Kita tinggalkan pasangan baru yang sedang dimabuk asmara itu. Kita kembali dikota pusat tempat tinggal mereka.
Siang itu, Hana meminta David untuk menemaninya belanja di mall milik Berto. Hana menitipkan anak – anaknya pada Dela dan juga Prasetyo, mertuanya. Tentu mereka sangat senang bisa bermain denga ketiga cucunya.
“Kenapa mesti di mall Sanjaya sih yang?” keluh David. Namun Hana mengacuhkannya.
“Di setia mall ajalah yang” rengek David.
“Mas, aku pengennya tuh kesini. Lagian kita sama sama bayar kan?” bantah Hana.
“Lagian udah nyampai juga, masak mau balik lagi sih?” omel Hana.
“Ya sudah, terserah nyonya David saja” jawab David pasrah dan mengikuti langkah kaki Hana.
Kini David dan Hana berjalan beriringan. Meski usia mereka tak lagi muda, namun mereka masih terlihat menawan sebagai pasangan yang menyita perhatian di mall tersebut. Hana yang masih awet cantik nampak serasi berjalan dengan David yang terlihat gagah dan atletis. Kau adam memandang Hana dengan tatapan memuja. Begitu juga dengan kaum hawa yang memandang David dengan tatapan penuh cinta.
“Aduh mas, kenapa sih kamu itu harus ganteng banget?” gerutu Hana. David mengeryitkan dahi dengan keluhan Hana.
“Kamu mengakui kalau mas ini ganteng maksimal?” goda David.
“Bisa nggak sih kadar ketampanan mas itu dikurangi?” tanya Hana dengan tatapan jengkel.
“Ntar kalau dikurangi, jadinya kita nggak serasi dong? Kecuali kalau kadar kecantikan kamu juga dikurangi” tanggap David.
“Huh, aku benci melihat tatapan lapar para wanita itu” gerutu Hana yang disambut senyum manis David.
“Kamu cemburu sayang?” goda David.
“Jangan senyum mas!” tekan Hana.
“Mas mau bikin mereka tambah lapar ya dengan senyum itu?” omel Hana.
David terpaksa memasang wajah datar namun tetap stay cool, karena dia tidak mau membuat istrinya tambah ngomel. Maklumin aja, Hana sudah punya tiga anak, jadi jiwa emak emak alias jiwa ngomelnya melekat. (Hayo, ada nggak sih emak emak yang nggak cerewet? Percaya deh, kalau sudah jadi emak, yang awalnya pendiam, pasti jadi cerewet). Meskipun begitu, saat mereka berdua sedang romantis – romantisan, Hana tetap menjadi pribadi yang lembut, pribadi asli seorang wanita. Pada dasarnya, semua wanita itu mempunyai pribadi yang lembut alias jiwa keibuannya. Namun kadang tertutupi dengan emosi atau psikis yang bersangkutan.
Saat Hana dan David keluar dari toko mainan, Hana menabrak seorang wanita dengan pakaian kantor, namun cukup ketat menempel badan dan dengan rok diatas lutut.
Brak
Semua kantong belanja yang diepgang Hana jatuh berserakan.
“Maaf mbak, nggak sengaja” ucap Hana dengan sembari memunguti belanjaannya.
“Aduh mbak, kalau jalan lihat lihat dong! Lihat nih! Baju saya jadi kesut kan?” omel wanita itu.
“Iya mbak, sekali lagi minta maaf” Hana masih berusaha meminta maaf.
“Maaf maaf, enak aja. Saya mau ada pertemuan dengan klien ini. Kalau penampilan saya kacau seperti ini, bagaimana saya menemui klien saya?” wanita itu masih mengomel.
Karena mendengar omelan wanita itu yang tiada berhenti, Hana menelisik penampilannya. Mata Hana meneliti mulai dari rambut hingga kaki. Tak ada yang fatal akibat tabrakan tadi. Hanya saja memang bagian depan, bajunya sedikit kusut dan itu bukan masalah besar. Apalagi wanita itu juga menggunakan bezer navi yang bisa menutupi bajunya yang kusut dengan mengancingkannya.
“Maaf ya mbak? Saya sudah minta maaf pada anda, tapi mengapa anda terus ngomel perkara yang tidak penting?” tanya Hana sarkas.
“Tidak penting kata anda? Saya harus meeting dan baju kusut ini merusak penampilan saya. Apalagi saya sedang tergesa – gesa, saya sudah hampir terlambat ini” jawab wanita itu ketus.
“Mbak bisa mengancingkan blezer mbak, bereskan?” saran Hana tak kalah sengit.
“Beras beres saja. Kalau aku kancingkan blezerku, penampilanku nanti kurang dong! Gimana sih?” masih ketus.
“Menurutku tetap oke kok meskipun dikancingkan” kali ini nada Hana sudah merendah.
“Iya, tapi nanti tetap aja kurang oke” wanita itu masih mengeluh.
“Maksud mbak kurang oke itu apa kurang menggoda karena gunung kembar mbak tertutup?” ejek Hana tepat sasaran.
Plak
Hana menerima tamparan dari wanita itu. Kemarahan jelas tercetak diwajah keduanya. David yang dari tadi mengawasi jalannya pertengakaran istrinya itu menjadi geram. Dia hampir saja mengangkat tangannya jika tidak teringat pesan dari papanya.
“Sial. Selalu saja begini. Aku bahkan tak bisa melukai wanita yang telah melukai istriku” batin David dengan mengepalkan kedua tangannya.
David melangkah maju dan menarik lengan Hana hingga Hana merapat dengan tubuhnya.
“Nona, istriku sudah minta maaf dan saya rasa itu cukup, jadi anda tidak perlu membesarkan masalah” kata David penuh penekanan menandakan dia menahan emosi.
“Oh, tuan tampan. Saya hanya ingin terlihat sempurna, namun istri anda mengacaukan penampilan saya” jawab wanita itu sedikit genit.
“Baiklah kalau itu maumu” David melepaskan tangannya dari lengan Hana dan menarik pergelangan tangan wanita itu dengan kasar. Hana yang melihat itu bergegas mengikuti langkah suaminya yang menyeret wanita itu dengan langkah lebar.
“Aww tuan, ini sakit” ucap wanita itu dengan sedikit manja.
David tak menghiraukan ocehan wanita itu. Dia tetap menyeretnya dan menghempaskannya setelah sampai ke sebuah toko baju.
“Silahkan anda pilih baju yang menurut anda bisa menggantikan kemeja anda itu. Saya yang akan bayar” perintah David tegas.
Hana menghampiri suaminya dan mengelus lengannya. Wanita itu menatap tak percaya pada David dan tersenyum lebar.
“Baiklah tuan tampan. Dengan senang hati” ucapnya dan bergegas memilih kemeja yang menurutnya indah dan sedikit mahal.
“Lihatlah sayang! Wanita seperti itulah yang membuat citra seorang perempuan ternoda. Katanya tadi tergesa – gesa, tapi sekarang dengan tanpa beban memilih kemeja sebagai ganti” ejek Hana sembari melihat wanita itu memilah – milah baju.
“Iya, wanita matre yang hanya bisa menipu dengan segala tingkah lakunya. Aku sungguh muak” keluh David.
Setelah sepuluh menit, wanita itu kembali menghampiri David dan Hana dengan menenteng sebuah kemeja dengan bahan yang halus dan sedikit tebal dengan harga yang tidak murah tentunya.
“Ini tuan, saya sudah menemukan yang cocok”
Tanpa menghiraukannya, David menyerahkan kartu gold pada kasir. Setelah pembayaran selesai, David dan Hana meninggalkan toko itu tanpa sepatah katapun bahkan mereka tak memandang wanita itu.
“Sialan! Pria itu sungguh kaya. Sayangnya sangat angkuh. Tapi tak masalah, aku sudah mendapatkan kemeja yang ku mau. Aku bisa mencari mangsa yang lain” ucap wanita itu dan keluar dari toko.
......
David melangkah masuk rumah orangtuanya dengan terburu buru. Hana merasa heran dengan tingkah suaminya. Jujur saja, baru kali ini dia melihat tingkah suaminya seperti itu. David juga tidak menyapa orang tuanya saat dai melewati mereka. Untung saja anak – anaknya sedang tidur, jadi mereka tidak melihat tingkahnya yang bisa menjadi contoh tidak baik.
“Apa yang terjadi dengan suamimu sayang?” tanya Dela penasaran.
“Entahlah ma, tadi dimobil juga diam aja. Aku nggak merasa punya salah kok!” Hana pun juga merasa bingung.
“Biar papa susulin, perasaan papa nggak enak ini” ucap Pras dan melangkah menuju sebuah kamar yang biasa digunakan David saat sedang marah. Tanpa Pras sadari, Hana mengikuti langkah Pras dengan jarak yang agak jauh. Pras berlahan membuka pintu dan melihat David berada tepat didepan cermin. Kini Hana juga berada tepat dibelakang Pras.
PYAAAAR
Cermin didepan David pecah dan berserakan dilantai setelah mendapat bogem dari David.
“Astaghfirullah!” pekik Hana.
Prasetyo yang tidak mengetahui keberadaan Hana terkejut dengan pekikan Hana. David yang sudah diselimuti emosi tak menghiraukan pekikan istrinya. Hana menerobos masuk dan meraih tangan suaminya. Hana memandang wajah suaminya dengan heran. Baru kali ini diua melihat suaminya sangat marah hingga meninju cermin. Namun anehnya, tak ada darah yang mengalir. Bahkan luka pun tidak. David memandang wajah heran istrinya dan mengecup keningnya. Menyalurkan perasaan marahnya hingga perasaannya itu berlahan – lahan menguap. Hana memeluk suaminya sesaat dan membimbingnya duduk di sofa yang ada dalam kamar tersebut. Prasetyo masuk dan melihat keadaan anaknyayang sudah sedikit tenang.
“Ada apa son?” tanya Pras to the poin.
“Mas gpp?” tanya Hana khawatir.
“Mas gpp sayang. Kamu lihatkan tangan mas baik baik saja?” Hana hanya mengangguk mengiyakan.
“Kamu bisa bayangkan kalau tangan mas ini sampai menampar wanita wanita yang menampar kamu?” tanya David lagi.
Hana hanya diam mematung mencerna ucapan suaminya. Jika seandainya benar, apa yang terjadi pada wanita wanita itu? Hana tak sanggup membayangkannya.
“Hanya dua pilihan, rumah sakit atau kuburan. Tergantung seberapa kuat mereka menahan tamparan dari mas” jelas David menjawab penasaran Hana.
“Itu sebabnya mas hanya memandang tajam kearah mereka?” tanya Hana dan mengelus pipi David dengan punggung tangannya.
“Untungnya aku punya istri seperti singa yang bisa melindungi dirinya sendiri” ucap David tanpa menghiraukan pertanyaan istrinya sembari mengelus rambut Hana.
“Lalu pada saat bertarung dengan om Andra waktu itu?” tanya Hana penasaran.
“ Saat itu mas tidak benar benar emosi, meskipun emosi, namun dengan kanuragan yang dimiliki om Andra, mas yakin kalau om Andra akan baik baik saja” jawab David.
“Apa ada yang menampar istrimu lagi?” tanya Prasetyo yang sedari diam memperhatikan interaksi pasutri tersebut.
“Iya pa” bukan David yang menjawab namun Hana.
Prasetyo hanya manggut manggutdan meninggalkan mereka berdua. Itu sudah ketiga kalinya Pras mendapati David melampiaskan amarahnya di kamar tersebut. Yang pertama setelah kejadian dimall waktu itu. Waktu Hana menemani Pras berbelanja dan diganggu seniornya di kampus. Dan yang kedua, Pras tak tahu tepatnya apa yang terjadi.
......
NEXT
....
JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN LIKE, KOMEN DAN VOTE. TERIMAKASIH
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Aminuddin Marpaung
akhirnya Andi dan Monik belah duren jg....sampai lupa subuhan.
2020-02-28
0
Citi Choirotul Muzydah
part 12 nya mana
2020-02-28
0
dulu kino Suripto
lanjut thor
2020-02-28
0