Malam kian larut. Calina berbaring pada sebuah sofa empuk dibagian dalam ruangan sambil mencari chanel tv yang menurutnya asik untuk ditonton. Sebuah chanel drama lucu negri ginseng berhasil penarik perhatiannya.
Calina menikmati tontonannya sambil tertawa terbahak bahak.
"Non." Tiba tiba Rosa mendatanginya dengan sebuah jaket berwarna gelap ditangannya. "Pakai ini non, tuan Kama sedang menunggu anda disamping belakang," ujar Rosa sambil berbisik.
"Kama? Disamping? Buat apa?" tanya Calina curiga.
"Dia menunggu nona dibalik bugenvile putih."
"Hah?" Calina langsung ditarik Rosa keluar menemui Kama.
"Tuan, saya serahkan nona, jaga nonaku dengan baik," ucap Rosa begitu menyerahkan Calina ke hadapan Kama.
"Yang mulia? Ada apa?" tanya Calina.
"Shhhhhtttt. Ikuti saya," ucap Kama sambil menggenggam tangan Calina.
Calina diam dan mengikuti arah langkah Kama membawa dirinya.
Setelah melewati halaman belakang dapur, mereka tiba disebuah tembok tinggi pembatas bangunan istana dengan hutan belakang istana.
Kama membawa Calina melewati sebuah lobang kecil didinding tinggi itu kemudian menyusuri jalan setapak memasuki hutan hingga tiba disebuah danau dibelakang istana.
Sejak kapan tembok tinggi itu dibangun? Dan danau ini? Ini danau belakang istana tempat ibu...
Semakin mendekati bibir danau, langkah Calina terasa semakin berat.
"Aku, aku nggak bisa." Calina menghentikan langkahnya.
"Calina, ini lah tempat yang ingin ku tunjukkan padamu. Entah kenapa hatiku selalu merasa tenang dan damai saat berada disini. Saat banyak masalah dalam benakku tempat ini selalu memberiku semangat baru," ujar Kama.
"Tapi tempat ini terlalu jauh, bagaimana jika yang mulia kenapa kenapa," sela Calina.
"Sebenarnya Danau ini berada tepat dibelakang istana... Semakin jauh dari istana itu bukannya semakin baik?" ujar Kama menenangkan Calina.
Calina mengikuti langkah Kama menuju bibir danau kemudian stop diatas akar sebuah pohon.
Tempat Kama biasanya menyandarkan punggungnya sambil menikmati langit malam.
"Apa kamu sudah menyiapkan ini?" tanya Calina begitu melihat alas untuk mereka duduk.
"Harley sudah kesini terlebih dahulu. Mungkin juga dia masih disekitar sini untuk berjaga jaga," ujar Kama.
"Hoo." Calina menganggukkan kepalanya. "Tapi udara masih begitu dingin. Apa kamu akan baik baik saja?" ucap Calina.
"Dingin? Sepertinya saat didekatmu aku tak perlu takut akan hal hal berbau dingin. Untuk pertama kali nya aku merasa aman saat berada didekat seseorang adalah bersama kamu," ucap Kama.
Sikap Calina menjadi canggung seketia mendengar ucapan Kama yang dianggapnya sebagai bualan belaka.
"Kamu seorang model under water. Tentu air sudah sangat bersahabat baik dengan dirimu. Berbeda denganku. Aku tak bisa berenang. Berada dekat kolam saja sudah membuatku panik," ujar Kama.
"Yang mulia, bukankah saat ini anda sedang berada didekat danau dan danau ini jauh lebih besar dari kolam. Anda tidak terlihat takut sedikitpun." Calina.
"Ya, dalam gelap danau ini tidak tampak seperti air. Begitu tenang tak menimbulkan riak sedikit pun. Satu satu nya tempat yang tidak membuatku panik hanya disini. Sedangkan kamu adalah wanita pertama yang ku bawa ke tempat ini."
"Apa anda pernah trauma dengan kolam," tanya Calina.
Kama menggelengkan kepalanya. "Rasanya tidak. Tapi entah kenapa aku begitu panik begitu melihat laut, kolam dan sejenisnya."
Apa dia tak ingat dirinya pernah hampir mati tenggelam? Batin Calina.
"Cerita yang mulia berbanding terbalik dengan ceritaku. Justru karena pernah melihat kenangan buruk diair aku justru ingin menguasainya. Aku nggak mau kenangan itu membuatku takut," ujar Calina.
"Calina, diantara semua wanita hanya kamu yang bisa begitu dekat denganku," ucap Kam asal.
"Bukankah juga nona Odette dekat dengan yang mulia,"
"Ya tapi dia tak pernah benar benar berada dekat denganku," jawab Kama.
Wajah Calina tampak kebingungan dengan maksud dari kata kata Kama. Kama melepas sarung tangan yang terpasang ditelapak tangannya.
"Aku nggak butuh memegang tangan wanita yang lain, cukup memegang tanganmu saja sudah sangat baik buatku."
"Yang mulia apa anda baik baik saja?" Calina mencoba memasang kembali sarung ditangan Kama. "Nanti yang mulia kedinginan, kita berada jauh dari istana, aku takut yang mulia kenapa napa."
"Yang mulia? hahaha saat dengan ku jangan memanggil ku seperti itu. Aku tidak semulia seperti yang kamu sebutkan itu. Aku juga manusia biasa sama seperti orang orang pada umumnya," ucap Kama.
"Aku jadi bingung harus memanggil apa," gumam Calina.
"Panggil apa aja asal kamu nyaman."
"Kama..?" panggil Calina.
Kama menatap wajah Calina yang hanya berjarak beberapa centi meter dihadapannya. Bibir Kama tersenyum begitu manis.
"Kama?" panggil Calina lagi.
"Ya?" jawab Kama.
"Haha. Aku panggil Bro gimana? Bro Kama?" ledek Calina.
"Bro? aku ini kan suami kamu," ucap Kama datar.
"Suami Kama? Nggak nggak cocok, terdengar begitu aneh."
"Calina. Perlahan aku sedang membujuk ibu agar sedikit kurangi peraturan diistana. Keadaan istana begitu mawas akhir akhir ini dan kamu sampai kena imbasnya," ujar Kama.
Calina menggeleng. "Ibu kamu akan terus seperti itu jika Istri ayahmu masih didalam istana. Perutnya semakin membesar dan ibu tentunya akan semakin tertekan dengan hal itu."
"Ah, ternyata kamu pun tahu akan hal itu. Yah aku juga berpikir begitu. Tapi mau gimana lagi? Aku tau ibuku tak pernah bahagia bersama ayah. Tapi ini adalah pilihannya, menikah dengan pria yang tak mencintai dirinya." Kama menarik nafas panjang kemudian membuang nya serempak hingga menampakkan aura cemas diwajahnya. "Sejak kecil saya adalah penonton setia dalam drama percintaan ibu dan ayah. Aku sangat kasihan dengan ibu, itu lah kenapa aku nggak pernah tega jika aku harus membuatnya marah atau pun kecewa."
Ternyata itulah kenapa Kama begitu patuh dan tunduk pada ibunya. Dialah yang paling mengerti apa yang dirasakan ibunya.
"Yang mulia. Jodoh, hidup, dan mati kita sudah ditentukan oleh sang pencipta. Tapi kebahagiaan itu terletak ditangan kita. Apa kita mampu meraihnya atau tidak itu tergantung kita. Apa kita memilih bahagia atau tidak itu tergantung kita," ucap Calina.
"Yang mulia lagi?"
"Ups maaf, maksud saya Kama," ujar Calina sembari telapak tangannya menempel dimulutnya. "Kenapa anda tidak suka dipanggil yang mulia. Padahal diluar sana begitu banyak orang yang ingin dipanggil seperti itu," ucap Calina.
"Karena orang orang diluar sana berpikir menjadi seorang pangeran itu sangat luar biasa, jika gelar bisa ditukar dengan sebuah kebahagiaan mungkin sudah lama saya menukarnya untuk ibu," ucap Kama.
"Kamu ingin bahagia?" tanya Calina sambil menatap wajah Kama begitu dekat.
Kama mengangguk perlahan. Keyakinan terlihat jelas dimatanya. Dirinya ingin bahagia bersama wanita yang ada dihadapannya.
"Caranya, aku akan mengajarimu berenang," ucap Calina.
"Berenang? Apa sangkut pautnya bahagia dan berenang?"
"Kita berenang dikolam air hangat gimana?" ucap Calina tersenyum begitu manis dengan ide brilian yang baru saja keluar dari otaknya. Namun Kama tak merasa jika berenang akan membuatnya bahagia.
"Calina."
Kama menatap lekat wajah Calina. Jemarinya menggerayangi setiap inci wajah Calina. Sensasi sentuhan tanpa mengenakan sarung tangan begitu mendebarkan hati. Semakin lama wajah keduanya semakin dekat. Calina bahkan mulai memejamkan matanya memberi isyarat untuk melakukan lebih.
"Kama," bisik Calina.
Jemari Kama meraba lembut bibir Calina, seketika hasrat ingin mencumbu wanita dihadapannya itu mencuat.
Bibir Kama mengecup lembut permukaan bibir Calina. Perlahan, ciuman itu berubah menjadi semakin panas dan menggebu. Keduanya mulai larut dalam cinta yang memabukkan.
"Psstt, psssttt. Tuan." panggil Harley dengan berteriak kecil yang hampir menyerupai bisikan.
"Tuan."
Calina melepas pelukan erat Kama saat itu juga.
"Mungkin Harley sedang mencarimu," ujar Calina.
Kama mencari sumber suara Harley. Matanya melirik kesal atas intermeso Harley barusan.
"Hmmm, sini."
Harley mendekati Kama. Suasana menjadi agak canggung. Harley baru saja sadar jika dirinya telah mengganggu moment romantis kedua pasangan dihadapannya itu.
"Maaf tuan. Silahkan dilanjutkan. Saya hanya..." Harley tak meneruskan kata katanya saat itu juga berlalu dari tempat itu.
"Mungkin kita sudah terlalu lama berada disini. Jadi Harley...," ucap Calina.
"Ya, sudah hampir jam 12 malam. Aku akan mengantarmu kembali," ucap Kama sambil melirik arloji dipergelangan tangannya.
Bersambung...
(Jangan lupa dukung author dengan pencet gambar like ya 👍🏻. makasih readers)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂
11.46 wita, arthor sangat berpengalaman
2021-07-22
1
Windy Veriyanti
dan terjadi lagi...
2nd kiss 😘
2021-03-31
2
BELVA
kaka aku kembali absen nih
2021-02-26
1