Semuanya telah berada ditaman belakang. Kini mereka berlomba untuk membuatkan pasangan mereka masing-masing. Yang pertama kali adalah kelompok adam. Mereka sudah mengelilingi pemanggang dan bersiap siap untuk memanggang daging sapi. Disini bumbu yang disajikan untuk memanggang adalah flat yah readers. Karena acara kali ini digunakan untuk kompetisi. Jadi garam dan pepsin serta kecap nya terpisah tapi tak dijual yah! Hehehehe. Mereka juga menyiapkan cabe bubuk, merica bubuk, ketumbar bubuk, kayu manis bubuk juga gula pasir. Mereka sengaja menyiapkan semuanya karena untuk mengecoh satu sama lain. Untuk anak-anak meraka, semuanya ditemani oleh baby sister masing-masing (Maksudnya para istri alias kelompok hawa). Sebagian sudah tidur dan sebagian lagi sedang bermain namun masih dalam pengawasan.
Kelompok adam telah bersiap dan mulai memanggang daging sapi. Karena bumbu yang disediakan masing-masing hanya satu, jadi mau gak mau mereka harus gantian. Ada sebagian yang menyerobot sehingga bikin gaduh. Biang keladinya tentu saja si Boy, cowok paling usil di kelompok adam. Saat ini Boy merebut paksa pepsin yang sedang dibawa Andi.
"Bang, balikin dong! Main rebut aja" keluh Andi dan mencoba merebut pepsin yang dibawa Boy.
"Enak aja. Bentar lah Ndi. Tunggu sebentar kenapa?" kilah Boy.
"Nggak ya Bang" Andi tetep kekeh dan masih berusaha merebut pepsin dari Boy. Aksi rebut merebut pun terjadi hingga berubah menjadi aksi kejar-kejaran antara Andi dengan Boy. Sementara itu, kelompok adam yang lainnya saling pandang dan saling tersenyum misterius. Alvin mengambil garam dan menuangkannya di daging milik Boy. Sementara Dika mengambil bubuk cabe dan juga menuangkannya di daging milik Boy. Bisa dibayangkan nanti rasanya seperti apa, karena Alvin dan Dika tak tanggung tanggung dalam menuangkannya. Otomatis mereka menaburkannya diatas batas normal. Lain halnya dengan David juga Levin. Masing masing membawa merica bubuk dan kayu manis bubuk untuk dituangkan pada daging milik Andi. Mereka juga sama, menuangkannya diatas rata rata. Jahil berjamaah temanya.
"Kita pura-pura gak tahu aja. Tuh bini kita lagi pada merhatiin ke sini" ucap Levin yang pura-pura tak terjadi apa apa.
"Kamu benar. Kita lanjutkan aja punya kita masing-masing. Kecap mana kecap" kata Alvin sembari mencari botol kecap.
"Bentar, masih aku pakai" jawab David.
"Kasih merica dulu, sambil nunggu bos David kelar" saran Dika.
"Udah tadi mericanya" jawab Alvin.
"Yang.... mau pedas nggak?" teriak Alvin pada Siska yang sedang menggendong anaknya.
"Dikit aja Yang" balas Siska juga teriak.
Tak lama kemudian, Andi kembali bersama Boy dan pergulatannya dimenangkan oleh Boy. Dengan sigap, Boy menaburkan pepsin dan menyerahakannya pada Andi. Boy dan Andi tidak curiga sama sekali, pasalnya setelah mereka menaburkan sesuatu langsung membaliknya. Keempat pria itu hanya tertawa tertahan. Beberapa menit kemudian, daging mereka telah siap dan waktunya untuk plating. Mereka berusaha menampilkan hidangan seperfect mungkin. Masalah rasa, dipikir nanti saja. Setelah semua selesai plating, kelompok hawa mendekat dengan membawa nama dari pasangan masing masing. Mereka melakukan itu agar makanan mereka tidak tertukar. Mereka menggunakan piring berwarna pink dibagian pinggirnya, karena nantinya makanan itu untuk sang istri. Kini giliran kelompok Hawa yang memanggang daging sapi. Mereka memanggang dengan mengobrol. Lain halnya dengan kelompok adam, tak terlihat aura kompetisi pada kelompok hawa. Mereka sungguh tenang tanpa ada kegaduhan seperti yang dilakukan Andi juga Boy tadi. Namun, Raya yang membuat suasana menjadi gaduh. Bukan kegaduhan seperti tadi, namun kegaduhan yang diakibatkan kepanikan Raya.
"Kak Hana, gimana nih? Aku kan gak bisa masak?" panik Raya.
"Tinggal tambahin bumbu aja Ray, garam, pepsin merica, kecap. Kalau suka kayu manis gpp tuh sekalian tambahin juga" jawab Siska santai.
"Terus ini buat apa?" tanya Raya polos dan menunjuk pada bumbu yang sudah dihaluskan.
"Ini itu bumbu sayang. Dioleskan pada dagingnya. Tapi bumbu ini gak ada rasanya alias hambar. Untuk itu kita harus menambahkan garam dan kawan-kawannya untuk membuat rasa yang enak" jelas Hana pelan-pelan dan penuh kasih sayang.
"Oke! Raya mencoba mengerti"
"Harus mengerti dong! Pertama oleskan dulu bumbunya ke daging pake kuas ini" Karin ikut memberi penjelasan.
"Lalu tambahkan apa yang ingin ditambahkan. Raya pengen rasanya bagaimana? Manis atau asin atau pedas, tinggal tambahkan aja sama ini" tambah Karin dengan menunjuk semua botol bumbu dapur itu.
"Baik Jak, aku mengerti. Ayo mulai" kali ini Raya berteriak semangat. Yang lain hanya menyunggingkan senyum melihat semangat Raya.
Nah, kenapa cuma Raya disini yang tidak bisa masak? Ini jawabannya. Pertama Hana, dia sudah biasa berkutat dengan dapur sejak ibunya masih ada. Jadi saat ditinggal oleh orangtuanya, Hana tak perlu khawatir dengan asupan makanannya karena dia bisa memasak. Karin, Siska dan Monik adalah anak kos, sehingga sudah biasa dengan yang namanya dapur. Hani, sudah belajar memasak sejak ibunya meninggal beberapa tahun yang lalu. Kalau Raya, dari kecil tinggal di istana milik keluarga Hamilton dan tak pernah menyentuh alat-alat dapur. Jadi wajar kalau Raya tidak bisa masak.
Setelah beberapa menit kemudian, masakan kelompok hawa telah selesai. Dibawanya ke meja dan bersandingkan dengan masakan kelompok adam. Mereka mengambil nama masing-masing dan diletakkan didepan piring mereka. Dilihatnya, anak-anak yang tadi belum tidur, kini sudah tidur dipangkuan sang ayah masing-masing. Memang waktu sudah cukup malam untuk anak-anak.
"Sini Mas, biar aku tidurkan dulu si Kakak" Hana mengambil alih Akbar dari pangkuan David.
"Yang lain tidurkan aja dulu, mau dikamar tamu atau mana kek" kata Hana yang juga melihat anak-anak yang juga sudah tepar seperti anaknya.
Tiba sudah pada sesi icip-icip. Mereka telah duduk saling berhadapan dengan pasangan masing-masing. Mereka bertukar piring sehingga yang dihadapan masing-masing adalah masakan pasangannya. Kelompok hawa yang menerima giliran pertama untuk menjadi juri dari masakan kelompok adam. Tepatnya juri untuk pasangan masing-masing. Kelompok adam harap-harap cemas dengan hasil masakan mereka. Dengan kompak kelompok hawa mengiris daging panggang itu dan berlahan memasukkan kedalam mulutnya. Saat kunyahan pertama, berbagai ekspresi ditunjukkan oleh mereka.
Hana. Dia masih terus mengunyah irisan daging pertamanya.
"Gimana yang rasanya?" tanya David antusias dan takut takut.
"Emmm, lumayan sih Mas, cuma kurang sedikit garam aja" jawab Hana dengan mengacungkan kedua jempolnya.
Hani. Dia berhenti mengunyah dan melotot kedua matanya. Boy tampak panik dengan ekspresi dari istrinya itu.
"Gak enak yah Ma?" tanya Boy khawatir.
"Kalau gak enak gak usah dimakan Ma" cegah Boy.
Hani tak menjawab melainkan memotong kembali dan menyuapkannya pada suaminya. Boy membuka mulutnya dan jleb... masuklah tuh daging panggang ke mulut Boy. ekspresi yang ditunjukkan Boy tak kalah dengan ekspresi Hani. Kedua matanya melotot ingin keluar.
"Peeeeh" terdengar Boy memuntahkan makanannya dan segera meminum air putih.
"Muntahkan Ma, sudah jangan dimakan itu" Boy menyuruh Hani memuntahkan makanannya. Melihat Hani yang belum mau memuntahkannya, Boy mengambil piring dan menyodorkannya pada Hani tanpa melepaskan pegangannya.
"Muntahkan disini sayang" kali ini mode membujuk Boy sudah on.
Hani terharu dengan sikap Boy, walau ini bukan pertama kalinya Hani diperlakukan manis oleh suaminya. Bagaimana mereka tidak melotot, bayangkan saja, rasanya sangat asin dan juga sangat pedas. Yang lain hanya menahan tawa, terlebih para pelakunya, mereka takut ketahuan bila itu adalah ulah jahil mereka.
Tak ada yang istimewa dari ekspresi Karin, Siska dan juga Raya. Hanya kurang sedikit sedikit saja. Dan menurut Raya, masakan Levin sangat enak karena ini adalah masakan pertama Raya dari suaminya. Levinn sudah terbiasa masak setelah kepergian ayahnya dan ibunya yang sakit. Levin harus tetap memperhatikan adiknya agar mereka tetap sarapan sebelum ke sekolah. Sekarang giliran Andi yang was was menanti ekspresi istrinya.
Monik. Ekspresinya tak jauh beda dengan Hani dan Boy. Melihat itu, Andi langsung mengambil piring didepan Monik dan memotongnya. Pelan-pelan Andi memasukkannya dengan sedikit rasa takut. Dan kecemasannya pun terjadi.
Jreeeng.
"Aaaargh" teriak Andi dan langsung menyambar segelas minuman.
"Kenapa rasanya jadi begini. Tunggu-tunggu" Andi nampak berfikir.
"Kenapa ada rasa kayu manisnya, aku tak menambahkan kayu manis pada masakanku" Andi nampak bingung dengan adanya rasa kayu manis yang nampak misterius.
Andi melihat kelima pemuda disampingnya dan sebagian mereka menahan tawanya.
"Ulah siapa ini? Kalian memasukkan sesuatu saat aku mengejar Boy kan?" tuduh Andi menatap keempat tersangka tersebut secara bergantian. Boy yang menyadari ucapan Andi juga ikut berteriak.
"Jangan-jangan ulah kalian juga yang membuat masakanku jadi asin plus pedas tingkat dewa?" Boy ikut menuduh dan berteriak. Keempat pemuda itu saling pandang dan akhirnya,
"Kabuuuur. Hahahahaha" teriak keempat pemuda itu dan berlari berhamburan untuk menghindari amukan Boy dan Andi.
Boy dan Andi yang merasa dikerjai oleh mereka, sontak ikut berlari mengejar mereka.
"Berhenti, jangan lari kalian. Sini tak pecel kalian" teriak Boy yang masih mengejar Alvin dan Levin yang memang sedang lari bersama sambil tertawa cekikikan.
Sementara Andi masih kekeh mengejar David yang berlari menuju ayunan yang ada ditaman itu.
"Mas David, sini jangan kabur" teriak Andi. David masih terus berlari.
"Kalau ketangkap, tak pepes kamu Mas" teriak Andi lagi.
David masih terus berlari dan sesekali terdengar tawa dari mulutnya. Dika yang sedang bebas dari kejaran setelah dia berlari, kembali menghampiri meja dan mengambil masakan sang istri. Dika memilih makan dibawah kolong meja untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
"Kenapa harus dikolong sih?" tanya Karin yang melihat tingkah suaminya.
"Menghindari amukan masal, Yang" jawab Dika sekenanya.
"Tidur aja sekalian dikolong, Dik" seloroh Siska yang membuat semuanya tertawa.
"Berisik" gerutu Dika.
"Eh, tapi jangan bilang-bilang yah kalau aku ada disini" ancam Dika pada kelompok Hawa.
"Beres" jawab mereka kompak.
Namun, baru aja satu menit Dika berada dibawah kolong meja, kelompok hawa berdiri dan melangkah pergi.
"Andi, Boy, sini" teriak Hani. Boy dan Andi menghentikan langkahnya dan menghampiri kelompok hawa.
"Dika ada dikolong meja" teriak semuanya dan mereka tertawa. Dika yang mendengar teriakan kelompok hawa terkejut dan ingin segera melarikan diri. Namun naas, bukannya bebas malah kepalanya kepentok meja. Boy dan Andi langsung menuju TKP (Tempat Kejadian Perkara). Sudah dipastikan bahwa Dika kali ini tidak akan lolos.
.....
NEXT
.....
TERIMAKASIH ATAS DUKUNGAN READERS TERCINTA, JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK DENGAN LIKE AND COMMENT. BINTANG LIMANYA JANGAN LUPA YAH? TERIMAKASIH.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
A..S..J
😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2021-08-16
0
Dilah Mutezz
wahhh kompak yaaa sneng liatnya jdii adem
2021-04-29
0
Like_Novel
sakit perut ku thorr... aduhhhh 😆😆😆😆
tanggung jawab nhhh... wkwkckk
2021-01-02
0