"Hey Leura! Bukankah aku sudah memperingatimu untuk tidak duduk di sini lagi!" Seru gadis berseragam acak yang tak lain adalah Ereluz Rivera. Luz yang semena-mena terlambat masuk kelas hingga hampir jam pelajaran ke lima.
Leura yang nyatanya sosok pendiam dan penurut tak berani membantah, dengan tergesa ia mengemasi peralatannya untuk pindah ke tempat lain. Asalkan jauh dari Luz yang sudah seperti iblis pengancam nyawa orang lain.
Herald, si ketua kelas langsung mendengus kesal melihat penampakan tidak patut di depannya. Sudah berkali-kali ia mendekati Luz hanya untuk mencoba membuat sikapnya berubah. Tapi nyatanya tak ada hasil.
Orang sombong itu selalu seenaknya, semena-mena, tak tahu diri, dan lebih parahnya kenapa Luz harus punya fisik yang nyaris sempurna, hanya karena fisik, semua orang tidak bisa menganggapnya sebelah mata. Semua keburukannya selalu tersingkir oleh kecantikannya, itu tidak adil. Anak-anak bahkan tak ada yang berani berkata ataupun bertindak secara terang-terangan jika mereka tak menyukai Luz, si angkuh.
Di sini hanya Herald yang selalu menjadi penasihat pribadinya, yang sayangnya dianggap tak nampak oleh Luz sekalipun.
Herald semakin kesal ketika si angkuh mulai berulah, gadis itu membawa tong sampah dari luar kelas, lantas menghamburkan isinya ke bangku yang sedang Leura duduki, tepatnya ke tubuh Leura. Herald menghentakkan langkahnya, menghampiri keributan tersebut, "Bisakah kau tidak berulah sehari saja?" Ujarnya penuh kesabaran yang tertahan.
Yang ditanya malah menyunggingkan senyum "Oh, tentu saja Herald yang terhormat. Aku permisi...," Luz menatap kejam Leura sebelum berlalu keluar kelas.
Pandangan Herald kembali pada Leura yang kotor dan bau, "Berapa kali aku bilang, lawan dia, jangan diam seperti ini. Kau terlihat lemah!"
"Mana bisa! Dia punya segalanya, kuasa, kekayaan, fisik. Aku bisa dikeluarkan dari sini kalau memberontak darinya!" Sahut Leura tidak terima.
Kepala Herald menunduk, lalu menyapu seisi kelas. Murid lain seolah tidak peduli pada kejadiaan seperti ini, sebenarnya bukannya tak peduli. Tapi mereka takut, seorang Luz punya kuasa besar di sekolah, "Kalian semua jangan jadi pengecut! Anak itu semakin menjadi setap harinya!"
"Lalu kita akan melakukan apa? Melawan? Yang ada aku di usir dari rumah karena sekolah mengeluarkanku, anak seperti Luz pasti menyuap guru bk!" Sahut murid laki-laki yang bersandar di bangku paling pojok belakang.
"Kau beruntung Herald, kau masih punya kekuasaan di sekolah ini, ayahmu guru. Sedangkan kami? Sekali melawan Luz, bisa di keluarkan langsung," timpal gadis bersurai ikal.
"Herald selalu lolos karena ayahnya pasti ikut menerima uang suap Luz," Herald sontak mengepalkan tangan mendengar pernyataan itu, ia tak habis pikir, mana mungkin ayahnya ikut makan uang suap dari gadis congkak itu? Jika iya, maka ia bersumpah untuk menghukum dirinya sendiri yang ikut makan uang haramnya.
Tapi Luz memang selalu bersikap baik padanya, tak mungkin jika tidak ada maksud tertentu, Luz bukan sosok yang tulis dalam memberikan sesuatu.
...---...
Luz bersidekap dada, matanya mencoba abai dengan tatapan tajam wanita muda di depannya. Baru saja ia kepergok merokok di kantin, terlebih saat jam pelajaran berlangsung.
"Tidak usah menatapku begitu! Aku tau maksud ibu."
Wanita yang menyandang gelar guru bimbingan konseling itu makin marah mendengar kalimat dari mulut setan Luz.
"Bulan ini memang belum ada pemasukkan ya? Tenang saja bu Gean, saldo rekeningku sudah bertambah lagi," ucap Luz lagi-lagi diacuhkan gurunya.
"Biarkan aku pergi, dan saldomu segera bertambah," tawarnya menggoda.
"Aku sudah tidak mau lagi Luz, sekarang aku tak berada di pihakmu," Luz mendadak mengeluarkan seringaian, "Banyak anak-anak mengeluhkan sikapmu yang makin lama, keterlaluan parah! Di mana adabmu? Tata kramamu? Otakmu?!"
"Lalu di mana otak ibu ketika menerima uang dariku?" Tanyanya balik, dengan tenang tanpa merasa bersalah sama sekali.
"Hei, hei...apa kau anak iblis huh?! Pergi dari sini, bersihkan seluruh lingkungan sekolah! Harus bersih, aku tidak mau tahu, dan yang terpenting jangan membayar orang untuk hukuman ringanmu kali ini!"
...---...
Bukan Luz namanya jika mengikuti perintah guru konseling yang membuatnya harus memunguti kotoran di berbagai sudut sekolah luas ini.
Gadis itu malah bermain dengan kucing-kucing liar di atas atap ruang kepala sekolah, entah bagaimana caranya naik tadi, tapi sekarang dia benar-benar seperti seseorang yang lenyap. Teman-teman sekelas mencarinya atas suruhan bu Gean.
"Aku sama sekali tak tertarik dengan kehidupan di dunia ini. Apa kau mau bertukar peran denganku? Aku jadi kucing berambut putih sepertimu, dan kau jadilah murid penurut yang membosankan," ujarnya pada kucing putih di atas kakinya sendiri, Luz terlihat seperti orang gila sekarang.
Meski katanya ia punya teman, Vivian dan Carlota. Nyatanya kedua gadis itu tak selalu ada untuknya, mereka tidak begitu peduli dengan kehadiran Luz, kecuali jika ada dompet tebal di sakunya.
Sebenarnya Luz selalu sedia dompet tebal itu, tapi ia sendiri yang memilih mengabaikan dua orang yang sudah dianggapnya teman baik.
"Ereluz gila! Turun kau!" Teriak sosok menyebalkan, tak lain tak bukan yaitu Herald, anak lelaki itu bahkan sudah siap dengan tangga di depan atap, menaiki anak tangganya satu persatu.
Luz kebingungan untuk kabur, ia tak mungkin melompat langsung menuju ke tanah, yang ada dia bisa ditertawai karena tulangnya patah.
Akhirnya dengan pasrah, kakinya menuju Herald yang mengulurkan tangan untuknya. Luz menepis tangan itu dan memilih menyingkirkan tubuh Herald, gadis angkuh itu dengan kakunya turun lebih dulu, diikuti si ketua kelas.
Bu Gean sudah siap dengan penggaris panjang di bawah sana. Ia menahannya untuk tidak mengumpat sekarang, hatinya semakin keras setiap di kasari, ia selalu berontak untuk mendapati keinginannya. Tapi jika diperlalukan dengan sopan, ia malah terlihat acuh dan kasar. Benar-benar sosok yang jahat.
Luz sudah berada di depan bu Gean, menanti kata apalagi yang akan keluar dari bibir dusta guru genit itu.
"Lakukan tugasmu yang ku suruh tadi, sebelum aku berubah pikiran untuk melaporkan berbagai tindakanmu selama ini pada orang tuamu--"
"Lalu aku akan membongkar rahasia ibu yang sudah berani menerima uang suapku!" Entah sejak kapan Luz berada di dekatnya sembari berbisik, memotong ucapan guru bk tersebut.
Gadis itu kembali menjauh beberapa langkah pelan, menyunggingkan senyum miring kegemarannya "Kita sama-sama salah nantinya kan?"
Bu Gean nampak terdiam di tempat dengan tatapan tak terbaca, Luz mengabaikan hal itu.
"Herald, ayo kembali ke kelas. Jam pelajaran sejarah segera di mulai kan? Aku suka sejarah!" Soraknya melengking seolah ia bahagia, Herald pun sampai keheranan, sejak kapan anak tengil ini begitu menyukai salah satu mata pelajaran sekolah?
"Ayo Herald! Kita kembali ke kelas untuk belajar," ditariknya sang teman laki-laki meninggalkan guru bk wanita itu mematung di tempat, memikirkan berapa uang yang sudah Luz berikan padanya untuk tutup mulut perihal kelakuannya selama di sekolah.
Padahal banyak guru juga sudah mengetahui sikap Luz, tapi mereka acuh karena para guru itu pikir bu Gean bisa menyelesaikan atau mengurus Luz bandel itu sendiri.
Kenyataanya selama hampir satu tahun bersekolah, semua guru tertipu.
Semua murid diam, karena takut dikeluarkan dari sekolah akibat berurusan dengan Ereluz yang punya kuasa.
Gadis itu tak benar-benar menuju kelas, ia pamit pada Herald untuk ke toilet sebentar. Padahal kakinya melangkah ke gudang, menelepon Leura si lemah, mainan kesukaannya.
TBC
yang mampir rejekinya lancar!😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Dewi Damayanti
luz..krg perhatian jg kasih syg dr kdua orgtuanya..jd dia lampiaskan dgn berbuat sekehendak hatinya utk cari perhatian
2021-11-01
0
akubami_oi
LUZ SAYANG, SINI JADI TEMANKU! AKU AKAN MENJADI TEMANMU, LUZ SAYANG ANAK BAIK
*usap usap kepala ereluz
2021-10-06
1
widyanti
amin
2021-07-17
0