Suasana ruangan mencekam, Elena menggenggam tangan Rey erat begitupun sebaliknya, takut jika ada yang memisahkan mereka. Sementara yang lainnya kecuali Hyuk dan Jihyo duduk dihadapan mereka dengan tatapan mengerikan.
"Elena, kau tidak ingin bicara? Aneh rasanya jika hanya diam seperti ini." siapapun jika dalam keadaan seperti itu akan merasa canggung. Ji Hyo seperti tercekik melihat tatapan mengerikan Kakak dan teman-temannya, aku butuh udara segar.
"Apa Valerie masih lama?" tanya Hyuk kepada Elena.
"Masih dalam perjalanan kak, maaf. Tapi aku akan bicara saat Kak Valerie datang." Ji Hyo hanya bisa menghela nafas berat.
Hyuk mengisyaratkan asistennya untuk menelfon Darren. "Tuan Darren sudah di depan" katanya.
Darren yang datang dengan setelan kerja terlihat tampan dan berkarisma. Namanya juga pemimpin perusahaan. Disebelahnya dua orang asisten yang selalu menemaninya, Are dan Han.
Saat akan duduk, Darren melihat Rey. Tatapan itu tidak bisa Rey gambarkan sampai tubuhnya gemetar dengan sendirinya.
Semua orang akan memangsa ku habis hari ini, pikirnya. "Nona Valerei sudah datang" seorang berpakaian pelayan itupun pergi setelah menyampaikan pesan kepada tuannya, Hyuk.
Valerei masuk ke mansion, dia berjalan dengan anggun. Saat Valerei sampai di ruang keluarga tempat teman-temannya berkumpul, dia berbalik menunggu seseorang dari belakang mengikutinya.
Semua orang yang berbalik melihat kedatangan Valerei, kaget melihat siapa yang datang bersamanya, bahkan Larry sudah berdiri dari tempat duduknya. "Frederick!"
Pria yang datang bersama Valerei adalah Frederick, sahabat yang telah pergi begitu lama, "Maaf membuat kalian menunggu." Valerei menghadap Frederick. "Sama Mami nak?" tanyanya pada anak yang sedang nyaman bersandar dalam gendongan Uncle tercinta.
Leon yang mendengar suara Valerei mengangkat kepalanya lalu menjulurkan tangannya tanda setuju Valerei menggendongnya, Valerei tersenyum mengambil Leon.
"Ini Leon, Leon Ghifari Antar, dia.." belum Valerei menyelesaikan kalimatnya, Frederick sudah lebih dulu memotong. "Anak kami." yang berhasil membuat Rey menatapnya tajam.
Apa kabar pak Darren.
Leon yang sejak tadi melihat pria di sebelah Elena lalu menatap Valerei. "Mami?"
"Ya nak?" jawab Valerei. dia menatap Leon lama, tahu apa yang dilihat sejak tadi oleh Leon, Valerei menurunkan Leon membiarkan dia melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Dia berjalan lalu berhenti dihadapan Rey, "Leon" anak laki-laki itu menjulurkan tangannya ingin berjabat tangan.
Rey yang entah sejak kapan sudah menangis tertunduk. "Lee Min Hyuk, kau bisa memanggilku Rey, Reylan Lee"
Leon menolak. "Aku tidak bisa memanggilmu Rey, Mami bisa--" dia menengok melihat wajah Valerei, lalu tersenyum canggung memperlihatkan giginya.
"Daddy saja bagaimana?" bukannya berhenti, Rey tambah menangis mendengar Leon, Elena di sampingnya mengelus punggung suaminya. "Leon peluk Daddy supaya berhenti menangis." Ucap Elena
Leon menggeleng. "Tidak apa-apa mommy, kata Mami terkadang menangis juga baik, membersihkan hati katanya." Seorang anak sarkas meminta Rey membersihkan hati. Dia cukup jeli.
Valerei yang sadar suasana aneh, melihat sekeliling. Teman-temannya terlihat bingung. "Ah maaf" perkataanya membuat semua orang melihatnya. "Elena" dia memberi Elena isyarat agar Elena mulai bicara.
"Maaf kak, aku lupa." dia menghela nafas.
"Saat Rey mengusirku aku sudah mengandung 2 bulan, Kak Valerie dan Kak Frederick yang membantuku merawat dan membesarkan Leon. Maaf aku baru memberitahu, aku hanya…"
Ji hyo memeluk Elena erat, "Pasti berat untukmu, maaf tidak ada disana saat kau butuh"
"Tidak apa-apa Ji Hyo, aku baik-baik saja sekarang"
"Syukurlah, kalau Elena tidak datang di waktu yang tepat, mungkin Rey sudah hidup seperti mayat, juga harus menikahi wanita ular itu." Larry bergidik ngeri.
"Tumben kau bijak" Ejek Ha Joon, tikus dan kucing tidak berhenti mengejek satu sama lain.
"Jadikan sebagai pelajaran untukmu Rey dan untuk kita semua." seperti biasa Hyuk yang selalu bijak.
"Tunggu, tadi kenapa kau bilang ini anak kami." Larry meminta penjelasan kepada Frederick.
Pria yang sejak tadi berdiri di samping Valerei hanya mengangkat bahunya acuh. "Tugasku sudah selesai? Ayo pulang" Frederick ingin berbalik tapi Valerei menghalanginya.
"Kalian sudah kenal kan? Hyuk kami bisa menginap disini?" Hyuk mengiyakan dengan mengangguk. Frederick mendengus tidak suka. "Tidak perlu! kita menginap di hotel."
Di kira aku tidak punya uang, batin Frederick.
Valerei menggeleng. "Biaya hotel mahal, disni saja. Orangnya juga sudah setuju. Kenapa kau melotot." Kalimat terakhir dia tujukan kepada Larry yang melihat dengan tidak suka. "Apa? Aku hanya melihat, kenapa kau selalu sensi padaku akhir-akhir ini" ucap Larry tidak suka.
"Aku tidak sensi, kau saja yang merasa." Larry membuang mukanya kesal, sudahlah, jadi malas, batinnya kesal.
"Masalahnya sudah selesaikan? Aku pulang." Larry berjalan pergi tapi dia terhenti, Valerei menarik jaketnya, "Aku kan cuma bertanya, yang sensi kayaknya bukan aku, kamu kenapa?"
"Lihat caramu bicara! Kau bahkan tidak bicara dengan nada seperti itu ke mereka." Larry menunjuk sahabat-sahabatnya. "Kau hanya bicara seperti ini kepadaku." Sambung dia lagi.
"Kak, kau ini kenapa? Perasaan kak Valerie biasa saja" Ji Hyo membenarkan bahwa kakaknya lah yang terlalu sensi.
"Nada bagaimana? Aku bicara seperti ini ke semua orang" Valerei membantah perkataan aneh Larry.
Mendengar perdebatan yang akan memakan waktu Frederick mendapatkan langsung pada inti. "Kau cemburu? Bilang saja supaya jelas, aneh kalau kau bersikap seperti ini." tekan Frederick.
"Kau tahu apa!" jawabnya benar-benar kesal, Larry menarik pelan jaketnya yang masih dipegang Valerei, lalu berjalan ke Frederick, "Kau tahu apa? Orang yang kabur setelah memutuskan persaudaraan hanya karena wanita."
Buk buk buk
Semua kaget saat Larry sudah terhempas jatuh, Frederick memukulnya dengan keras. "Larry" Valerei berjongkok di samping Larry lalu dia mendongak melihat Frederick. "Kau ini kenapa!?" Valerei marah dia bahkan berteriak kepada Frederick.
Valerei melihat Elena, Leon dan Jihyo sudah tidak ada ditempat. Syukurlah, Leon tidak melihat aksi bar-bar para Uncle nya .
Ha Joon sudah menarik mundur Frederick agar berjauhan dengan Larry, lalu Hyuk yang pergi menolong Larry. Sementara Darren yang masih dalam posisinya, menyilangkan tangan melihat para sahabatnya.
Santai sekali kakak.
Larry menghapus darah dari bibirnya. "Memang benarkan? kau dan Darren hampir saling bunuh tapi wanita itu malah pergi memilih pria tua kaya, itu yang kau sebut cinta sejati! kau bercanda!?" dia tertawa.
Larry memang pandai dalam urusan menghina. Frederick sudah akan maju memukulnya tapi Ha Joon menahannya dengan kuat."Fed."
"Cukup, kita disini bukan untuk bertengkar tentang masa lalu." Hyuk menarik Larry duduk.
"Duduklah, bicara dengan baik." ujarnya lagi.
Valerei masih berdiri, dia melihat keduanya. Larry dan Frederick secara bergantian. hembusan nafasnya berat.
"Va, duduk." Hyuk menepuk tempat duduk disampingnya.
"Tidak, kepalaku sakit, bicaralah" dia pergi, Valerei menaiki tangga lalu menghilang, semua orang dalam ruangan itu terdiam.
...🖤...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments