Andi dan Monik kini tak pernah melakukan hal-hal yang dulu mereka lakukan waktu pacaran. Kini mereka mengukir cerita baru yang tak kalah indah dengan waktu dulu. Andi selalu memberi perhatian kepada Monik dan Monik dengan senang hati menerima semua perlakuan Andi. Kini Monik sudah terbiasa memanggil kekasihnya Andi bukan Farel lagi. Baik diluar ataupun di kantor, mereka selalu terlihat mesra. Tak terasa hubungan mereka sudah berjalan selama lima bulan. Siang itu sebelum jam makan siang, pekerjaan Andi dan Monik telah selesai. Sambil menunggu waktu makan siang, Monik dan Andi kembali berpacaran. Maklum, kasih lama yang terpendam. Jadi waktu lima bulan tak akan cukup untuk mereka. Bahkan mungkin tak akan pernah cukup waktu yang ada.
"Sayang, kamu sudah siap untuk berdampingan denganku belum?" tanya Andi menggenggam tangan Monik dan menciumnya.
"Kenapa kamu bertanya? Saat aku menjalin hubungan, maka aku pasti siap untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius" jawab Monik dengan mimik yang serius.
"Apa kamu akan setia menungguku jika aku mengatakan padamu kalau aku belum siap meminangmu?" tanya Andi lagi.
"Apa maksudmu dengan belum siap meminangku? Kamu gak mau serius sama aku?" tanya Monik sedikit kecewa.
"Bukan begitu sayang. Aku hanya tanya saja" Andi memcoba menenangkan Monik sambil terus menggenggam tangan Monik.
"Artinya kamu meragukan kesetiaanku begitu?" suara Monik semakin meninggi. Andi hanya bungkam tanpa pembelaan.
"Aku menunggu kamu lebih dari sepuluh tahun Ndi, dan kamu masih ragu sama aku? Aku benar-benar bodoh!" ratap Monik dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Andi semakin salah tingkah. Sebenarnya Andi hanya belum siap jika harus menikah dalam waktu dekat. Meskipun Monik tak pernah membahas tentang pernikahan, namun sebagai wanita, usia Monik sudah cukup menjalani rumah tangga. Sedangkan Andi, usianya hanya terpaut satu tahun dari Monik, masih memikirkan karir yang baru saja Andi mulai.
"Kenapa diam Ndi? Jadi benar kamu masih meragukanku. Kalau begitu aku menyerah saja. Seolah-olah, hanya aku yang berjuang disini. Aku ingin kita pu....."
Belum selesai Monik dengan kalimatnya, Andi membungkam bibir Monik dengan bibirnya. Monik terkejut dengan tindakan Andi. Jantung Monik berdegub lebih kencang dari biasanya. Matanya melotot seperti akan keluar. Monik mematung sedangkan Andi terus ******* bibir kekasihnya. Deru nafasnya tak kalah cepat dengan Monik. Saat Monik sadar dari keterkejutannya, Monik mendorong dada Andi sedikit keras agar menjauh. Namun Andi tak bergerak sedikitpun. Monik masih terus meronta agar Andi melepaskan bibirnya. Bukannya melepaskannya, Andi malah memperdalam ciumannya. Tenaga Monik semakin terkuras karena terus meronta memaksa terlepas hingga akhirnya Monik pasrah dengan perlakuan Andi. Posisi mereka belum berubah saat pintu terbuka.
"Astaghfirullah, Andi. Monik!" teriak seorang wanita yang baru masuk. Andi terkejut dan melepaskan bibirnya dari bibir Monik. Monik tak kalah terkejut hingga dia tak berani menatap wanita yang menegurnya. Sudah dipastikan pipi Monik merah seperti kepiting rebus.
"Apa yang kalian lakukan? Kalian belum sah!" bentak Hana. Ya, wanita yang memergoki Andi dan Monik berciuman adalah Hana.
"Kamu Monik" tunjuk Hana pada Monik.
"Sebagai perempuan, harusnya kamu bisa menjaga setiap aset dalam dirimu itu untuk suamimu kelak. Meskipun Andi itu pacar kamu, namun belum tentu dia jodoh kamu" Hana sudah merendahkan suaranya.
"Mbak Hana nyumpahin Andi gak jodoh sama Monik?" kali ini Andi yang ngegas.
"Mbak gak bilang gitu Andi. Dan kamu Andi. Kamu sebagai pria, harusnya kamu menjaga Monik agar kelak jika dia adalah jodohmu, kamu bisa merasakan orisinil, bukan second meskipun itu bekas kamu sendiri" kali ini Andi tak bisa membantah.
"Ada apa sayang?" ucap David yang baru masuk melihat ketegangan diantara ketiganya.
"Ini lho Mas, mereka belum sah, tapi sudah main sosor-sosoran" adu Hana pada suaminya.
"Tinggal kawinin ajalah! Gampangkan?" jawab David santai.
"Ya Allah Mas! Kira-kira dong kalau ngasih solusi. Ini aja ******* aku sudah meradang, eee malah disuruh kawin!" omel Hana dengan cemberut.
"Maksud Mas, nikahin Na" jelas David.
"Nah, kalau itu aku setuju. Mas hubungi paman Berto, suruh segera kemari secepatnya" perintah Hana pada David.
"Mbak ngapain panggil papa kesini?" tanya Andi gak suka, pasalnya dia masih marah dengan Berto.
"Mau minta dia buat jadi wali kamu melamar Monik ke orang tuanya" jawab Hana santai.
"Kok gitu sih Mbak?" protes Andi.
"Daripada kalian khilafnya lebih dari ini!" Hana tak mau kalah.
"Sudahlah Ndi, terima aja" David menimpali dengan gaya tak kalah santai dari Hana.
"Maaf Mbak, tapi ini gak seperti yang Mbak dan Mas pikirkan" Monik akhirnya membuka suara.
"Apapun itu Monik, intinya kalian telah berbuat dosa seperti Zina. Berduaan seperti ini aja udah gak boleh kok, apalagi tadi!" omel Hana.
"Mbak, plis Mbak. Jangan lakuin ini sama Andi" rayu Andi.
"Ok kalau itu maumu" jawab Hana santai.
"Makasih Mbak" Andi girang dan memeluk Hana.
"Tapi kamu harus putus dengan Monik" tegas Hana. Andi langsung melepaskan pelukannya mendengar pernyataan Hana.
"Mbak jahat" Andi ngambek.
"Terserah kamu mau bilang mbak apa. Mbak cuma gak mau kalian kebablasan"
"kamu pilih mana Monik?" tanya Hana padanya.
"Menikah mbak" Monik menjawab dengan pelan.
"Monik sudah pilih menikah. Sekarang kamu Ndi, menikah atau putus?" tanya Hana dengan tegas tanpa bisa dibantah.
"Menikah Mbak" jawab Andi lesu. Andi tak mau putus dengan Monik. Dia sudah terlanjur mencintai Monik.
"Lagian usia kalian itu sudah pantas untuk menikah. Kalian mau apalagi sih? Kalau sudah halal kan enak gak ada yang nglarang, asal tahu tempat aja" nasihat Hana.
"Iya Mbak" jawab Monik dan Andi kompak.
"Paman akan segera kesini katanya" ucap David setelah menghubungi Berto.
"Ya sudah. Kita lanjutkan nanti. Aku dan Mas David kesini tadi pengen makan siang bareng kalian, eee malah disusguhi adegan romantis. Kita ke kantin aja, gak usah keluar" ajak Hana.
Monik dan Andi tersipu mendengar omelan Hana.
"Monik marah, minta putus, jadi sebelum selesai ngomong, Andi bungkam bibir Monik" cerita Andi dengan malu malu.
"Gak gitu juga kali Ndi bungkamnya" bantah Hana.
"Yang kepikiran cuma itu Mbak" jawab Andi lirih yang masih bisa didengar oleh semuanya.
"Makanya cepet dihalalin, jadi kalau mau bungkam pakai bibir sudah sah" ledek Hana. Andi dan Monik masih tersipu mengingat mereka kepergok berciuman.
"Ayo cepat. Kapan perginya kalau ngomong terus?" ajak David yang sebenarnya malas mendengar debat adik kakak tersebut.
Mereka menuju kantin dan memesan makanan. Setelah selasai acara makan bersama, David langsung kembali ke kantor, sedangkan Hana kembali bersama Andi dan Monik menunggu Berto untuk menyelesaikan masalah Andi dan Monik. Kesepakatan telah dibuat, Berto akan melamar Monik untuk Andi. Hana meminta agar waktu yang diberikan tak terlalu lama karena Hana takut jika mereka melakukan hal yang lebih dari ciuman.
.....
NEXT
....
JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENTARNYA. BINTANG LIMANYA JANGAN LUPA YAH? TERIMAKASIH ATAS DUKUNGANNYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Like_Novel
uuuhhh... cahyo hana... wkwk
semangat upnya thor..
2021-01-02
1
Nirma Palopo
enak tuch andi
2020-04-26
0
Yulianti
uups malu banget
2020-03-21
0