Malam itu udara terasa begitu lembab. Butiran butiran salju mulai meleleh membasahi tanah. Seiring bergantinya hari udara menjadi tidak sedingin hari hari sebelumnya.
Calina yang tengah menikmati makan malamnya kembali menemukan lipatan kertas putih kecil dalam nasi.
"Apa ini?" tanya Calina pada Rosa setelah melihat selembar kertas dalam nasinya.
Tanpa basa basi Calina langsung membuka dan membaca tulisan dalam kertas tersebut.
...Calina......
...Sementara waktu, turuti perkataan ibu. Dia masih dalam mood yang buruk. Saya akan mencari jalan untuk menyelasaikan masalah ini. Jangan lupa jaga kesehatan dan makan yang teratur. Oh ya, aku mulai merasa bosan jika tak melihat mu. Aku harap kamu sedang merindukanku sekarang....
...Dari Kama....
"Pesan dari siapa non?" tanya Rosa sambil meraih lembar kertas kecil dari tangan Calina. "Pesan dari pangeran?" tanya Rosa.
"Sok perhatian. Dia pikir dirinya siapa? aku disuruh merindukannya," ucap Calina.
"Non, sementara kita nurut dulu. Kemaren yang mulia ratu merekrut 20 orang pelayan baru. Kemungkinan dalam beberapa hari ini pelayan pelayan lama akan diberhentikan. Saya kepikiran non, bagaimana jika saya yang dipecat?" ucap Rosa.
Calina menatap kepanikan diwajah Rosa. "Rosa bantu aku menghubungi beberapa temanku," pinta Calina.
"Non, bagaimana nona Calina akan menghubungi mereka?" tanya Rosa.
"Aku hanya butuh posel. Kemudian kita kabur dari tempat ini," ujar Calina.
"Apa nona serius? Diluar sana kita nggak bisa kemana mana. Kita akan ditangkap. Apa lagi nona, apa nona bisa bersembunyi dengan wajah yang sudah sangat dikenali orang itu? Tidak, tidak, sebaiknya nona pikirkan lagi ide gila nona itu," ujar Rosa.
"Aku menyesal sudah masuk ke tempat ini. Angan anganku untuk mencari keadilan atas kematian ibu telah sirna. Aku mengaku kalah," ucap Calina.
"Maksud nona, nona punya niat terselubung masuk ke istana ini?" tanya Rosa penasaran.
"Ya, dahulu aku hidup dan besar diistana ini. Dan Kama adalah teman masa kecilku. Ibuku seorang pelayan yang dipercayakan yang mulia ratu terdahulu untuk menjaga putra mahkota. Saat itu mendiang raja Robert kakek Kama yang berkuasa. Dan Ayahku dipercayakan sebagai pengurus pertanian. Kehidupan dalam istana ini begitu tenang dan damai tak seperti sekarang ini," ucap Calina sembari menarik nafas panjang.
"Kemudian sejak kematian ibu membuatku meninggalkan istana dan negara ini," lanjuta Calina.
"Apa yang terjadi dengan ibu nona?" tanya Rosa.
"Entahlah, tak ada saksi mata yang meliahat awal kejadian itu. Aku hanya melihat ibu menahan Kama tetap terapung dipermukaan air, kemudian dirinya perlahan mulai tenggelam," ucap Calina lirih.
Rosa terdiam. "Apa pernah ada kejadian seperti itu diistana ini?" tanya Rosa.
"Dua orang pekebun datang menyelamatkan Kama keluar dari danau waktu itu. Sedangkan aku terus berteriak meminta agar mereka menolong ibu. Namun setelah beberapa menit baru mereka sadar ibuku berada didalam danau itu. Padahal saat itu, tangis dan teriakan ku sudah cukup kuat memohon agar mereka menolong ibu," kenang Calina akan kejadian 10 tahun silam. Perlahan airmata menetes membasahi pipinya.
Rosa mendekati Calina kemudian memeluknya, tangan Rosa sambil mengusap pundak Calina seolah sedang memberi ketenangan untuknya.
"Rosa. Yang paling menyedihkan adalah, mereka tidak sedikitpun mengucap kan terimakasih atau pun berkabung atas kematian ibu. Keesokan harinya, aku memakamkan ibu seorang diri dibelakang rumah. Ibu ku telah menyelamatkan nyawa pangeran namun mereka malah membiarkannya tanpa sebuah pemakaman yang layak. Mereka sedikitpun tak menghargai kematiannya," ucap Calina.
"Nona, maafkan saya," ucap Rosa sambil ikut menitikan air mata.
"Sekarang aku juga telah terjerumus dalam istana ini, apa nasibku akan sama seperti ibu?" tanya Calina.
"Tidak non, kita akan mencari jalan agar bisa sama sama keluar dari tempat ini," ujar Rosa.
"Secepatnya aku ingin keluar dari sini," ucap Calina.
"Kita akan sama sama memikirkan sebuah jalan agar bisa keluar dari sini," ujar Rosa.
Calina menceritakan pada Rosa bagaimana saat saat kecil dirinya bersahabat dengan Kama. Calina menjabarkan bagaimana situasi istana jaman dulu yang tidak terkesan kaku seperti saat ini dan banyak lagi kebahagian masa kecil bersama kedua orang tuanya didalam istana itu.
🐡🐡🐡
Beberapa pun hari berlalu.
Sejak kejadian Calina diseret dari ruangan makan, seluruh pelayan istana menjadi sangat prihatin terhadapnya. Namun larangan khusus untuk tak berinteraksi dengan Calina, membuat semua pelayan takut mendekatinya.
Pagi hari saat Calina hendak membuka pintu, sebuah kertas putih dalam amplop ditemukannya dibawah pintu.
Kertas apa ini? Batin Calina sambil merobek ujung amplop tersebut.
Selembar kertas dikeluarkan Calina dari dalam amlop itu.
..."Hubungi pak Jaron, sopir pengantar bahan makanan istana. Mobil pick up warna hitam. Plat 3003N. Dia tau keberadaan pelayan pelayan istana yang menghilang."...
Calina menghampir Rosa diruangan belakang.
"Rosa, ada sebuah surat kaleng aku temukan dibawah pintu," ujar Calina terburu buru menyerahkan surat itu pada Rosa.
"Surat kaleng? Kaleng nya mana?" tanya Rosa meledek Calina.
"Rosa, aku serius. Aku baru saja menemukan ini dibawah pintu,"
"Masa iya ada yang berani mengirim surat seperti ini kesini," ujar Rosa sembari menyimak isi tulisan dalam kertas itu. "Apa ini dari pangeran?"
"Coba lihat baik baik tulisannya Sa, nggak mungkin itu Kama. Yang pastinya orang yang mengirim pesan ini tau kita sedang mencari tau keberadaan pelayan istana yang menghilang," jelas Calina.
"Jadi surat ini dari seorang pelayan disini?" tanya Rosa.
"Tentu saja. Tapi apa pesan ini bisa dipercaya?" tanya Calina.
"Bagaimana jika kita mencoba cari tau?" saran Rosa.
"Ya, kita cari waktu yang tepat kemudian temui pak Jaron." Calina menatap ke arah jam yang menempel didinding.
"Jangan sekarang non, tunggulah saat tepat."
Selang pembincaraan Calina dan Rosa. Tiba tiba terdengar suara ketukan pintu
"Tok tok tok."
"Ya," ucap Rosa menemui seorang pelayan pria berseragam lengkap yang berdiri didepan pintu.
"Tuan putri diminta berpuasa setelah sarapan pagi, siang nanti tim dokter akan datang mengambil sampel darah putri," ujar pelayan pria itu penuh hormat.
"Apa? Sampel darah lagi?" teriak Calina dari dalam ruangan.
"Atas perintah siapa?" tanya Rosa.
"Yang mulia Ratu dan Pangeran," jelas pelayan pria itu.
"Anda orang baru ya?" tanya Rosa.
"Ya, saya baru dua hari mulai bekerja disini," jawab pria berseragam rapih itu.
"Baiklah, putri akan mulai puasa setelah sarapan," ucap Rosa.
"Saya permisi," ucap pria itu sambil berjalan mundur dari hadapan Calina dan Rosa.
Calina terdiam berdiri di dalam ruangan dengan begitu banyak pertanyaan dalam benaknya.
"OMG, sebenarnya apa mau mereka? Ini kali kelima sampel darah ku diambil. Apa aku ini seekor kelinci percobaan mereka? Mereka hanya mengambil darah dan tak pernah memberi penjelasan. Apa aku menderita penyakit parah dan menular hingga darahku diambil tiap minggu dan dikurung seperti ini?" oceh Calina agak marah.
"Non, mungkin ajang pencarian istri buat pangeran itu adalah untuk ini," ujar Rosa asal.
"Benar juga, buat apa diadakan ajang pencarian istri? Jika pangeran sudah dijodohkan dengan Odette!"
"Non, bagaimana jika kita pergi dari tempat ini sekarang?" ajak Rosa.
"Kita pergi sekarang? Rosa apa kamu sedang memprofokasiku?"
"Saya nggak ingin terjadi apa apa dengan nona. Bagaimana jika nona dijadikan bahan percobaan?" ucap Rosa bergidik ngeri.
"Sekarang? Jika kira pergi sekarang? Mereka akan menangkap sebelum kita tiba dikota. Nggak nggak, kita harus menghubungi seseorang yang bisa membantu kita pergi,"
Saat Calina dan Rosa sedang asik berbincang, kembali terdengar suara ketukan pintu.
"Tok tok tok."
Badan Calina dan Rosa secara cepat berjalan mengarah ke pintu.
Terlihat tiga orang pelayan dengan nampan berisi makanan lezat berdiri didepan pintu.
"Yang mulia pangeran meminta kami mengantarkan putri makanan," ucap seorang pelayan.
"Pangeran?" Calina kembali duduk dikursinya semula.
"Silahkan letakkan diatas meja," perintah Rosa sambil mengantar beberapa pelayan itu masuk.
Saat dia butuh sesuatu, dia akan menjadi baik. Dia pikir makanan enak akan membuatku senang. Seenaknya mengambil darah orang hanya dengan imbalan makanan? Lihat saja, aku gak akan puasa. Pikir Calina.
"Non, ayo silahkan makan?" ajak Rosa.
"Hidup terpenjara disini membuatku bosan, untung aja mereka gak pelit makanan," ujar Calina sambil menatap berbagai menu lezat dihadapannya.
Calina begitu menikmati sarapan lezat pagi itu. Saat hendak menaruh nasi diatas piring nya, lagi lagi Calina menemukan selembar kertas.
...Calina I Miss You so much...
"I miss you? Hanya I miss you doang?" tanya Calina setelah membaca isi pesan dalam kertas itu.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂
11.14 wita, I MISS YOU TO🤭
2021-07-22
1
Windy Veriyanti
iya...jangan i miss you doang...
jadi Pangeran yang cerdik dong 😥😆
2021-03-31
2
shyme
Serem ih
2021-03-24
2