Seorang Kakek tua duduk di kursi kebesarannya. Ia memandangi foto keluarga di hadapannya. Hatinya merasa sedih, kekayaan melimpah namun tidak membuatnya bahagia. Istri, anak dan cucunya seakan menjauhi dan memusuhinya.
Putra kandung dan putra tirinya berebut warisan, kini keluarganya menjadi dua kubu. Kubu Haidar dan kubu Veronika istri keduanya.
Ia merasa sudah adil dalam membagi harta dan perusahaan miliknya namun mengapa istri dan anak tirinya masih belum puas. Ketamakan telah menghancurkan keharmonisan keluarganya. Hal itulah yang membuat ia masih menjabat sebagai CEO di perusahaannya meskipun seharusnya ia sudah pensiun. Ia masih menunggu cucu terbaiknya untuk meneruskan kepemimpinan di perusahaan miliknya.
"Siang Pak!" sapa Haris.
" Hubungi pengacara sekarang!" perintah Haidar.
Setelah menunggu beberapa lama akhirnya pengacara datang.
" Siang Pak Haidar, apa ada hal penting yang akan anda sampaikan?"
" Aku tidak tahu kapan Tuhan akan mengambil nyawaku, aku akan membuat surat wasiat, bila sewaktu-waktu aku tiada maka sampaikanlah pada keluargaku!"
" Siap Pak!"
" Aku akan memberikan perusahaan Haidar group kepada Devano Zidan Haidar. Dengan syarat ia harus meninggalkan dunia keartisan untuk fokus mengurus perusahaan. Syarat kedua Devan harus menikah dengan gadis pilihan saya. Untuk perusahaan yang ada di Surabaya akan aku berikan kepada Eric," ucap Haidar panjang lebar.
" Maaf Pak, siapa gadis itu?" tanya Haris.
" Aku sedang menyelidiki latar belakangnya, nanti akan segera menunjukkannya padamu,"
" Baik Pak!"
" Haris, saya ingin beristirahat di Villa yang berada di puncak. Selama aku tidak ke kantor untuk urusan perusahaan sementara aku serahkan padamu."
" Siap Pak, saya akan menjaga amanat dari Bapak sampai Devan benar-benar siap menjadi pimpinan perusahaan,"
" Berjanjilah kamu akan membantu Devan menjadi orang yang sukses kelak,"
" Iya, Pak, Devan adalah putra dari Kakak saya, dan sudah saya anggap seperti anak saya sendiri,"
" Bagaimana Gavin putramu, kalau bisa arahkan putramu biar kelak bisa menjadi pimpinan di salah satu perusahaan kita,"
" Maaf Pak, putra saya bercita-cita ingin menjadi dokter, saya hanya ingin dia bekerja sesuai keinginannya," jawab Haris
" Apa kamu merasa aku terlalu memaksakan kehendakku pada putra dan cucuku? Ervan dulu juga ingin menjadi dokter, tapi aku melarangnya dan sekarang cucuku Devan, aku melarangnya menjadi artis?"
Haris hanya diam tidak bisa menjawab.
***
Malampun tiba, Haidar keluar dari rumah.
" Tuan anda mau kemana?" tanya sopir.
" Saya mau mencari gadis yang kemarin menolong saya," jawab Haidar.
" Sebaiknya kita bawa pengawal Tuan, saya takut kejadian kemarin terulang kembali," pinta sopir.
" Tidak perlu, bukankah kita mau menemui gadis jagoan itu," ucap Haidar seraya tersenyum.
" Baik Tuan,"
Sopir memacu kendaraan menuju lokasi taman tempat kejadian perampokan waktu itu.
" Tuan, kita mau kemana?" tanya sopir.
" Coba kamu jalan ke depan sana, sepertinya tidak jauh dari sini ada pertokoan,"
" Baik Tuan,"
Sekitar satu Kilo Meter jarak dari taman ke pertokoan, sopir memarkirkan kendaraan ke halaman toko. Sopir mengikuti arahan seorang gadis untuk memarkirkan mobilnya di tempat yang di tunjuk gadis itu.
Gadis itu memakai topi, sehingga sopir belum mengenalinya. Lama-kelamaan ia merasa gadis itu adalah mirip dengan gadis yang menolongnya dari pengkroyokan para preman.
" Tuan lihatlah gadis itu? bukankah gadis itu yang anda cari?"
" Baiklah aku akan menemuinya," ucap Haidar.
Haidar turun dari mobil setelah sopir membukakan pintu mobil. Haidar mendekat kearah Vega.
" Apa kamu sibuk?" tanya Haidar.
Vega mencoba mengenali laki-laki tua yang berdiri di hadapannya itu. Haidarpun coba mengingatkannya, " Apa kamu lupa denganku? Aku yang kamu tolong waktu itu."
" Kakek Hilman?"
"Anda mau belanja?"
" Iya, apa kita bisa mengobrol sebentar? apa tidak mengganngu pekerjaanmu?" tanya Haidar.
" Tidak Kek, sayakan bos di sini, itu masih ada rekan saya," ucap Vega tersenyum sembari menunjuk ke arah Rio.
Vegapun mengajak Haidar duduk di serambi toko yang terdapat beberapa meja bundar dan kursi, yang biasanya di gunakan pengunjung menikmati kopi, snack yang di beli di toko. Merekapun duduk berhadap-hadapan.
" Kakek mau minum kopi?" tanya Vega.
" Baiklah, tapi biarkan aku yang mentraktirmu," Haidar meminta sopir membeli kopi dan sesuatu ke dalam toko. Tak lama sopir tersebut membawa dua cup kopi dan roti dari dalam toko lalu meletakkan di meja di mana tuannya berada.
" Kenapa kamu bekerja di sini?"
" Saya suka," jawab Vega.
" Sejak kapan kamu jago bela diri?"
" Sejak kecil. Orang-orang mengenal saya hobi berkelahi, ada yang bilang brandal. Karena sebagian orang tidak tahu kalau saya berkelahi untuk menolong orang. Saya sih cuek saja orang mau menganggap aku apa," ucap Vega panjang lebar.
" Senjata waktu itu?"
" Jangan keras-keras Kek, senjata itu hadiah dari temanku, cuma buat ngancam orang kalau terdesak. Senjata itu aku gunakan untuk melindungi teman-temanku,"
" Teman-teman?" tanya Haidar penasaran.
" Jadi aku membebaskan anak-anak remaja dari cengkraman para preman dan mengajaknya bekerja yang halal, ya ada yang jadi tukang parkir, tukang sapu dll yang penting mereka tidak mencuri lagi,"
" Kenapa kamu seberani itu? kamu tidak takut kalau kamu di serang oleh para preman yang kamu rebut anak buahnya?"
" Seing kami di datangi para bos-bos preman, tapi kami tidak takut. Papaku dulu seorang polisi, dia mengajarkan kami tidak boleh takut kalau kita benar," jawab Vega berapi-api namun tiba senyumnya hilang. Air bening menetes di pipinya.
" Kenapa?"
Akhirnya Vega menceritakan kejadian masa kecilnya kepada Haidar. Haidarpun ikut merasa sedih iapun teringat dengan mendiang istrinya yang meninggal dalam kecelakaan saat anaknya masih kecil.
" Maaf membuat Kakek bersedih. Oh iya Kek, dengan Kakek bersama saya, Kakek juga dalam bahaya. Apa Kakek tidak takut sewaktu-waktu para preman menyerang?"
" Kenapa harus takut, aku kan bersamamu, 'Gadis Jagoan' aku merasa aman,"ucap Haidar lalu tertawa. Vegapun ikut tertawa.
Vega dan Haidar bercerita tentang kehidupan masing-masing layaknya kakek dan cucunya, hingga tak terasa waktu sudah malam.
Vega yang biasanya tertutup kepada orang lain tiba-tiba bisa terbuka dan merasa nyaman menceritakan apapun kepada Haidar.
Kakekpun berpamitan, " Terimakasih sudah menemani saya ngobrol, apa boleh sewaktu-waktu saya kesini lagi?"
" Silahkan Kakek, dengan senang hati. Bukankah semakin banyak teman makin bahagia?" ucap Vega dengan senyumnya yang mengembang.
" Apa kamu menganggapku teman?" tanya Haidar.
" Apa Kakek tidak suka?"
" Suka, baiklah kita berteman," ujar Kakek Haidar seraya menjabat tangan Vega.
***
Sejak pertemuan keduanya dengan Vega, Haidar lebih sering mengunjungi Vega di tempat kerjanya hanya sekedar mengobrol.
Hatinya yang kosong akan kehangatan keluarga, merasa terisi jika bersama Vega. Gadis yang penuh semangat, unik dan ramah menurutnya membuat Haidar bahagia.
Suatu malam Haidar sengaja membawa banyak makanan untuk Vega dan tenan-temannya. Vega mengajak Haidar ke basecame tempat mereka berkumpul.
Haidar merasa senang melihat Vega dan teman-temannya makan dengan lahap nasi kotak yang di bawanya. Haidar merasa bangga sekaligus malu dengan dirinya sendiri, bagaimana bisa gadis remaja seperti Vega bisa memikirkan nasib orang lain seperti itu. Dirinya bahkan keluarganya hanya sibuk mengumpulkan harta kekayaan untuk dirinya sendiri.
Mengaca dari Vega, Haidar merasa terpanggil hatinya untuk berbuat baik kepada orang lain. Iapun meminta Haris untuk membantunya mendirikan yayasan amal bagi anak yatim dan anak terlantar. Dia juga memberikan sumbangan untuk anak-anak yang putus sekolah agar dapat melanjutkan sekolahnya lagi.
Bersambun....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
guest1054251266
wuah thoorrr... smoga ada di dunia nyata y thoorrr.. amiinn
2021-07-13
2
مي زين الش
devan... pasti yg ditolong oleh vega di waktu kecil. betul kan thor.
2021-04-07
4
Alivaaaa
jangan jangan anak yg ditolong Vega waktu kecil Devan lagi 🤔🤔🤔
aku padamu Vega 😍😍😍
2021-03-18
3