Sudah seminggu berlalu sejak Andi dan Monik pergi bulan madu. Kini saatnya mereka kembali ke kota tempat tinggalnya. Andi dan Monik keluar dari bandara dengan bergandengan tangan. Banyak mata yang melihat pemandangan tersebut dengan iri. Andi pun dibuat risih dengan pandangan laki laki yang seperti memuja istrinya. Andi melepas genggaman tangannya dan meraih pinggang Monik, sehingga mereka terlihat lebih intim.
“Akan aku tunjukkan pada mereka kalau Monik adalah milikku” geram Andi. Sedangkan Monik tertawa tertahan melihat sifat posesif suaminya. Tak dipungkiri kalau dia merasa bahagia dengan perlakuan suaminya. Seorang sopir telah menunggu kedatangan mereka. Tanpa banyak bicara, keduanya masuk mobil dan melaju membelah jalanan yang sedikit macet.
“Kenapa sayang? Sejak keluar dari bandara tadi, muka mas nggak enak dilihat” tanya Monik yang sebenarnya sudah tahu jawabannya.
“Aku nggak suka melihat pria pria itu menatapmu lapar seperti tadi” kesal Andi. Monik tersenyum dan membalai pipi suaminya.
“Itu juga yang aku rasakan saat melihat tatapan memuja dari para gadis yang berteriak histeris setiap melihat kamu” kata Monik, namun tidak ada nada kesal dari setiap ucapannya, hanya ketegasan.
Andi menatap istrinya dan semakin kesal.
“Bahkan kamu tidak terdengar kesal sama sekali saat mengucapkan kalimat itu tadi” ucap Andi bertambah kesal dan memalingkan wajahnya.
“Kamu merajuk sayang?” goda Monik dan terkekeh dengan sifat kekanak kanakan suaminya.
“Suamiku tercinta, jujur aku sangat kesal dengan mereka saat memujamu, namun yang perlu suamiku tahu, aku percaya dengan dirimu, percaya dengan cintamu. Dan aku rasa itu cukup untuk menunjukkan bahwa aku mencintaimu”
Mendengar perkataan istrinya yang manis membuat Andi menoleh kepada istrinya. Dia menatap istrinya dengan seksama. Berusaha melihat kebohhongan yang mungkin, apa yang istrinya ucapkan adalah rayuan semata. Namun nihil, dia tidak menemukan kebohongan di wajah dana mata istrinya. Senyum mengembang dibibir Andi dan menyalur pada Monik. Melihat suaminya tersenyum, dia juga ikut tersenyum.
“Terimakasih karena sudah percaya kepada mas. Kedepannya lagi, mas akan lebih menjaga kamu dan membahagiakan kamu” Andi mengecup kening Monik dengan sayang. Pak sopir yang melihat kemesraan majikannya tersebut ikut bahagia.
“Ah,tuan dan nyonya membuatku merindukan istriku. Tunggulah sayang, setelah ini, abang akan pulang. Aku rindu padamu istriku” teriak hati pak sopir dengan senyum mengembang.
Andi dan Monik kembali menikmati perjalanan dan melihat lihat kota yang selama ini telah membesarkan mereka. Monik bersender di dada bidang suaminya dan melihat kendaraan lain berlalu lalang. saat sedang asyik asiknya, Monik juga Andi melihat seseorang yang tengah dikeroyok didepan gang sempit. Anehnya, tak ada yang membantu, hanya melihat dan tidak melakuakan apapun.
“Berhenti pak!” perintah Andi.
“Mas” Monik mencekal tangan Andi dan mengisyaratkan untuk berhati hati. Andi tersenyum dan mengangguk seolah mengatakan bahwa semua akan baik baik saja. Monik tidak tahu bahwa selama ini mereka selalu didampingi bodyguard bayangan sebanyak empat orang. Hal ini dilakukan karena musuh keluarga Sanjaya juga Prasetyo sangat banyak.
Andi membuka pintu dan hendak turun. Namun tiba tiba Andi menghentikan niatnya dan memandang istrinya.
“Kenapa?aku akan baik baik saja. Pak sopir akan menjagaku” ucap Monik meyakinkan suaminya. Andi mengangguk dan mengecup kening Monik sebelum dia benar benar turun. Andi memang tak khawatir meninggalkan Monik jika nanti dia ikut diserang oleh kelompok yang dia bahkan tidak tahu itu. Sopir itu bukan sembarang sopir, tapi dia juga termasuk dalam salah satu bodyguard bayangan yang bertugas sebagai sopir. Hanya saja lagi lagi Monik tidak tahu itu. Dia dipilih menjadi sopir karena pekerjaan ini tidak terlalu beresiko mengingat bodyguard yang satu ini sudah berkeluarga.
Setelah Andi turun, dia mengisyaratkan kepada mereka untuk keluar dari persembunyiannya dan bersiap. Untuk kali ini, Andi ingin turun tangan langsung dan meminta mereka untuk melihat. Jika nanti diperluakn, barulah mereka akan turun membantu. Andi melangkah dengan pasti.
“HENTIKAN” teriak Andi keras sehingga dia menjadi pusat perhatian. Begitu juga dengan segerombolan pemuda pengeroyok tersebut.
“Ada pahlawan kesiangan rupanya. Sudah bangun belum bung?” ejek salah satu dari mereka.
“Cuih, pengecut. Beraninya main keroyokan. Kalau berani satu lawan satu. Itupun kalau kalian punya nyali” ejek Andi balik.
“Hahahaha... aku turuti maumu bung. Tak perlulah aku turun tangan langsung. Biarlah curut curutku ini yang meladenimu” jawab yang lain congkak. Sepertinya dia adalah bos mereka.
“Kau salah jika meremehkan aku bang” ejek Andi dan sudah menyiapkankuda kuda. Mereka telah menyerang Andi dan dengan mudah mereka dilumpuhkan. Masih sisa tiga orang yang sedari tadi memantau pertempuran Andi dengan anak buahnya.
“Wah lumayan juga kamu. Mereka bisa kamu takhlukkan dengan mudah” kata salah satu dari mereka dan bertepuk tangan.
“Sekarang, giliran kalian” ucap Andi.
“Sepertinya, kau meremehkan kami bung” jawab yang lainnya dan bersiap siap dengan merenggangkan ototnya. Mereka menyerang Andi secara bersama sama. Mereka lebih jago daripada curut curut yang menyerang Andi tadi. Andi sedikit kewalahan dan hampir terpojok. Satu bodyguard turun tangan melihat bos mereka terpojok. Sekarang menjadi dua lawan tiga dan sedikit seimbang. Andi melawan dua orang dan dapat menguasai jalannya pertempuran. Saat yang satu sudah tumbang oleh bodyguardnya, Andi mendapat bantuan hingga dia dengan mudah menumbangkan musuhnya. Kini semuanya telah tumbang dan bersamaan dengan itu, polisi datang. Salah satu bodyguard Andi tadi telah menghubungi polisi saat Andi mulai melawan berandalan tersebut.
“Teimakasih atas laporannya tuan Andi. Teimakasih atas kerjasamanya” jawab salah satu polisi tersebut dan diangguki oleh Andi dengan senyum yang tulus.
Setelah polisi membawa berandalan tersebut, Monik turun dari mobil dan menghampiri suaminya. Ada lebam dipipi dan bibirnya sedikit koyak dengan darah yang sudah sedikit mengering. Dia memeluk Andi sangat erat menyalurkan semua kekhawatirannya.
“Hai sayang,suamimu ini tidak apa apa. Hanya luka kecil dan nanti pasti sembuh” hibur Andi yang melihat mata istrinya sudah berkaca kaca.
“Kita lihat pemuda yang dikeroyok tadi” kata Andi mengalihkan Monik. Monik mengangguk dan mengikuti langkah Andi. Monik berhenti tepat dihadapan orang yang ikut dalam pertempuran tadi.
“Terimakasih karena tuan mau membantu suami saya” ucap Monik tulus dengan sedikit membungkukkan badan.
“Sama sama nona. Sudah menjadi kewajiban saya” jawab laki laki itu tanpa ekpresi. Monik mengangguk dan tersenyum. Andi menahan tawa melihat istrinya yang membungkuk pada bodyguardnya. Jangan salahkan Monik jika bertingkah seperti itu. Monik tidak tahu apa apa soal itu sehingga dia berfikir bahwa dia juga orang lain yang tergerak hatinya untuk menolong.
“Dia cukup parah sayang. Kita bawa dia kerumah sakit” ucap Monik dan diangguki Andi. Tanpa bicara, Andi mempobong pria tersebut dan membawanya ke dalam mobil. Kini Monik duduk disamping sopir, sedangkan Andi duduk dibelakang dan memangku pemuda tersebut.
“Kita kerumah sakit terdekat pak”
“Baik tuan”
Tak berapa lama, sampailah mereka dirumah sakit dan pemuda itu langsung mendapat perawatan. Tidak ada yang fatal akibat pengeroyokan tadi, hanya saja luka lebam dan goresan goresannya banyak. Sambil menunggu pemeriksaan selesai, Monik mengobati luka Andi dengan telaten. Pintu IGD terbuka dan keluarlah seorang dokter yang menangani pemuda tersebut.
“Siapa yang bertanggung jawabatas pemuda tadi?” tanya dokter begitu keluar dari IGD.
“Saya dok. Bagaimana keadaannya?” tanya Andi sedikit panik.
“Tidak ada luka serius, hanya lebam dan luka kecil saja. Namun, sepertinya bukan pukulan yang membuat diatak sadarkan diri, tapi kondisi tubuhnya yang kekurangan asupan makanan” jelas dokter.
“Lalu bagaimana dok?” tanya Monik yang ikut khawatir.
“Dia harus dirawat beberapa hari sampai kondisinya benar benar pulih dan bisa melakukan aktivitasnya”
“Baiklah dok. Beri dia kamar kelas satu, dan tagihannya serahkan padaku” putus Andi dan diangguki dokter itu.
“Kalau begitu kami permisi pak, bu”
“Iya” jawab Monik dan Andi kompak.
“Kita tidak tahu dimana keluarganya mas” ucap Monik dengan muka memelas.
“Saerahkan pada mas” setelah berkata begitu, Andi menelpon seseorang.
“Aku ingin kamu mencari identitas pria yang telah dikeroyok tadi, paling lambat besok kamu laporkan padaku”
Andi tidak menunggu jawaban dari orang yang diseberang sana. Monik mengeryit heran dengan ucapan suaminya. Siapa dia? Apa dia juga berada di sana saat pengeroyokan terjadi? Begitulah pertanyaan yang muncul dibenak Monik. Tapi Monik tidak ambil pusing dan memilih kembali duduk disamping suaminya. Dia menyenderkan kepalanya di bahu Andi. Dia lelah karena baru melakukan perjalanan dan belum bisa beeristirahat karena insiden tersebut.
“Kamu lelah sayang? Kita pulang sekarang” ajak Andi.
“Pemuda itu?” tanya Monik bingung.
Andi meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
“Kamu datanglah bersama temanmu keruamah sakit T dan jagalah dia dengan baik”
Andi kembali memutus sepihak sambungan teleponnya dan lagi lagi, Monik bingung dengan koneksi suaminya. Namun dia telalu lelah hingga memutusakan mengabaikanya.
“Sudah,nanti akan ada yang menjaga. Kita istirahat dulu. Selepas magrib, kita bisa datang lagi” ajak Andi dan Monik mengiyakan tanpa bantahan.
......
NEXT
.....
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN LIKE DAN KOMEN. JANGAN LUPA JUGA DENGAN BINTANG DAN VOTENYA. TERIMAKASIH!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Aminuddin Marpaung
siapa pemuda itu
.ada hub apa dg Andi....seru...
2020-03-01
0
Sari Samiati
lanjut kan thor,,bikin cerita yg berbeda dri yg lain..
jgn lah sma dgn cerita2 yg lain yg ad pelakor,,ngilang,,amnesia lagi,,
sesekali baca cerita bgni yg rumah tangga kokoh saling mendukung wlw bnyk konflik
2020-03-01
1
Lailatul Lailatul
seru bngt lnjt thor
2020-03-01
0