tapi Mama tidak mengizinkan kami pergi kalau kamu gak ikut,"
" Yah kirain, hem ternyata,,, sudah kayak bodyguard kalian saja aku ini," ujar Vega menyebikkan bibir.
" Kita kan teman, tanpamu gak rame Vega,"
" Modus!"
***
Pagi hari Vega selesai menjemur pakaian, dan bersih-bersih rumah. Ia duduk di ruang tengah, menyaksiksn Mamanya menjahit sedangkan Vani membantu memotong-motong pola baju. Setelah papanya meninggal mamanya menerima jahitan baju di rumahnya.
Menjahit adalah salah satu keahlian janda muda itu yang menonjol, sehingga ia memanfaatkan keahliannya untuk menunjang perekonomian keluarga. Ia tidak mau menggantungkan hidupnya dari tunjangan almarhum suaminya dan bantuan dari keluarga. Karena masa depan anak-anaknya masih panjang untuk biaya sekolah dan kuliahnya kelak.
Vani tumbuh lebih feminim di bsndingkan Vega. Sehingga urusan membantu menjahit di serahksn Vani sedangkan Vega bertugas mengantar dan menjemput jahitan dari para pelanggan.
" Kak bantuin Vani dong motong kain!" pinta Vani
" Jangan Vani, bisa-bisa jadi kain perca semua kalau di tangan kakakmu," cegah Karin.
Vegapun hanya nyengir kuda mendengar ledekan mamanya.
" Vega tolong kamu antar baju yang sudah jadi sesuai alamat yang ada di paper bagnya, ingat jangan sampai tertukar, sudah ada nama dan alamatnya,"
" Tapi Ma, aku mau bantu jual bunganya tante Yasmin di acara care freeday, itung-itung buat tambahan jajan. Apalagi nanti malam Luna dan Maya minta ngajak nonton konser musik,"
" Aku ikut kak," rengek Vani.
" Ya sudah kalian pergi sana, tapi bisa sekalian baju jahitannya, sepulang dari jualan kalian bisa antarkan."
" Baiklah Ma," jawab Vega
Sudah hampir tiga bulan Vega membantu menjual bunga di acara Care free day, meskipun awalnya Karin melarang. Namun Vega bersi keras ingin membantu bekerja sebisanya, apalagi akhir-akhir ini mamanya sering sakit dan kelelahan. Mengingat putri pertamanya keras kepala dan akan membuang banyak waktu bila berdebat dengannya, akhirnya ia merelakan putrinya itu ikut membantu berjualan bunga.
Vega mengayuh sepeda roda dua membonceng Vani yang kini tumbuh menjadi gadis cantik, sebentar lagi akan masuk jenjang SMP, sedangksn Vega akan masuk jenjang SMA.
Setelah mengambil bunga mawar beraneka warna dari Yasmin, mereka menuju ke acara Care free day. Tempatnya lumayan jauh, namum Vega tetap semangat.
Sampailah ia di tempat yang mereka tuju. Vega memarkirkan sepeda dan menunggu pelanggan dan pembeli datang.
Vani yang menyukai keramaian sangat antusias sekali, ia mengambil beberapa tangkai bunga dan berteriak," Bunga! Bunga! ungkapkan cinta dan sayang dengan bunga!"
Vega hanya melihat aksi adiknya.
" Kakak ikuti aku! kalau Kakak diam saja mana ada yang mau beli, apalagi melihat wajah jutek Kakak, pembeli bakalan kabur," ucap Vani yang polos, kata-kata pedas lolos begitu saja.
Vega hanya menggeleng-gelengkan kepala seraya menggaruk-garuk kepalanya. Bisa-bisanya adiknya berkata dirinya berwajah jutek, hatinya pun bergumam,
Untung adek gue, kalau orang lain, gue bikin dower tuh bibir.
" Ayo Kak," bujuk Vani.
" Iya," jawab Vega kesal.
Iapun menirukan kata-kata adiknya itu, sambil tersenyum yang di paksakan.
" Bunga! Bunga! ungkapkan cinta dengan bunga,"
Bungapun sudah banyak yang terjual, tinggal beberapa tangkai saja.
Tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
💟💟rianti lope 💟💟💟
lanjuttt
2021-07-07
2
lalalisa
Hai kak ceritanya menarik aku suka, udah aku like juga. Btw jangan lupa mampir yah ke karya ku, judulnya :
"pengagum kakak santri"
2021-01-11
2