Mereka melanjutkan pembahasan setelah dirinya menjadi target. Dia tenang kembali setelah Valerie berada di pihaknya. "Jadi kapan Darren pulang? Sudah ada kabar?" Larry bertanya.
"Teleponlah, mestinya dia tidak ada kerjaan jam segini" Ha Joon selalu memeriksa jadwal kerja sahabatnya, bukan hanya Darren.
Larry mengambil ponselnya untuk menelepon Darren, telepon pertama Darren tidak mengangkatnya sampai telepon ke tiga Darren belum juga mengangkatnya.
"Disana sudah jam berapa?" tanya Ji Hyo penasaran.
"Tengah malam, sekitar jam 23.00" Hyuk melihat jam di tangannya.
"Itu sudah telepon ke berapa? Masih tidak diangkat?" tanya Ji Hyo lagi
"Belum, tidur mungkin" ucap Larry
"Ya mungkin" ujar Ha Joon
Sesaat setelah Larry menutup teleponnya, pesan masuk ke ponsel Larry.
^^^Darren^^^
^^^- Aku sedang meeting dengan klien, akan ku telepon setelah selesai.^^^
"Darren baru saja mengirim pesan, dia meeting" Larry menyimpan kembali ponselnya di atas meja.
"Meeting? Semalam ini?" Ji Hyo ragu, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam tetapi pria itu masih meeting. Valerei hanya mendengar tidak tertarik untuk ikut mengomentari.
"Dia mungkin benar-benar meeting, ini Darren bukan Rey." Larry yang tahu sahabatnya yang satu ini tidak pernah membawa atau bersama dengan seorang wanita berduaan saja. Berbeda dengan Darren, Rey yang sifatnya mirip dengan Larry, sang penakluk wanita. Walaupun Rey sudah sedikit berubah setelah menikahi Elena tapi melihat masalah keluarganya yang disebabkan karena wanita lain dia jadi berpikir apakah Rey benar-benar sudah berubah atau belum.
"Ayolah, disini ada istrinya, berhenti berbicara buruk" Ha Joon mulai mengomeli Larry
"Istrinya sudah tahu!" Larry membalas
"Walau sudah tahu, tidak pantas jika kau berkata seperti itu" ucap Ha Joon
Mulai lagi.
Sebelum Larry mulai membalas, Valerei lebih dulu berbicara menghentikan perdebatan kedua pria ini. "Komunikasi mereka hanya kurang, bukan karena tidak saling cinta. Kita juga belum mendengar kenapa Rey bersikap impulsif saat itu. Hal-hal dibalik masalah masih tertutup rapat. Mungkin sekarang Rey menyesali tindakannya yang lalu, mari tidak menghakimi. Kita ini manusia, jangan ambil tugas para malaikat yang telah Tuhan utus. Kita sudah punya tugas masing-masing."
Semuanya setuju.
Ji Hyo menggeleng mendengar ricuh antara kakak dan suaminya, memalukan. "Maaf kak, aku bawa dua anak kecil tadi" menunjuk Ha Joon dan Larry. Elena dan Hyuk tertawa pelan melihat dua pria yang ditunjuk Ji Hyo.
Ponsel Larry bordering nyaring. Semua orang mencondongkan kepalanya ke arah meja untuk melihat siapa yang menelepon semalam ini dan ternyata itu adalah DARREN. Dengan gesit pemilik ponsel mengangkatnya, tidak lupa di spiker.
"Ada apa?" singkat padat Darren bertanya mengawali pembicara setelah sambungan telepon aktif.
"Elena ada disini, kau tahu?"
"Ya, ada apa?"
"Maksudku kau tahu apa yang terjadi?"
"Ya, aku tidak meminta Are kesana hanya untuk memberikan hadiah."
"Kau tidak kaget?"
Ha joon menyenggol Larry, menurut Ha Joon masih banyak pertanyaan yang lebih penting. Kenapa temannya bertanya soal itu.
"Wang, langsung ke intinya" suara Darren dari seberang sana. Berat.
"Kapan kau pulang?"
"Besok"
Ha Joon mulai jengah, dia mengambil ponsel Larry dan bicara.
"Darren, apa Rey meneleponmu?"
"Ya, dia meminta bantuan"
"Bantuan apa?"
"Dia mencari Elena sejak beberapa tahun terakhir tapi tidak bisa menemukan apapun, dia ingin tahu dimana Larry bertemu Elena"
"Lalu tanggapanmu?"
"Itu tidak mudah, Rey juga tahu. Mungkin dia akan menemui salah satu diantara
kalian, dia perlu dukungan"
"Ya, kami sudah tahu siapa orangnya, mungkin."
"Baiklah, aku akan ke kediaman Wang setelah urusanku selesai."
"Ya, baiklah"
Setelah berbicara, Darren menutup teleponnya.
"Ah, aku lupa bertanya, dia meeting dengan siapa jam segini!" ujar Larry menepuk pelan bantal kursi disampingnya.
"Kadang terlalu penasaran juga tidak baik" ucap Hyuk yang disertai anggukan setuju Valerei
Setelah berbicara mereka kembali diam, berselancar dalam pikiran masing-masing, sampai bunyi pesan valerei menyadarkan semua orang.
Tring, Pesan masuk
^^^Reylan Lee^^^
^^^- Bisa kita bertemu? Aku akan menunggumu di hotel The Greenland.^^^
Valerei terdiam sebentar, lalu memberikan ponselnya pada Hyuk. Karena tidak ingin semua temannya yang ada disana penasaran Hyuk membacakan pesan Rey.
"Sepertinya Rey tidak punya waktu, dia terkesan memaksa" Ha Joon setuju dengan perkataan Larry
"Menurutmu dia punya waktu? Wanita yang dicarinya beberapa tahun ini ada dihadapannya tapi dia tidak bisa menemuinya?" smirk khas.
"Kakak butuh teman? Rey mungkin agak memaksa nanti" Ji Hyo khawatir.
Larry menggeleng. Adiknya belum tahu siapa Valerie. Jika dia meminta Rey untuk minum jus wortel paling tidak disukai dia akan melakukannya. "Sayang, walau Rey sedang terpojok dia tidak akan menyakiti Valerie" tangkas Larry terhadap kekhawatiran Ji Hyo.
"Ya, tapi tidak ada yang tidak mungkin untuk seseorang yang sudah putus asa."
Betul, kekhawatiran Ji hyo masuk akal.
"Kakak, akan bertemu dengannya sekarang?" tanya Elena
"Lebih cepat lebih baik. Tapi sayang sekali, sepertinya Rey harus menunggu." Ujar Valerie.
Mendengar itu Larry tertawa, dia suka.
Dia mengambil ponselnya dan membalas Rey.
^^^Valerei^^^
^^^- Kau bisa menunggu, aku akan datang setelah pekerjaanku selesai.^^^
^^^Reylan Lee^^^
^^^- Ya, tentu saja, aku akan menunggu. Terima kasih^^^
...🖤...
The Greenland Area
Salah satu kamar milik Rey telah di jaga ketat. Setelah 1 minggu menunggu akhirnya dia mendapat kesempatan untuk bertemu dengan Valerie. Dia bisa menunggu selama apapun asal Elena kembali. Pengawal Rey masuk dan menemukan bosnya tersenyum sumringah di sudut ruangan memandang foto di bawah lampu. Wanita dalam foto itu juga tersenyum.
"Tuan" panggil Pengawal pribadi Rey
Dia berbalik masih dengan senyumannya. "Dia sudah datang?"
“Ya tuan, Nona Valerie sudah di depan,”
“Tunggu apa lagi, bawa dia masuk dan jangan biarkan siapapun mengganggu!” perintahnya.
Diluar Valerie di kawal oleh orang suruhan Rey.
"Silahkan Nona" Ucap salah satu pengawal itu.
Valerei masuk saat pintu terbuka, dia menatap punggung tegak Rey dengan balutan jas. Rey yang berdiri membelakanginya, melihat pemandangan diluar jendela besar ruangan hotel.
Wanita itu berjalan mendekati Rey dan berdiri disampingnya. "Apa bedanya kau dan Larry soal uang?"
Padangan Rey berpaling dari luar jendela untuk melihat Valerei yang berada tepat di sampingnya. Dia diam tidak mengerti maksud wanita ini. "Apa uang Larry lebih berguna dibandingkan uangmu?" tanya Valerei lagi.
Lagi-lagi Rey terdiam, dia tetap pada posisinya menatap Valerei yang sedang melihat keluar jendela. "Rey, kesalahanmu karena kau tidak percaya pada pasanganmu. Kebodohanmu karena bisa ditipu sampai selama ini."
"Jika jadi Elena, bagaimana bisa kau dengan mudah dimaafkan? bertanyalah pada dirimu Rey, tidak mudah untuknya bertahan selama ini." tambahnya sebelum berjalan menjauh lalu duduk di sofa.
"Kau pikir dia membencimu?" Rey membalikkan badannya melihat Valerei. "Sayangnya, dia masih menyebut namamu saat tertidur. Menurutmu, dia merasa marah atau merasa sedih? aku jadi berpikir bagaimana bisa pria brengsek itu menyakiti wanita rapuh itu."
Dia melihat wajah bingung Rey. “Aku yang membawa Elena pergi, Larry hanya menjalankan misi mengenalkan Elena agar terlihat olehmu.”
Pria itu meneteskan air mata dan tertunduk lalu berlutut ditempat. "Izinkan aku bertemu dengannya Valerei!"
"Jangan berlutut! kau manusia, aku juga! Memangnya kalau bertemu, apa yang ingin kau katakan?" Valerei bukan ingin terlalu jauh ikut campur, dia hanya ingin melihat reaksi Rey.
"Biarkan aku bertemu dengannya" kembali Rey memohon.
Valerei menyilangkan tangannya "Tidak! Kau tidak bisa bertemu dengannya, aku datang bukan untuk mempertemukan mu dengan Elena."
Rey tidak bisa menyerah. Jika menyerah sekarang, dia mungkin tidak punya kesempatan lagi untuk bertemu dengan istrinya, "Apa yang bisa kulakukan supaya bisa bertemu dengannya?" Valerei melihat matanya. "Memang apa yang bisa kau lakukan?" ucap Valerei.
"Apapun, asal izinkan aku bertemu dengan Elena" jawabnya langsung. "Mari kita lihat" Valerei melempar amplop coklat ke atas meja lalu berdiri dan pergi.
Rey kembali tertunduk, dia tahu kesalahannya tidak akan mudah dimaafkan. Dia berdiri lalu berjalan menuju sofa tempat Valerei duduk dan mengambil amplop coklat itu.
Dia membuka amplop yang Valerei tinggalkan dan membaca setiap lembar kertas dan melihat foto-foto yang ada di dalam. Wajahnya memerah marah, dia menekan tombol interkom lalu datanglah pengawal pribadinya ke dalam ruangan.
"Cari tahu semua soal informasi ini!" Rey mengingat perkataan Valerei tadi.
Rey, kesalahanmu karena kau tidak percaya pada pasanganmu. Kebodohanmu karena bisa ditipu sampai selama ini.
Bagaimana aku bisa sebodoh itu. "Elena" Rey mengusap kasar wajahnya, dia mengutuk dirinya sendiri, bagaimana bisa menjadi bodoh hanya karena sebuah foto yang diberikan wanita ular itu dulu.
...🖤...
...‘KATA BURUK BISA MENJADI PISAU TAJAM BAGI ORANG LAIN, DIA BISA MERASAKAN ITU HINGGA BERTAHUN-TAHUN LAMANYA, PERCAYALAH.’...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments