Tubuh Luz kembali menyatu di era yang dituju, Tahun 1402. Masa lalu, yang disebut masa depan Luz.
Ia keluar dari portal berkecepatan cahaya sambil memegangi dadanya. Distorasi perjalanan waktu memang membuat si pemilik tubuh muntah darah, layaknya yang terjadi pada Luz sekarang.
Sakit saat ditabrak truk, ditambah terjepit dalam mobil, dan sekarang seperti baru dicabik-cabik hewan buas yang ganas. Benarkah ini hukuman dari alam untuk dirinya yang tidak tau diri ini.
Seusai mengeluaran gumpalan darah kotor dari bagian sensitif organ dalamnya. Luz melihat sekeliling, hutan lebat menyambut indra penglihatannya yang berskala 576 megapiksel.
Gadis itu lantas memegangi kepalnya yang seperti baru dihantam batu asteroid raksasa. Harusnya sekarang dirinya di neraka, setelah kematian menjemput di saat tabrakan mobil waktu itu, "Harusnya aku mati kan! Ibu...ayah...ck! Di mana kalian?! Kenapa malah aku di tempat aneh sendirian."
Hutan itu semakin rimbun dan gelap ketika kaki Luz makin menelusurinya, hanya ada cahaya redup matahari dari celah dedaunan di atas. Merasa ia semakin terjebak ke suasana yang mengerikkan, tubuhnya bergidik ngeri.
Gemerisik langkah berat tiba-tiba bersahutan dari arah selatan, Luz dengan paniknya langsung bersembunyi dengan cara memanjat pohon acron berdahan rendah yang rimbun, hingga tubuhya bisa tertutupi dedaunan.
Orang-orang berpakaian hitam tertutup berjalan tergesa, beberapa di antaranya mengangkut peti kayu yang terlihat mencurigakan. Suara seorang perempuan yang tertahan membuat ketajaman pendengaran Luz meningkat. Suara itu sepertinya berasal dari peti yang mereka angkut.
Luz tau ada yang tidak beres sekarang. Rombongan orang itu dan keberadaan dirnya di sini. Tapi ia memilih tak peduli dengan orang-orang berpakaian tertutup tadi.
"Aku tidak tau di mana, dan mengapa di sini sangat aneh. Sialan!"
Setelah memastikan kumpulan orang berpakaian hitam itu sudah cuup jauh dari letaknya, juga tidak ada hal mencurigkan lain. Luz bergegas turun dari pohon, dengan susah payah karena masih mengenaka gaun panjang se-mata kaki.
Memang menyulitkan, sebenarnya siapa yang memakaikan baju jelek ini pada tubuhnya?
kepalanya melongo kanan kiri, tanpa pikir pajang Luz pergi ke arah sebaliknya dari rombongan mencurigakan tadi. Instingnya mengatakan mereka bukan orang baik, jadi ia memutuskan memilih jalan sebaliknya. Walaupun instingnya selalu jelek dan gagal, tapi kepercayaannya sekarang hanya ada pada diri sendiri.
Tanpa alas kaki, Luz mengikuti jalan setapak penuh ranting lancip dan kerikil tajam dengan berlari kecil.
Karena tergesa-gesa sekaligus ketakutan, Luz sampai tidak sadar ada turunan di depan, ia sibuk memegangi sisi gaun yang mengganggu cara jalannya.
"Astaga!" tubuhnya terpelanting ke bawah, kakinya terkilir dan tertindih batu besar. Sakitnya luar biasa.
Luz merasa mati berkli-kali.
...---...
"Nona! Sadarlah, jangan mati di sini. Ku mohon."
Luz yang masih diambang kesadaran, bangkit duduk karena tepukan kasar di pipinya yang dilakukan berulang-ulang "Jangan memukulku, bodoh!" Bibirnya mengeluarkan umpatan bahkan ketika jiwanya belum sepenuhnya sadar.
"Syukurlah kau sadar, nona. Aku sangat takut kau mati, lalu aku dikira pembunuh," nada bicaranya terdengar sangat khawatir dan takut.
"Aku tidak mati, sialan!"
"Jangan mengumpat! Itu tidak baik."
Luz berdecak kesal, matanya buram dan berkunang-kunang, jadi tidak jelas melihat. Ia pun hanya berusaha meraba-raba "Siapa kau? Ini di mana?"
Tidak ada sahutan, Luz masih berusaha mencari kesadaran. Beberapa menit kemudian, matanya kembali seperti semula, di depannya ada seorang laki-laki berpakaian adat spanyol, namun lebih kuno dan sederhana. Tidak seperti yang Luz lihat saat ada pawai tahunan di alun-alun kota.
"Nona? Kau sudah bisa melihatku dengan jelas kan? Ku pikir kau...buta," Cicitnya di akhir kalimat.
Luz kembli mengulang pertanyaan sebelumnya, menghiraukan ucapan lelaki itu, "Siapa kau? Ini di mana?"
"Namaku Hareen, ini di rumahku," Ruangan sempit dengan dinding batuan asli, membuat Luz mengernyit. Ia tak pernah melihat jenis tempat tinggal seperti ini sebelumnya. Sepertinya sudah, melalui film-film dokumenter yang dulu dikoleksi ayahnya.
Tangannya lagi-lagi memegangi kepala yang pusing karena keadaan, "Ck! Aku mau pulang, mau istirahat dengan tenang."
"Kau siapa? Dari mana asalmu, nona? Dan kenapa kau bisa berada di hutan, tadi? Aku menemukanmu tergeletak di dekat batu besar."
"Aku dari Spanyol," balas Luz singkat. Sebab dirinya berpikir, sekarang sedang berada di negeri lain.
"Iya, ini Spanyol. Jadi, jelasnya letak rumahmu di mana? Barangkali aku bisa mengantarkanmu pulang."
Matanya berbinar bahagia, sepertinya Hareen orang yang baik, "Baiklah Hareen, namaku Ereluz, panggil saja Luz. Rumahku di distrik 16, dekat alun-alun kota, hmm..lebih tepatnya di agathé street. jadi, bisa mengantarku pulang sekarang? Ayo! Di mana mobilmu?"
Hareen mengernyit keheranan, "Di kota ini tidak ada alun-alun apalagi agathe street. Dan apa itu mobil?"
"Ck! Sebenarnya di mana aku? Kenapa mobil saja kau tak tau, kampungan sekali..." Luz mengeluh juga mencibir sekaligus mengejek.
Pintu depan tiba-tiba dibuka dengan sapaan seorang wanita paruh baya menyambut. Wanita itu melongo terkejut melihat keberadaan Luz di rumahya bersama anak laki-lakinya, "Astaga Hareen, siapa dia?"
Belum sempat Hareen membalas, sosok anak kecil laki-laki menyusup masuk, lantas menabrak tubuh Hareen sekuat tenaga, "Kakak di rumah hanya bersama seorang perempuan?!"
"Apa yang terjadi, siapa kau nak?" Wanita itu mendekati Luz. Lagi-lagi Luz terperangah menatap pakaian ketiga orang itu yang seperti sedang merayakan pesta adat.
Mengabaian pertanyaan waita tersebut, Luz malah bertanya hal lain, "Apakah di sini baru di adakan pawai tahunan?"
"Apa maksudmu? Pawai bagamana?" taya Hareen yang tampak kesulitan berkomunikasi dengan Luz.
"Baju kalian," Luz tiba-tba melirik bajunya sendiri. Sejak kapan ia punya gaun kuno jelek seperti ini. Sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya, mengapa berada di dunia aneh, bertemu orang aneh, berpakaian aneh pula.
"Harusnya aku yang bertanya, kenapa bajumu mewah sekali? Kau dari kerajaan mana? Apakah kau ratu yang tersesat?"
Luz berteriak dalam hati 'Baju seperti ini dibilang mewah?!' sangat tidak sinkron dengan penampilan kesehariannya, "Ini bukan bajuku, aku tidak tau sejak kapan memakainya. Lagipula ini tahun 2020 kenapa kalian memaakai pakaian kuno seperti itu?" Tanyanya lebih ke mencibir, mengomentari tampilan orang lain.
"Hah?! 2020?! Jangan mengayal Luz!" sentak Hareen, ibu dan adiknya pun ikut terkejut mendengar ucapannya. Mereka berpikir, gadis ini benar-benar aneh, selain penampilannya juga perkataanya.
Ditatap seperti itu membuat Luz menggaruk leherya, "Ada apa? Apa aku salah bicara?"
"Tentu, apa maksudmu tahun 2020. Ini tahun 1402," Luz hampir mati lagi, sekarang.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
v
otornya pinter bgt..kerenlah👍👍👍
2021-10-19
1
Hisam Sangaji
paling suka banget cerita mengenai travel time kaya gini.. kembali ke masa lalu dengan mesin waktu.... KEREEEENNNN !!!!!
2021-02-25
3