Ji hyo mengunjungi kakaknya. Setelah masalah dia dan Valerie bertengkar, kakaknya jadi pendiam. Dia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja.
"Kakak ada masalah?" tanya sang adik
"Kok dicuekin, kakak kenapa? Ada masalah? Sama siapa? Ih kok kakak gak jawab" Ji hyo terus membanjirinya dengan banyak pertanyaan.
Kepalanya sudah sakit, setiap hari setelah kejadian adiknya terus mendatanginya meminta penjelasan. "Ji Hyo, keluarlah dulu, kakak mau istirahat."
"Tidak! jelaskan dulu!"
sama seperti ibu, wanita kerasa kepala.
Larry tidak ingin menjelaskan apapun sekarang. Dia merasa sangat lelah seharian karena pekerjaannya. "Pulanglah, kau tidak mengurus suamimu?"
"Ha Joon sangat pengertian, tidak seperti seseorang!" sindiran yang tepat sasaran, Ji Hyo tetap berdiri berada pada posisinya.
"Kakak akan bicara sendiri dengan Valerie nanti. Keluarlah dulu kakak juga butuh istirahat, oke?" Larry membuat penawaran dengan adiknya, jika tidak dia yakin Ji Hyo sanggup berdiri disana semalaman.
"Kakak serius?" lihatlah.
"Ya" Larry pasrah
"Baiklah, jika dalam seminggu Kakak dan Kak Valerie tidak berbaikan, aku akan datang lagi! Aku bakar tempat istirahat Kakak, Bye!" setelah ancaman yang dilayangkan adiknya sendiri, larry menghempaskan tubuh lelahnya ke atas kasur. Benar-benar mirip ibu.
Setelah membujuk kakaknya, Ji Hyo pulang. Saat sampai dia berlari memasuki rumah miliknya dan Ha Joon dan mendapati suaminya sedang asik menikmati cemilan sambil menonton TV.
“Sayang” dia menghempaskan tubuhnya ke sofa di samping suaminya yang asik menonton.
Ha Joon tersenyum. "Kenapa? Larry tidak bisa diajak bicara?"
Istrinya cemberut, "Dia benar-benar keras kepala!"
"Sama seperti adiknya." Ha Joon meringis lalu mengelus lengannya yang terkena cubitan maut Ji Hyo.
Ji Hyo mengambil cemilan yang ada di tangan Ha Joon. "menyebalkan!!!"
Salah lagi.
...🖤...
Elena sedang menyiapkan makan malam sementara Rey memandang punggung istrinya, baginya ini tidak tampak nyata, bisa bertemu lagi dengan Istrinya adalah kebahagian lalu ditambah dengan adanya Leon, buah hatinya kebahagian itu menjadi luar biasa.
"Kapan aku bisa bertemu leon? Aku tidak sabar" Rey tersenyum sumringah menerka-nerka bagaimana wajah anaknya, apakah akan mirip dengannya atau Elena atau malah keduanya.
Tetapi tiba-tiba pikiran negatif terlintas. Dia mulai berpikir, dia yang segembira ini bertemu dengan anaknya, apakah hal itu juga berlaku untuk anaknya, Leon.
Benci kah leon padaku? setelah apa yang kulakukan padanya dan ibunya bagaimana bisa dia tidak membenciku.
Melihat wajah suaminya berubah drastis, Elena mengetuk meja hingga Rey menatapnya. "Leon memang tidak pernah melihatmu tapi kau juga harus tahu, anakmu tidak diajarkan untuk membenci siapapun. Vi selalu mengajarkan hal baik pada anakmu, begitulah dia tumbuh."
"Frederick sangat dekat dengan Leon, aku tahu tidak pantas mengatakannya tapi aku menjadi cemburu."
"Kita tidak bisa kembali ke masa lalu, kalau dulu tidak bisa berada disisinya, maka tebus lah dengan mendampinginya hingga kita tidak bisa lagi melakukannya" dia tahu kekhawatiran Rey tetapi menjadi khawatir berlebihan dengan hal yang belum terjadi terasa tidak benar.
"Kalau kau siap, yang lain juga perlu tahu" ucap Elena sambil meletakkan lauk dimeja, Rey mengangguk mengerti.
"Oke, sudah dulu ceritanya, kita perlu makan." Elena meletakkan piring lauk d meja.
"Ya, kau butuh asupan energi" mendengar itu Elena tersenyum sembari menggeleng kepala.
.
Malam semakin larut, Elena belum tidur. Wanita dengan balutan dress berwarna pastel itu membuka pintu balkon, wajah cantik diterpa angin membuat beberapa helai surai indahnya beterbangan. Elena sedang sibuk berbicara dengan seseorang lewat telpon.
"Apa maksudnya? sebelum pergi mereka baik-baik saja kan?" ini pertama kalinya dia mendengar Larry dan Valerei bertengkar. Cukup mengejutkan
"Ya, tadinya begitu, pokoknya Elena, aku sudah memberi waktu ke kakakku untuk berbaikan dengan Kak Valerie. Kita tunggu saja kabar baiknya."
"Padahal aku harus memberitahu kalian beberapa hal."
"Oh, soal kau kembali dengan kak Rey? Kita sudah tahu, kemarin Kak Valerei bilang."
"Aku akan bicara dengan Kak Valerei kalau begitu."
"Sebaiknya jangan dulu, biarkan mereka menyelesaikan masalah sendiri, itu pesan Kakakku."
"Oke, baiklah. kabari aku jika sudah beres"
"Ya, aku harap mereka segera berbaikan, akan ku ceritakan detailnya saat kita bertemu."
"Ya Ji Hyo jaga baik-baik dirimu"
"Untukmu juga sayangku"
Sembari menutup telfon, Elena berjalan masuk ke kamarnya. "Larry dan Kak Valerie bertengkar." dia duduk di sofa dan menyandarkan kepalanya ke pundak suaminya.
Rey menyentuh tangan istrinya dengan lembut, "Jangan terlalu khawatir. Kau juga tahu bagaimana hubungan mereka."
Elena membenarkan perkataan suaminya, dia tahu bagaimana perasaan Larry pada Valerei, tidak mungkin dia menyakiti Valerei dengan mudah.
Rey melihat jas yang dia kenakan tadi tidak jauh darinya dan mengambil sesuatu dari kantong jasnya lalu memberikannya kepada Elena. "Seperti kamu, aku tidak tahu kapan akan bertemu denganmu lagi, karena itu aku selalu membawanya kemanapun aku pergi. Aku kembalikan kepada pemiliknya."
Kotak putih kecil telah berpindah ke tangan Elena, saat dia membukanya perasaan sedihnya tidak terbendung. Di dalam kotak itu terdapat cincin. Cincin milik ibu mertuanya, dia memberikan cincin itu untuk menantunya kelak. Cincin yang telah lama ingin diberikan kepada elena, akhirnya sampai kepada pemiliknya.
"Salahku, karena menunda memberikan cincin ini."
...🖤...
Valerei memasuki sebuah rumah yang berhadapan langsung dengan pantai, pemandangan ciptaan tuhan terhampar luas. Indah. Bertahun-tahun lamanya dia menginjakkan kaki ke tempat ini. Dulu, villa ini milik Frederick, dia membangun villa untuk diberikan kepada calon istrinya sebagai mahar pernikahan, tetapi bencana itu datang membuatnya kehilangan harapan membangun rumah tangga yang bahagia, juga dia harus kehilangan sahabatnya.
Setelah kejadian itu Frederick mengubah kepemilikan villa yang dia design secara khusus menjadi milik Valerei. Saat valerei diminta untuk menemui pengacara Frederick, dia tidak banyak bicara, Valerei hanya menandatangani dokumen itu. Mr choi pengacara yang ditunjuk awalnya bahkan dibuat bingung. Valerei sama sekali tidak menunjukkan rona bahagia, juga tidak menunjukkan penolakan.
Dia tahu wanita yang berada dihadapannya saat itu bukan berasal dari keluarga kaya, karena berteman dengan banyak orang-orang berpengaruh di bidangnya membuat wanita ini menjadi sorotan. Walaupun dia sangat berbakat tentunya, tidak semua orang dapat melihat itu, sama seperti kebanyakan orang diluar sana, Mr Choi menganggap Valerei hanyalah wanita yang sangat beruntung, itulah yang dia ketahui tentang Valerei.
"Mami" lengkingan suara itu membuat Valerei tersenyum, tidak jauh darinya Leon yang tersenyum dalam dekapan Frederick.
"Semenit saja kau terlambat, aku akan membawa Leon ke itali bersamaku" Frederick memberikan Leon kepada Valerei.
Leon mencium pipi Valerei lalu memeluk erat leher wanita yang telah merawatnya dari kecil. "Leon mengantuk?" tanyanya mengelus punggung kecil dengan sayang. Leon yang merasa nyaman dalam dekapan Valerei tertidur.
"Anakku tidur?"
Frederick berbalik dan melihat Leon. "Ya, dia terlalu lelah menunggu ibunya sampai tertidur."
"Dia terlalu lelah menunggu ibunya atau terlalu lelah karena banyak bermain bersamamu?" Frederick tersenyum canggung, ketahuan.
Setelah Valerei menidurkan Leon dikamar. Dia menuju dapur mengambil es krim dari kulkas dan duduk di meja makan. "Valerei" panggil Frederick.
Valerei yang menikmati eskrim menoleh, "Ya?"
"Perutmu bisa sakit kalau makan terlalu banyak" Frederick mengambil cup es krim dari tangan Valerei. Tidak senang es krim kesukaannya diambil, Valerei mengambil kembali es krimnya. "Aku tidak makan banyak."
"Valerie" panggil Frederick lagi.
"Hm?" dia menjawab dengan mulut yang penuh es krim
Ekspresi Frederick menjadi serius, "Ingin ku jodohkan?" Valerei tersedak, uhuk
"Kau bilang apa?" tanyanya takut telinganya kurang tajam mendengar perkataan Frederick. "Aku bilang kau ingin ku jodohkan?"
"Tidak!" jawaban tanpa basa basi, Frederick menoleh kearah Valerei melihat ekspresi wanita ini sangat santai.
"Dia rekan kerjaku, seseorang yang akan cocok untukmu. Ya, kufikir begitu." satu tahun lalu seorang rekan kerja mendatangi Frederick meminta dikenalkan dengan Valerei tetapi dia belum bisa mengiyakan permintaan itu dan meminta orang itu untuk menunggu karena sahabatnya itu sedang di Jepang. Ah tentu itu hanya alasan, dia harus mencari tahu seperti apa pria yang akan mendekati sahabatnya.
Sebagai rekan kerja pria ini dapat diandalkan. Dia seorang pekerja keras, laki-laki yang tidak pernah berteriak bahkan kepada bawahannya tapi diluar dari itu Frederick tidak tahu, karena itu penting baginya untuk mencari tahu.
Setelah beberapa bulan dia mencari tahu dan melihat bagaimana sikap dan karakter Mark, pria yang akan dikenalkannya pada sahabatnya itu. Dia ingin langsung memberitahu Valerei tapi masalah Elena dan berbagai hal lainnya membuat rencana itu sempat tertunda dan sekarang akhirnya dia bisa memberi tahu Valerei.
"Kalau kau sampai mengenalkannya kepadaku, dia pasti pria baik." Ungkap Valerei terang.
"Kenapa kau yakin dia pria baik?"
"Kau pernah bilang, jika seseorang mendatangiku minta dikenalkan padamu, aku tidak akan setuju dengan mudah, akan kupastikan dia benar-benar pria baik sehingga kau tidak kesulitan. Kata-kata itu masih ku ingat dengan jelas."
Mereka berdua tenggelam dalam ingatan masing-masing, sampai Valerei menarik kembali kesadaran Frederick pada kenyataan, "Aku sudah mencoba Fed, ku yakini pilihanku kali ini adalah yang terbaik."
Valerei melihat jam dinding, "Berapa banyak waktuku terbuang hanya untuk bersikap bodoh dan tidak dewasa. Aku takut melihat kebelakang tapi gelisah untuk maju, pada akhirnya aku tenggelam. Saat itu kupikir tidak akan melihat cahaya, tapi aku salah. Bahkan dalam gelap sekalipun akan datang cahaya itu. Aku bertanya-tanya bagaimana dulu tidak melihatnya, aku menyadari kesalahanku karena tidak membuka mata dan hatiku pada tempat yang seharusnya."
"Terima kasih, jadi kau juga harus melakukan yang terbaik, semua orang pantas bahagia"
Senyumnya menyakinkan Frederick, dia ingin ikut campur tapi pada akhirnya menyerah.
...🖤...
^^^Larrywang^^^
^^^- Maaf, salahku terlalu terbawa perasaan.^^^
^^^Valerei^^^
^^^- Aku yang salah, maaf.^^^
...🖤...
...‘CAHAYA DALAM GELAP. SEMUA ORANG PANTAS BAHAGIA ‘...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments