Frederick menatap tajam Larry begitupun sebaliknya. “Seandainya di mata kalian ada laser, pasti kalian sudah hangus terbakar.” Ha Joon menggeleng melihat tingkah kekanakan kedua sahabatnya ini.
“Syukurlah anakku tidak melihat aksi bar-bar Uncle nya.” Ujar Rey yang baru saja turun dari tangga.
Tidak suka mendengar nasihat sahabatnya, Larry memandang sinis. “Kau terlalu cepat senang, mungkin saja Leon menyimpan dendam dan akan membalasmu saat dia sudah besar.” Sindir Larry.
“Sayangnya Leon tidak belajar darimu. Jika iya mungkin dia akan sangat brengsek,"
"Beruntunglah Valerei yang mengajar semua hal baik pada Leon.”
Seperti dugaan, Frederick lagi-lagi menimpali perkataan Larry dengan buruk yang berakibat pada murkanya Larry. Dia sudah akan melempar vas bunga yang berada di samping tapi Hyuk memegang tangannya, menghentikan pergerakan Larry.
“Dan kau Rey, Elena terlalu lembut, dia begitu baik tapi sayang dia bertemu pria brengsek sepertimu. Kuharap dia dan Valerei menemukan pria yang baik.” Jelas Frederick lagi.
“Tidak ada yang tahu takdir seseorang kak.” Elena turun dari tangga membawa Leon dalam dekapannya di ikuti Ji Hyo.
Leon meminta turun lalu berlari kebelakang mansion. Rey melihat Leon berlari dengan riang langsung mengejar anaknya. "Leon jangan berlari, kau bisa jatuh.”
Ibunya hanya menggeleng, “Maaf kak” Ucap Elena yang ditujukan kepada sang pemilik rumah, Hyuk.
Hyuk tersenyum. “Tidak apa-apa, Leon bisa berlari kemanapun. Kau jangan khawatir, di mansion banyak orang, dia aman.”
“Terima kasih kak”
Elena dan Ji Hyo duduk berdampingan, “Aku tidak lihat Kak Valerei?”
“Va, mungkin di kamarnya” Hyuk menunjuk sebuah bangunan di belakang mansion dari jendela.
"Leon! Ah kalian melihat Leon?” tanya Rey dengan nafas berat habis berlari.
“Dia tidak ada di manapun aku mencarinya.” sebelum Hyuk memanggil pegawai mansion nya untuk mencari Leon. Mereka mendengar suara tawa renyah milik Leon dari arah belakang.
“Jalan-jalan dapat uang satu sen” setelah mengucapkan itu baik Valerei dan Leon sama-sama jongkok seperti mengambil sesuatu dari lantai lalu mereka tertawa. Valerei mengulangi lagi dan berakhir dengan tawa satu sama lain. Sedangkan para pegawai dan orang-orang yang duduk di ruang tengah menatap mereka bingung, beberapa dari mereka bahkan tertawa walaupun tidak mengerti maksudnya. Ketawa yang menular.
Valerei menetralkan tawanya lalu kedua insan itu bergandengan tangan berjalan ke ruang tengah. “Sudah dulu mainnya.”
“Leon dari mana saja, Lihat wajah Daddy.” Ucap Elena, Leon melihat Rey yang penuh keringat.
“Apa daddy dikejar hantu?” tanya Leon.
Ji Hyo tersenyum, “Kok dikejar hantu, Daddy cari Leon tadi. Memangnya Leon kemana?”
“Leon mencari Mami.” Leon mengayunkan tangannya yang masih menggenggam jemari tangan valerei ke depan. “Sudah ketemu.”
Valerei duduk bersama leon di sebelah Elena. Rey yang kelelahan duduk di samping Elena dan bersandar pada pundak istrinya, dengan telaten Elena menyeka keringat Rey dengan sapu tangan miliknya.
Ha Joon dan Larry tertawa terbahak-bahak melihat wajah Rey. “Bagus nak, kau harus lebih keras padanya.” Ujar Frederick tersenyum jahat yang mendapat tatapan tajam dari Valerei.
Larry melihat Valerei dengan hati-hati. “Kupikir kau marah.”
“Aku bukan anak kecil, kenapa harus marah.” Valerei tersenyum, dia tadinya merasa kecewa tapi setelah menenangkan diri, dia menjadi lebih baik.
“Syukurlah, jangan marah. Aku salah." semarah apapun Larry tetap dia yang selalu minta maaf duluan. Lelaki baik ini.
“Aku juga.”
“Aku tidak tahu bahwa semudah itu Larry meminta maaf dan semudah itu juga kau memaafkannya. Hubungan yang romantis ini kenapa tidak dibawa ke pelaminan saja.” Ujar Rey.
“Tidak bisa, Valerei sudah ku jodohkan dengan seseorang.” ungkap Frederick. Masuk.
Hyuk yang melihat reaksi Larry tidak bisa diam. “Sudah, jangan memulai lagi. Lihat” dengan suara ditekan Hyuk memberi kode bahwa Leon ada disini. Semua orang menggelengkan kepala.
Setelah aksi konyol barusan, Valerei melihat wajah Rey yang lesu, dia membisikkan sesuatu ke telinga Leon, Leon mengangguk tanda mengerti. “Daddy, tadi maaf.”
Mendengar itu hati Rey jadi tidak enak. Atas apa yang terjadi, dia tidak pantas mendengar anaknya meminta maaf. “Tidak apa-apa nak, tidak apa-apa. Tadi Daddy yang salah!"
Leon berjalan dan memeluk Rey. Setelah dia rasa cukup menenangkan ayahnya yang tampak akan menangis, Leon melepaskan pelukannya dan berjalan ke arah Darren. "Uncle, kenapa kau hanya diam?”
Dia memandang seorang pria yang duduk di kursi tunggal yang tetap diam dengan tatapan dinginnya. Pandangan semua orang jatuh kepada Darren. Mereka takut melihat ekspresi dingin Darren dapat membekukan anak kecil itu.
Saat Leon ada di depannya dan bertanya membuat seorang Darren tertegun. “Apa Uncle harus bicara?” Tanya Darren.
Leon memiringkan kepalanya, “Uncle, jika seseorang bertanya, bukankah kau harus menjawab dulu setelah itu baru membuat pertanyaan lain untuk lawan bicaramu?”
“Siapa yang mengajarimu?” tanya Darren. Leon menunjuk Valerei dengan bangga. "Mamiku."
Darren melihat Valerei sekilas lalu kembali melihat Leon. “Kadang seseorang harus tetap diam dari pada banyak bicara.”
Leon mengangguk. “Baiklah”
Darren hanya tersenyum. Anak ini cukup cerdas. Untuk anak seusianya yang penuh dengan rasa penasaran, dia menahannya dengan baik. Biasanya anak-anak terus bertanya tapi Leon dia paham kapan harus berhenti saat lawan bicaranya sudah memberinya jawaban.
Melihat interaksi antara Leon dan Darren membuat Valerei meleleh, seperti es krim kesukaanya. Dia juga ingin memiliki anak seperti Leon.
Mereka menghabiskan waktu di kediaman Hyuk. Sementara Frederick memilih kembali ke hotel. Dia belum terbiasa.
...🖤...
Kediaman Lee seok Hoon, Valerie masuk kedalam bersama Nola. Selalu.
"Suamiku di dalam?" tanya Valerei kepada Are.
"Silahkan nyonya." Are mempersilahkan Valerei masuk.
Valerei berjalan masuk lalu duduk di depan suaminya, “Kamu sibuk?”
“Tidak” tanpa menoleh Darren menjawab pertanyaan istrinya. Valerei melihat suaminya sedang memeriksa sebuah dokumen, “Itu apa?”
“Dokumen.” Singkat Darren
Ya ampun, nasib salah bertanya.
Dia mencondongkan wajahnya , “Iya tahu, maksudnya dokumen apa?”
“Dokumen kantor” lagi dan lagi.
Pertanyaanku tidaklah bermutu, batin Valerei mengejek.
Valerei berdehem, “Nanti kamu sibuk?”
“Hari ini sibuk.”
“Besok?”
“Sampai sore.”
“Besoknya?”
“Ada meeting di Jepang.”
“Besoknya lagi?”
Darren mengangkat kepalanya sambil mengerutkan dahi. “Langsung ke intinya?”
Valerei menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, “Em, tidak apa-apa, hanya…”
Darren menyimpan pulpen yang di pegangnya, “Valerie, langsung ke intinya." Kali ini nada menuntut.
Matanya tidak focus, dia mendadak tidak bisa bicara. “Aku kayaknya lapar, mau makan. (memegang perutnya) kita bicara nanti saja, bye!” Valerei berlari kecil, wajahnya pucat. Mau bicara takut salah, nanti sajalah.
Dari dalam Darren mendengar Are yang kaget saat Valerei membuka pintu dengan cepat, “Nyonya” suaranya agak keras.
Valerei memperlihatkan gigi putihnya, “Kau bisa kaget juga ya? Maaf” Dia melambaikan tangannya meninggalkan Are yang masih terpaku ditempatnya.
“Are.” panggil Darren menyendat Are kembali ke kenyataan.
Dia masuk dan menutup pintu ruang kerja bosnya itu, “Saya tuan.”
“Apa yang dikerjakan Valerei setelah kita kembali dari kediaman Hyuk?”
“Tidak banyak Tuan, sebagian besar waktu Nyonya di habiskan hanya dalam mansion. Nyonya hanya keluar jika akan menjemput Leon.” beberapa hari ini Valerei memang sering membawa Leon ke mansion, melepas kangen atau mengajaknya bermain.
“Cari tahu apa yang terjadi saat dia menjemput Leon.” perintah Darren
“Baik tuan” Are pamit undur diri tetapi sesuatu menganggunya. Sebelum dia membuka pintu, Are mendengar Darren bicara, jadi dia kembali berbalik melihat bosnya. “Han dan Nola tidak bisa! Walau digaji olehku, mereka tetap pengawal Valerei, beberapa hal terkait Valerei tidak dilaporkan kepadaku. Jadi cari tahu tanpa sepengetahuan orang lain.” Are mengerti.
...🖤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments