Selama bertahun-tahun di negara orang, tidaklah mudah. Elena banyak mengalami kesulitan, mulai dari perinteraksi dengan tetangga karena perbedaan Bahasa dan kultur yang berbeda. Mengingat Elena tidak pernah keluar dari tanah kelahirannya sejak dia kecil. Berbeda halnya dengan Valerie, seringnya dia berpindah-pindah tempat tinggal karena dinas membuatnya sudah terbiasa, dia cepat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Untuk membuatnya nyaman di negara asing, Valerie banyak menemani Elena melihat-lihat daerah tempat mereka tinggal, termaksud mengajarkan bahasa negara asing dan kebiasaan orang disana. Anak mereka juga tumbuh menjadi anak cerdas. Sebentar lagi usia Leon menginjak 4 tahun, tepatnya, bulan depan. Bayi kecil yang dulu hanya bisa menangis kini sudah mengerti banyak hal, dia benar-benar mirip ayahnya. Mulai dari wajahnya hingga hal yang dia suka dan tidak. Leon adalah fotocopy Rey, versi mini.
Terkadang Elena menjadi khawatir anaknya lebih suka membaca dari pada bermain bersama teman-temannya. Jika melihat anaknya bergulat dengan buku, elena akan memintanya pergi bermain. Kekhawatiran seorang ibu bisa dimaklumi, mengingat Leon masih cukup kecil. Catat! umurnya baru 4 tahun. Dia hanya ingin anaknya lebih banyak bersosialisasi dengan banyak orang, tapi lagi-lagi anak ini lebih suka sendiri.
"Hei, apa yang kau baca nak?" ucap Valerei tertarik. Dia baru saya turun dari kamarnya, melihat Leon sibuk dengan dunianya.
Jika Elena melihatnya, dia akan segera berlari memintanya pergi ke taman bermain bersama teman-temannya. Namun, Leon bukan anak yang suka menghabiskan waktu bermain.
"Uncle Fed memberiku buku baru." sambil memperlihatkan buku.
"Mami mau membacanya?" tambahnya pada mami kesayangannya.
"Bacalah lebih dulu,” ujar Valerie.
Dia ingat beberapa hari yang lalu teman-teman Leon di playgroup memamerkan sepatu baru kepadanya. Eksperesi anak itu tidak terlalu terganggu tetapi hati seorang ibu mau bagaimana lagi.
“Leon ingin dibelikan sepatu baru?" mengelus kepala Leon dengan lembut membuat Leon tersenyum lebar.
Anak pria itu menggeleng setelah Valerie bertanya. "Tidak mami, sepatu Leon masih bagus-yang kemarin juga belum di pakai, sayang uangnya." tolak sopan anak kesayangan Valerei.
Valerei mengangguk, dia selalu diajarkan untuk berhemat. "Leon tidak ingin yang lain?"
Leon berpikir sejenak. "Emm? kalau begitu doakan saja aku supaya jadi anak baik."
"Tentu nak, setiap saat."
Dia kembali melihat kemiripan itu
Saat Leon tersenyum, dia sangat mirip dengan Rey. Apa yang dia lakukan saat anaknya sudah tumbuh sebesar ini, batin Valerei
Melihat wanita di depannya terdiam, membuatnya gemas. "Mami" panggil Leon
"Ya nak?" jawabnya memfokuskan pandangan pada Leon.
"Leon tidak masalah tidak punya Ayah, kalian saja sudah cukup untukku!" katanya dengan memamerkan senyum manis khasnya.
Mendengar perkataan Leon, Valerei memeluknya dengan erat. Ini bukan pertama kali Leon berkata seperti ini. Sebelumnya dia juga pernah menyampaikan hal serupa yang membuat Elena menangis tersedu-sedu.
...🖤...
"Leon belajar apa tadi di kindergarten?" tanya Elena
"Ya mommy? Oh, tadi belajar menggambar wajah, ini sudah selesai. Walaupun tidak juara tapi guru dan teman memuji." tangkasnya dan memberikan selembar gambar yang telah dia selesaikan.
Saat menerima lembar itu Elena tertegun, entah sejak kapan air matanya jatuh berderai. Leon memang tidak pernah menanyakan dimana ayahnya, siapa dan kenapa orang itu tidak pernah hadir dalam hidupnya sejak dia lahir. Dia juga tahu Leon sangat cerdas dan cepat paham akan sesuatu tapi Elena tidak pernah mengira Leon akan menjadi sangat mengerti keadaannya.
‘Aku diminta untuk menggambar rupa ayahku saat perayaan hari ayah, tapi itu tidak mungkin kulakukan mengingat aku tidak pernah melihatnya. Juga tidak pernah terfikir olehku akan menanyakan kepada mommy ku soal bagaimana rupanya, aku takut pertanyaanku akan menyakitinya. Dari pada bertanya soal hal yang akan menyakitinya, aku lebih baik ditertawakan karena tidak punya ayah. Aku akan menjadi anak yang baik walau tanpa ayah.’
...🖤...
Waktu itu Valerei tidak yakin, apakah anak 3 tahun bisa berbicara dan berpikir layaknya orang dewasa, dia juga tidak tahu. Leon mungkin diberikan kecerdasan karena kesabaran ibunya mengurus serta menjaga dia dengan baik bahkan setelah apa yang terjadi. Berkah yang turun dari langit selalu tidak terduga. Leon adalah salah satunya.
Elena masuk kedalam rumah melihat dua orang yang disayanginya saling berpelukan. "Aku tidak diajak?" tanya Elena mengerucutkan bibirnya lucu. Pemandangan itu membuat Valerie dan Leon tertawa.
Valerie menepuk sofa disebelahnya, Elena duduk. Valerie ingat dia harus memberitahu Elena sesuatu. Ragu pada awalnya, dia tahu bagaimana kabar itu akan berpengaruh pada wanita di sampingnya.
"Aku akan ke Korea,"
Setelah Valerie mengucapkan kalimat, suasana menjadi sunyi. Elena bahkan tidak bergerak hanya memandang lurus tanpa bicara. Bukannya mendapat jawaban dari Elena, malah Leon yang bersuara.
"Mami ada kegiatan disana?" Leon penasaran.
Tersenyum dan mengelus kepala Leon. "Iya nak, mami dapat panggilan ke Korea. Leon mau berjanji sama mami?" ucap Valerie
"Apapun mami." jawab Leon.
"Selama mami pergi keluar, akan ada aunty dan uncle yang menjaga kalian disini. Mereka orang-orang yang bekerja untuk Uncle Fed, kalau ada apa-apa langsung telfon mami, oke?"
Anak laki-laki itu mengangguk.
Leon anak yang mengerti. Pekerjaan Valerie akan menuntut mereka berpisah beberapa saat, apalagi jika sudah menginjak pertengahan tahun. Dia bisa menghabiskan waktunya di luar selama 1 bulan.
"Jangan buka pintu untuk sembarang orang, jangan mengikuti orang asing, oke?" wejangan yang selalu Valerei sampaikan.
Mengangkat tangannya hormat. "Siap mami, jadi kapan mami pulang?" tanya Leon lagi. Valerei juga belum tahu kapan dia akan pulang. "Setelah urusan mami selesai, mami pasti langsung pulang." dia ingin menenangkan hati keduanya.
Valerei beralih memandang Elena dan memegang tangannya kemudian berkata. "Elena, hanya sebentar, oke?" mendengar perkataan Valerei, Elena hanya mengangguk.
"Minggu depan Fed akan kesini. Besok pengawal Fed sudah tiba, jadi jangan khawatir. Aku juga akan baik-baik saja disana. Jangan terlalu banyak berfikir. Semua baik-baik saja, berdoalah pada maha pencipta untuk keselamatan kita. " Valerei berusaha menenangkan Elena.
"Jadi kapan kamu berangkat?" tanya Elena
"Besok pagi, Fred sudah meminta seseorang untuk menjemputku"
Valerie juga berat meninggalkan mereka, dia selalu dihantui ketakutan seseorang menculik keduanya.
"Aku akan sering menelfon" Valerei memeluk wanita yang sudah dia anggap sebagai adik. Di dalam hati Valerei khawatir pasti ada, apalagi dia harus meninggalkan Elena dan Leon cukup lama. Melihat respon Elena dia harus menyelesaikan urusan di Korea sesegera mungkin.
...🖤...
Keesokan hari, walau Elena khawatir tapi semalam dialah yang heboh mempersiapkan perlengkapan Valerei, mulai dari baju, sepatu, tas dan beberapa lagi perlengkapan yang dia pikir akan dibutuhkan.
"Nona anda sudah siap?" tanya pengawal Fed, dia Gustoni.
"Ya, mari" jawab Valerei, sebelum masuk ke mobil, wanita itu berbalik dan memeluk Leon dan Elena
"Aku akan menelfon saat tiba." ucapnya dan masuk ke dalam mobil.
Selama hampir 5 tahun mereka di sini, Valerei hanya meninggalkan Elena dan Leon jika ada dinas, tetapi dinas sudah punya waktu yang ditentukan jadi dia tahu kapan harus pulang. Berbeda dengan kali ini. Kekhawatiran yang dia rasakan adalah hal yang wajar.
Pandangan mata Elena pada mobil di depan semakin buram, Dia menjadi penasaran, apakah Valerie akan bertemu dengan Rey?
"Mommy?" panggil Leon menarik-narik dress milik Elena pelan.
"Ya nak?" walau dia menjawab tapi pandangan matanya masih tetap sama.
"Mommy?" lagi, Leon memanggil.
Kali ini, dia melihat Leon. "Kenapa nak?"
"Kata Uncle Fed, kita harus berusaha agar tidak terlihat sedih walau sedih, agar orang itu tidak ikut sedih."
Elena memiringkan wajahnya. "Uncle mu berkata seperti itu?"
Leon mengangguk tegas. "Kadang, kita juga harus mengungkapkan kesedihan agar orang itu tahu."
Dia beruntung memiliki Leon, Valerie dan Frederick. Sesuatu mengisi hatinya yang terluka sempat kabur oleh masa kelam.
Leon tahu ibunya memandang masa lalu, dia lalu menarik tangan Elena untuk mengikutinya, hari-hari tanpa Valerei dimulai dari sekarang.
...^^^...^^^🖤^^^...^^^...
"Tuan, pesawatnya akan berangkat sebentar lagi." pengawal itu masuk, membungkuk melaporkan tugasnya.
"Kau tahu harus apa" singkat
Pria itu berdiri dari singgasana yang megah, memakai jas dan berjalan menuju pintu besar ruangan kerja miliknya.
"Pastikan tidak ada yang tahu kedatangannya kali ini!"
"Dimengerti"
...🖤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
tmi lotus
semkiiiin penasarnnnn ... next ....
2022-09-10
1