The Secret Bride
Tangisan bergema memenuhi ruangan persalinan. Bayi laki-laki tampan dengan iris mata hitam pekat lahir ke dunia, Leon Ghifari Antar. Nama yang diberikan kepada anak laki-laki Elena oleh Valerie, wanita yang telah menolongnya dari penderitaan. Artinya adalah laki-laki gagah berani yang mudah memafkan dan lembut hatinya, diberikan untuk hidup dengan mengingat doa baik seperti namanya. Agar kelak jika bertemu dengan ayahnya dia tidak akan terlalu membenci—juga kelak dia harus hidup berani seperti singa, sang raja hutan.
Dikamar Rumah sakit, Valerie meneteskan air mata. Tidak menyangka keputusan yang diambil akan memberinya perasaan luar biasa seperti sekarang. Pemandangan menakjupkan baru saja dia saksikan.
"Kakak lihat, anakku."
Elena tersenyum dibarengi isakan bahagia menatap bayi laki-laki dipelukannya, sedangkan wanita yang bernama Valerei tersenyum tulus sembari mengangguk antusiasme pada wanita di depannya.
Matanya melihat jam di tangan. Sudah pukul 10 pagi, dia harus ke kantor untuk menyelesaikan tugasnya sebelum dia meninggalkan perusahaan yang telah bersama dengannya selama 10 tahun.
Dia berjalan kearah sofa mengambil tas lalu berbalik kembali dan berdiri di sisi Elena. “Aku akan ke kantor sebentar, ada yang kau butuhkan?”
Membenarkan posisi Leon, setelahnya dia menggeleng cepat. “Tidak ada kak, terima kasih.”
“Cepat kembali mami” ucap dia lagi, menirukan suara anak kecil. Menanggapi itu Valerie tertawa pelan lalu menghilang di balik pintu.
Setelah kepergian Valerie, Elena memandang keluar jendela kamar rumah sakit. Sekelebat masa lalu melintas, mengingat bagaimana perlakuan orang-orang padanya saat itu membuat air matanya berlinang. Wanita lemah lembut ini telah melalui banyak hal yang menyakitkan.
Dia lalu beralih melihat wajah Leon. "Tumbuhlah dengan baik nak, mommy dan mami pasti melindungimu!" ujarnya pada Leon yang belum mengerti apa-apa, dia seorang bayi!
Tidak lupa dia mengingatkan dirinya sendiri. "Elena, Jangan pernah melupakan kebaikan Valerie, bagaimanapun kau dan anakmu berhutang padanya." tambah Elena menghapus air matanya.
Merasa beruntung bertemu dengan Valerie saat paling sulit dalam hidupnya, padahal dia dan Valerie tidak begitu mengenal baik dan hanya saling mengetahui dia adalah teman baik kakak temannya, Ji hyo.
...🖤...
“Kumohon dengarkan aku." Elena terjatuh dan memohon.
"Rey! wanita ini berbohong. Beraninya dia! kau sudah melihatnya!” ucap wanita berambut pirang itu dengan sinis.
"Tidak Rey, aku tidak pernah meninggalkan rumah ini! kau bisa bertanya pada pegawai dan pengawalmu."
Elena menangis menahan sakit diperutnya. Ya tuhan sakit sekali, ucapnya dalam hati.
Tidak ada satupun dari mereka yang membuka mulut, bahkan orang-orang yang Elena anggap baik padanya di rumah itu semuanya hanya diam.
"Pergilah, aku tidak ingin melihatmu lagi." langkah Rey menjauh seiring deras air mata Elena yang jatuh.
"Kau harusnya tahu dir!." Menunjuk Elena yang berurai air mata.
Wanita itu berteriak sembari tersenyum sinis memandang Elena yang duduk dilantai.
"Rey! ingat saat wanita itu (Ibu Rey) mengkhianati ayahmu. Bagaimana ayahmu berakhir menyedihkan."
"Pengawal! bawa wanita hina ini keluar." lagi-lagi dia berteriak.
Kalau aku tidak bisa bersama Rey, maka kau juga tidak. Sorak hati yang penuh iri.
Rey sama sekali tidak menghiraukan Elena. Beberapa pengawal datang dan menyeretnya keluar. Sesaat, diambang pintu samar-samar Elena melihat para pegawai yang bekerja dirumah ini menangis dan tertunduk. Apa yang sebenarnya terjadi, lirihnya dalam hati.
Elena berjalan puluhan kilo entah kemana, wanita malang ini tidak punya tempat bernaung juga tidak punya uang sepersen pun untuk bertahan hidup kedepannya.
Beberapa jam kemudian Elena melihat ada halte. "Syukurlah, kita bisa beristirahat disini nak" sambil mengelus perutnya yang masih datar.
Yah, wanita itu hamil.
Tin tin, Sorot lampu mobil dan suara klakson membuat Elena menengadah. Wanita anggun memakai dress panjang berwarna pastel turun dari mobil.
"Elena?" ucapnya skeptis. Dia menajamkan penglihatannya.
Seperti halnya Elena, memicingkan matanya. "Kak Valerie?" dia berdiri berjalan kearah Valerei. Sedikit lagi, dia bisa memegang tangannya. Namun, wanita itu kaget, Elena terjatuh tidak sadarkan diri. Sigap membuka pintu mobilnya dan mengangkat pelan Elena masuk ke dalam. Wanita bernama Valerei langsung membawa Elena ke rumah sakit.
20 menit kemudian, Valerie menelepon Rey, suami Elena. Beberapa kali memanggil tapi tidak ada jawaban. Mencoba menelepon lagi sampai Seorang perawat datang dan bertanya.
"Permisi, apakah anda keluarga pasien?"
Valerei mengangguk. "Ya suster, bagaimana keadaannya?"
"Silahkan ikut saya, dokter ingin bicara." mengarahkan keruangan dokter.Perawat itu sibuk dengan berkas di tangannya sembari mengantar Valerie menemui dokter.
Tidak jauh dari sana, ruangan dokter sudah tepat didepannya.Seorang perawat dari dalam membukakan pintu dan mempersilahkan. "Silahkan duduk,"
Dokter itu menghela nafas lebih dulu lalu melihat computer, dia berhenti kemudian bertanya dengan hati-hati. "Boleh saya tau dimana suaminya?"
Jangankan dokter, saya juga ingin tahu suaminya ke mana. batin Valerei.
Valerei tersenyum. "Suaminya sedang dalam perjalanan bisnis dok. Elena baik-baik saja kan dok?" dia berbohong. Jelas dia tidak tidak tahu kemana Rey pergi.
Dokter paru baya itu kembali menghela nafas. "Saya meresepkan obat dan vitamin untuk kandungan ibu Elena, kemudian anda bisa menebusnya di apotek dan tolong sampaikan kepada suaminya—Ibu Elena perlu mendapat asupan makanan bergizi, dia perlu menambah berat badannya. Jug--"
Kalimat dokter kandungan itu menggantung, dia melihat ekspresi keluarga pasien yang aneh. Valerei yang sadar diperhatikan mengerjap. "Hamil dok?"
"Ya, anda tidak tahu? Maaf kalau boleh tahu anda siapanya pasien?" dokter itu agak curiga.
"Saudara perempuannya. Saya tidak tinggal dengannya dok—jadi maaf jika membuat anda ragu. Adik saya tidak bilang kalau dia sedang hamil, karena itu saya kaget." dokter yang tadinya merasa curiga akhirnya bernafas lega.
"Silahkan dilanjut dok" ucap Valerei mempersilahkan.
"Kami menemukan ada beberapa luka dan memar di tubuhnya, apa dia korban kekerasan dalam rumah tangga?" Hah? kekerasan dalam rumah tangga?
Lagi-lagi Valerei shock mendengar peryataan dokter yang memeriksa Elena. Tetapi sebelum bicara dengan Elena dan Rey, dia juga tidak ingin berasumsi tanpa bukti soal kekerasan dalam rumah tangga. "Saya rasa tidak dok, saya akan bertanya ke Elena soal ini."
Dokter itu mengangguk. "Ya, sebaiknya begitu. Ini obat yang harus ditebus. Tolong sampaikan pada suaminya, Ibu Elena harus menambah berat badannya." dia menghela nafas, merasa iba pada kondisi badan pasien.
Setelah berbicara dengan dokter, Valerei kembali menghubungi Rey, hingga jarinya lelah tidak juga mendapat jawaban. Tidak ingin berlama-lama, Valerei pergi menebus obat Elena dan bergegas kembali ke kamar tempat perawatan.
Diambang pintu kamar, samar-samar valerei mendengar suara tangisan.
Hiks hiks hiks
Tangis memilukan yang tertahan. Valerie tertegun, wanita yang biasanya hanya tersenyum bagaimana bisa menjadi seperti ini.
"Elena?" panggil Valerie
Elena terperanjat sambil menghapus air matanya. "Iya?" suara parau, dibuat senormal mungkin.
Valerie berdiri di sisi ranjang, dia mencoba mencari tahu apa yang terjadi kepada Elena, bagaimana dengan suaminya yang tidak bisa dihubungi.
“Elena, aku tahu ini bukan urusanku tapi boleh aku tahu apa yang terjadi? Dimana Rey dan kenapa kau di halte tadi?" ucap Valerie langsung dengan pelan dan hati- hati
Beberapa detik, Elena masih diam. Valerie mencoba mengerti, mungkin dia belum ingin menceritakan apa yang terjadi. "Kalau kau tidak ingin cerit--" Belum sempat Valerie menyelesaikan perkataannya, Elena memegang tangannya membuatnya berhenti bicara.
Elena terdiam beberapa saat, lalu mengalir lah cerita dari bibir tipisnya. Valerei mendengar dalam diam sambil mengepalkan tangannya. Pria itu!
"Lalu kau tahu diaman Rey sekarang? Mungkin dia khawatir, kau harus pulang.”
Bagaimanapun sulitnya, mereka adalah suami dan istri. Sesuatu tidak bisa dia campuri hanya karena mereka saling mengenal.
Elena menggeleng, jawaban itu bukanlah yang terbaik. Setidaknya bagi Valerie.
“Jadi, kau butuh solusi seperti apa?”
“Aku tidak ingin pulang, Rey tidak ingin melihatku lagi. Dalam keadaan seperti ini aku takut anakku dalam bahaya" ucapnya dengan parau, Valerei mengelus rambut lembutnya
“Aku akan menelepon Rey. Jika dia menjawabnya dan memintamu pulang, maka aku akan membawamu pulang tapi jika sebaliknya, kau bisa ikut denganku. Kau bisa memilih.”
Emosi itu terkadang meluap seperti air yang mendidih tetapi bisa tenang jika kompornya di matikan. Jika Rey tidak menginginkannya lagi, maka Valerei bersedia membantunya. Toh, Elena bukan orang luar, dia anak yang dikenalnya, sahabat Ji Hyo. Dia tidak bisa meninggalkan Elena sendiri dalam keadaan hamil. Sebagai sesame wanita yang sudah menikah.
Ponselnya berdering, Rey menelepon.
Nah, belum juga ditelepon, dia sudah lebih dulu. Valerie menjauh dari Elena, dia membuka pintu dan berdiri di koridor.
“Kau sibuk?”
Hal pertama yang dikatakan Rey saat teleponnya tersambung.
“Tidak, ada apa?”
“Bisa kau memberikanku nomer telepon pengacara Jeong?”
“Pengacara Jeong? Untuk apa? Buka—“
Valerie terdiam, dia tidak melanjutkan perkataannya karena mendengar suara wanita. Suara yang membuatnya merinding juga jijik. Dia tidak salah dengar, ******* wanita.
“Rey!?” panggil Valerie dengan suara keras. Untung saja koridor sepi.
“Oh, bisa kau kirimka- ****!”
Dia tidak ingin mendengar apa yang dilakukan pria itu, Valerie langsung menutup teleponnya.
Ponselnya diremas. Dia menutup matanya dan bernafas pelan. Saat dia membuka mata seorang perawat membuatnya kaget.
“Anda baik-baik saja?” katanya ketika melihat wajah wanita itu pucat.
“Ya, terima kasih.”
Dia masuk kembali ke dalam kamar, saat itu ponselnya berbunyi. Sebuah pesan masuk. Pesan yang tidak ingin di baca. Rey mengatakan dia ingin bercerai dan dia harus menemui pengacara Jeong sebab pengacara pribadinya sudah di pecat.
Valerie tidak membalas, diabaikan pesan itu dan dia menelepon Frederick.
"Frederick?"
"Ada apa Valerie?"
Pria itu selalu menjawabnya dengan cepat.
"Bisa kau membantuku?"
"Sesuatu terjadi?"
"Ya, sesuatu terjadi, bantu aku mengurus passpord untuk seseorang.”
Dia melihat Elena dan mengakhiri panggilan itu. "Kau akan baik-baik saja, berdoalah kepada tuhanmu.”
...🖤...
Kembali, Valerei datang dengan se-kantong buah. Dia tersenyum memandang wajah cantik milik wanita yang terbaring di ranjang. "Tulat kamu sudah bisa pulang kata suster." ucapnya kepada Elena langsung dibalas anggukan.
"Leon,” sapanya.
"Kak." Elena memanggil
"Hemm" tanpa berbalik, dia asik dengan Leon. Pipi mungilnya adalah target empuk Valerei tapi karena Leon masih kecil jadi dia tidak menyentuh sembarang.
"Maaf merepotkanmu. Sudah hampir setahun kita disini, apa kamu ingin pulang?" tanya dia dengan hati-hati
Valerie langsung berbalik menatap Elena, dengan dahi yang mengerut, Valerei menjawab.
"Pulang? ke indonesia maksudmu? yah, nanti aku pulang saat hari raya."
Dia masih diam bahkan setelah mendengar perkataan Valerei, masih ada yang mengganjal.
"Kenapa? ini pertama kali kau bertanya,"
"Bukan pulang ke Indonesia, maksudku ke Korea." jawab Elena memandang Valerei lalu tertunduk.
"Rindu Suamimu?" tebak Valerei.
Elena langsung menjawabnya. "Bukan begitu, Aku hanya takut merepotkan mu terlalu lama. Kau tahu ini sudah hampir setahun"
"Kau ini bilang apa? kita keluarga, apanya yang merepotkan! lagi pula, aku disini juga kerja, mau ini 1 tahun bahkan lebih, jangan merasa kau merepotkan. Aku berterima kasih karena ada kau dan Leon, aku juga tidak sendiri di negara orang."
"Ini terakhir kalinya kau bilang kalian merepotkan, oke!? Aku tidak pernah berpikir seperti itu!" tandasnya, mengingatkan Elena bahwa tidak ada kata saling merepotkan bagi keluarga.
Sebelum berbicara dengan Valerie. Elena berpikir, wanita itu akan merasa tidak nyaman setelah hampir 1 tahun mereka di negari asing tanpa keluarga dan teman. Tapi setelah berbicara dengan Valerie dan mendengar sendiri perkataannya, hati Elena menjadi lega. Malam itu dan malam-malam setelahnya mereka melewati dengan gembira bersama Leon yang bahkan belum mengerti apa-apa.
...🖤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments
Indri Sukawati
membuat penasaran
2022-12-15
1
tmi lotus
lanjutkn kakk ...
2022-09-10
2
Agus Haryatmo
Bagus. cerita menarik. semangat, Kak.
2022-05-09
0