"Kalian jangan bercanda! Bagaimana bisa tahun 1400-an, padahal aku lahir tahun 2003!" Bentak Luz kesal, ia pun berusaha berdiri untuk pergi dari orang-orang yang menurutnya aneh ini.
Tapi belum sempat berdiri dengan benar, tubuhnya jatuh lagi. Hareen membantu mendudukannya dengan benar, "Pergelangan kakimu sepertinya terkilir, jangan berjalan dulu," Usul Hareen.
Di sisi lain, seorang ibu tengah menatap curiga sang anak lelaki yang tiba-tiba membawa pulang seorang perempuan yang sedikit unik atau malah aneh, "Nak, dari mana kau menemukannya?" bisik Einne pada Hareen, yang ternyata masih bisa Luz dengar dengan jelas.
"Nanti aku jelaskan, bu," Bisik Hareen balik.
Luz menatap sinis pada ketiganya, "Aku harus pulang! Haaah... kalian menculikku ya?!" Tudingnya, dengan jari mengacung tak sopan.
Giliran wanita paruh baya tersebut yang bertanya pada Luz dengan sabar dan pelan, "Jadi, nona Luz, aku Einne ibunya Hareen. Apa maksudmu tahun 2020? Sekarang tahun 1402, tidak ada yang mengada-ada di sini, justru kami yang bingung denganmu. Sebenarnya, rumahmu di mana?"
"Jadi, bibi Einne. Aku ini anak pengusaha tekstil, ayahku Jake Rivera dan ibuku Cassandre Rivera, dia ambassador produk kosmetik. Ibuku sangat terkenal di majalah-majalah lokal, rumahku di agathé street, distrik 16. Kalau kau tau, tolong tunjukan jalannya, aku ingin segera pulang," balas Luz dengan nada pelan, menirukan cara Einne bicara. Masih tidak bisa mempercayai ucapan mereka jika sekarang tahun 1402.
Hareen mendengus ketika Luz mengulang alamat yang sama, Luz orang gila, pikirnya.
"Luz, di sini tidak ada agathé street. Jelasnya dari wilayah mana? Aragon timur? Selatan? Atau dari wilayah kerajaan lain?"
"Apa?! Kerajaan?! Maksudnya apa ini?!"
"Apa kau sakit?"
"Harusnya aku hang bertanya begitu! Kau gila ya?!"
"Bisa-bisanya mengataiku gila, padahal kau di rumahku. Aku yang menolongmu, kalau tidak ada aku, tubuh jelekmu pasti sudah dimakan macan lokal. Sialan!"
Einne memukul kepala Hareen, "Jangan mengumpat!"
"Tidakkah ibu kesal dengan dia? Bukannya terima kasih malah mengatai kita! Harusnya tadi ku biarkan di hutan."
Luz menunduk penuh sesal. Benar juga, jika Hareen tidak menolongnya dan membawanya ke rumah. Luz pasti sudah kebingungan tak ada yang bisa diajak berkomunikasi. Tapi Hareen dan keluarganya juga sama saja, berbicara dengan mereka tidak terlalu bisa di mengerti kepala Luz.
"Hei Ereluz, kau sudah berubah pikiran? Kalau begitu, keluar dari sini. Pulang sana ke tempat asalmu!" Bentak Hareen tiba-tiba, Luz yang sedang melamun pun tersentak.
"Kak Luz, sepertinya aku pernah melihatmu," Celetuk anak kecil yang berusia sekitar sepuluh tahun.
Matanya memancarkan binar harapan lagi, siapa tau anak ini memang pernah melihatnya, dan tau daerah tempat tinggalnya, "Wah! Siapa namamu? Kau pasti salah satu anak yang sering bermain di alun-alun kota kan?"
Anak kecil itu menggeleng, tapi ia tersenyum seraya mengulurkan tangan, "Aku Hefaisen, maaf tapi aku tidak tau apa itu alun-alun kota."
Pupus sudah harapan Luz untuk pulang. Sekarang ia ingin marah pada ayah dan ibu, kenapa mereka tak mencarinya, yang terjebak di antah berantah ini.
Einne melirik kaki Luz kemudian, "Luz, tunda kepulanganmu dulu. Ayo bibi obati luka kakimu, itu semakin membengkak," Luz melirik kakinya yang mati rasa, lebam kebiruan menghiasi dan darah kering menempel sampai berbentuk garis panjang. Perih sekali.
"Kalau bisa, jangan pakai alkohol ya bi. Obat merah saja."
Einne yang tengah mencari sesuatu di rak kecil depan tempat mereka duduk, pun mengernyit heran, "Apa itu alkohol? Obat yang kami punya hanya ini," Tunjuknya pada daun berjari warna merah keunguan yang sudah dikeringkan.
Daun kering tersebut di tumbuk sampai halus dalam wadah batu. Setelahnya diberi sedikit air. Einne mengangkat kaki Luz supaya lebih sejajar, darah kering di kompres dengan kain selembut sutra. Seudah bersih, daunnya di tumpukkan pada luka, lantas dibaluti kain berongga, sejenis kasa tapi bukan.
Hefaisen tiba-tiba berlari ke belakang, dan kembali membawa segelas air. Luz mengernyit ketika anak lelaki itu menyodorkan gelas padanya, "Kata ibu, orang sakit harus banyak minum air."
Luz menerimanya dengan canggung, "O-oh terima kasih," Balsannya sungguh kaku, Luz sangat jarang mengucap kalimat itu sebelumnya.
Ia melirik Hareen sekilas, rupanya lelaki itu juga tengah menatapnya. Tapi dengan tatapan tidak suka atau malah benci, sangat benci.
"Selama lukamu belum sembuh, kau bisa menginap di sini," Ujar Einne, Hefaisen bersorak senang sedangkan Hareen memandang sinis.
"Apakah tidak merepotkan?" Tanya Luz pelan, sungguh, dirinya tidak pernah bersikap sesopan ini pada orang lain, apalagi ras ekonomi menengah kebawah. Tapi rasanya sungguh membingungkan, keluarga kecil ini sudah membantunya, Luz berusaha bersikap sebaik mungkin. Hanya karena jasa mereka tentunya.
"Tid-"
Ucapan Einne terpotong karena Hareen menyela dengan raut sinis sekaligus emosi, "Merepotkan! Sebaiknya pergi dari sini sekarang! Kau pikir dirimu siapa? Ratu? Seorang Puteri? Jangan asal menumpang di rumah orang."
"Hareen jangan begitu. Kau sendiri yang membawa Luz pulang, kan? Bertanggung jawablah."
"Bahkan aku tidak menyentuhnya sama sekali, tanggung jawab apanya ibu..."
"Kau yang menolongnya, jadi rawat Luz sampai sembuh. Tidak baik melepas anak gadis keluar tanpa pengawasan."
"Tapi aku menemukan Luz di hutan. Pasti sudah dibuang keluarganya, kau sungguh anak yang dibuang kan?!"
"Tidak! Hei dengar ya! Tadinya aku mengendarai mobil, lalu menabrak dan tiba-tiba sudah di hutan. Selesai... sungguh aku tidak mengarang cerita."
"Kau pengarang cerita! Bahkan kau membuat sejenis hewan baru? Apa itu mobil? Hewan karanganmu kan?"
"Ck! Bodoh sekali, sekalipun aku sedang berada di negara paling primitif di dunia ini tidak mungkin kalau penduduknya tidak tau apa itu mobil, apakah kalian orang-orang suku sentinel yang kabarnya sangat primitif itu? Iya kah?"
"Apa maksudmu? Sungguh pembahasanmu sangat tidak masuk akal, aku sama sejali tak paham yang kau bicarakan nona Luz," Einne angkat bicara dengan raut terkejut demi memahami segala ucapan Luz.
...---...
"Jadi?"
"Ya, selepas pulang mengirim gandum ke Zaragoza, aku buang air di tengah perjalanan, tepat di hutan dekat perbatasan kawasan kerajaan Kastillia. Dan di situlah aku menemukan Luz."
Einne mengernyit keheranan, lantas menyentil dahi sang anak, "Bukankah kau berangkat tidak sendirian? Jangan bohong, dari mana menemukan Luz."
"Elmir dan paman Jo pulang lebih dulu dengan kereta masing-masing, aku terlambat pulang karena gandumku salah hitungan, ini salah Arabel! Anak itu selalu salah menimbang bahan pangan! Dan masalah Luz, aku sama sekali tidak bohong, saat menemukannya, dia sudah tergeletak di samping batu besar."
"Ck! Malah menyalahkan Arabel, lalu kenapa membawa Luz pulang. Bagaimana jika dia orang yang berbahaya?"
Hareen menyembulkan kepala dari balik pintu kamar, ia dan ibu sedang berbicara di kamar untuk menghindari Luz yang kini asyik bermain bersama Hefaisen, "Meski dia aneh, tapi sepertinya tidak berbahaya bu. Dan jelasnya, aku menolong Luz karena masih punya rasa kemanusiaan bu..., coba bayangkan kalau ada orang kesakitan, apa ibu tidak mau membantu?"
"Ya sebenarnya ibu tidak masalah dengan keberadaanya. Hanya takut kalau ternyata dia orang penting dari kerajaan lain. Orang-orang bisa salah paham pada kita."
"Ereluz itu memang aneh bu, tapi aku tetap tidak setuju dia tinggal di sini. Tujuanku membawa pulang hanya untuk mengobati lukanya, lalu biarkan dia pergi."
"Heii! Kakinya saja masih seperti itu, dia tidak bisa berjalan. Bagaimana, kau ini?"
"Hhh! Kesalahanku juga telah membawanya pulang,"
"A-aku mau bertanya, di mana kamar mandi?"
"Oh, Luz..."
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments