Suasana begitu tegang. Para undangan sibuk berbisik satu sama lainnya, sedangkan beberapa wartawan sibuk mengambil moment Kama dan Calina saat itu.
Ibunda ratu terdiam sejenak menatap tangan putranya yang menggenggam erat jemari Calina. Dirinya harus tersenyum lebar saat itu, kendati hatinya masih shock akan gadis kotor dihadapannya.
Kama mengeluarkan sehelai sapu tangan dari kantong celananya kemudian mulai melap debu dan pasir diwajah Calina.
"Ada apa dengan wajahku?" tanya Calina pelan.
"Kamu seperti baru saja keluar dari ladang, debu tanah melekat dengan baik diwajahmu," jawab Kama tak kalah pelan.
"Hah," Calina tertugun menatap kotor pada telapak tangan nya hingga ke pergelangan tangan.
Mengapa aku bisa sebego ini. Terlalu asik mencari bross hingga penampilanku jadi seperti ini.
"Saya ingin ke toilette sebentar," ujar Calina kemudian bergegas meninggalkan ruangan terang benderang itu.
Beberapa wartawan mulai mewawancarai Kama dan ibunya.
"Setelah menemukan pasangan buat pangeran, apakah posisi raja akan segera pindah ke tangan putra mahkota?" tanya Salah seorang wartawan.
"Ayahku masih sangat kuat dan sehat, beliau masih bisa diandalkan mengurus negara ini, sedangkan saya masih harus belajar banyak darinya," jawab Kama.
"Apa yang mulia ratu setuju dengan putri mahkota pilihan pangeran?" tanya wartawan itu lagi.
"Selama anak ku bisa bahagia, siapa pun orang itu aku pasti mendukungnya. Tanpa perlu melihat latar belakang," jawaban ratu bertolak belakang dengan isi hatinya.
"Latar belakang? Apa yang mulia maksud latar belakang gadis pilihan pangeran kurang baik?" tanya seoarng wartawan wanita.
"Dijaman yang serba modern seperti ini, seorang pemimpin harus berpikiran terbuka. Singkirkan rasisme, perbedaan status dan kasta," ucap Ratu.
"Wah anda merupakan sosok seorang pemimpin, istri dan ibu yang sangat luarbiasa yang mulia. Rakyat Artilyc begitu bangga memiliki anda," ucap seorang wartawan.
"Terimakasih," jawab Ratu.
"Kapan pernikahan akan dilangsungkan?" tanya seorang wartawan.
"Secepatnya. sebuah pesta perayaan untuk setiap lapisan masyarakat tentu saja memerlukan perencanaan yang matang. Kalian semua pasti diundang," sahut ratu Sophia ibunda Kama yang begitu gila menjaga nama baik keluarga kerajaan.
"Long life sang ratu dan long life untuk sang putra mahkota," teriak seorang wartawan senior disitu diikuti gerakan menunduk oleh semua orang diruangan itu.
Sementara itu, didalam sebuah toilete wanita.
Calina mencuci bersih wajah dan juga pergelangan tangannya. Pikiran nya menerawang pada kenyataan yang baru saja terjadi. Setelah tak mengikuti karantina bersama gadis lain, sunggguh diluar dugaan yang terpilih adalah dirinya.
Tak ada sedikitpun kebahagian pada wajah Calina. Terpilih masuk ke dalam istana berarti sebuah perang telah dimulai.
Begitu Calina keluar dari toilete, beberapa wartawan berhamburan menghampiri dirinya.
Kama langsung menarik tangan Calina. "Maaf, saya akan mengantar tunangan saya pulang. Wawancaranya bisa disambung lain hari." ucap Kama penuh wibawa.
Kama berjalan menggandeng Calina keluar dari ruangan itu diikuti sorotan ratusan pasang mata. Suasana canggung dan santat asing, dalam benak Calina hanya berharap semoga kejadian membosankan itu segera berlalu.
Kama mempersilahkan Calina masuk ke mobil pribadinya diparkiran khusus miliknya.
"Maaf yang mulia, saya kesini bersama teman teman saya," ucap Calina.
"Harley akan membawa mereka pulang dengan selamat," jawab Kama datar.
"Tapi...,"
"Ada yang ingin saya bicarakan dengan nona Calina," ujar Kama sebelum Calina sempat mengakihiri kalimatnya.
"Ah, baiklah."
Kama melajukan mobilnya keluar dari gerbang istana. Suasana begitu tenang, tak sepatah kata pun keluar dari mulut keduanya.
Setelah mendekati ArditaHouse, Kama mulai memperlambat laju kendaraannya.
"Pernikahan kita akan dilangsungkan dua minggu mendatang. Jadi besok seseorang akan menjemputmu ke istana," ucap Kama datar.
Calina berdiam membayangkan dirinya sudah berada dalam permainan yang sangat dinanti nantikannya setiap saat.
Rasa takut, gugup dan khawatir tiba tiba terlintas dalam benak Calina.
Apa jalan yang ku ambil ini sudah tepat? Bagaimana jika aku salah.
"Dalam dua minggu kedepan kamu akan belajar cara menjadi seorang wanita terhormat. Setiap tindakan kamu mulai saat ini akan sangat mempengaruhi reputasi negara Artilyc." lanjut Kama.
Calina masih tetap berdiam hingga mobil Kama berhenti didepan pintu Apartemen.
"Kamu berani mengikuti kompetisi itu berarti kamu sudah siap dengan segala kemungkinan yang terjadi. Saya harap kamu bisa diajak bekerja sama," ucap kama datar.
"Saya mengerti. Permisi," ucap Calina kemudian keluar dari mobil yang dingin dan kaku itu yang hampir membuatnya sesak nafas.
Gadis itu seperti orang bodoh. Apa dia terlalu bahagia akan menikah dengan ku hingga menjadi bodoh? Pikir Kama begitu Calina keluar dari mobilnya.
Beberapa saat setelah mobil Kama pergi, Calina menarik nafasnya panjang kemudian menghembuskan secara perlahan.
🐳🐳🐳
Tanpa menukar pakaian Calina langsung melempar tubuh nya diatas kasur empuk berwarna putih miliknya. Tanpa diliputi rasa kantuk, mata Calina terus saja terpejam. Beberapa kali ponselnya berdering namun dirinya tak menghiraukan hingga akhirnya tertidur pulas.
"Tok tok tok," suara ketokan pintu.
"Ca.. ca?" teriak Dita Lupita dan Vania dari depan pintu kamar Calina.
"Tok tok tok,"
"Caca bukain dong, kamu didalam baik baik aja kan?" teriak Vania.
Calina langsung tersadar begitu mendengar suara berisik didepan pintu kamarnya. Dengan mata buram, rambut sedikit berantakan Calina menghampiri gagang pintu. Ketiga orang temannya langsung menerobos masuk begitu pintu kamar terbuka lebar.
"Lu apa apa'an sih Ca? ga angkat angkat telpon kita," ujar Lupita.
"Iya, kami telpon berkali kali tapi nggak digubris," tambah Dita.
"Maaf gue ngantuk banget gaes, begitu nyampe langsung ketiduran," jawab Calina.
"Kami mau tau info yang jelas dari kamu Ca, itu foto kamu kan yang jadi trending topik sekarang ini?" tanya Vania.
"Hah, trending topik? Jam berapa ini?" tanya Calina sambil mengambil ponsel dalam toth bag mini miliknya.
Calina menatap pukul 22.14 pada layar ponselnya.
"Itu beneran lu kan Ca?" tanya Vania.
"Iya lah itu Calina, emang ada 2 orang wanita berpakaian sama dipesta itu?" jawab Dita.
"Coba deh lu buka dijurnal istana, Ratu sudah mengklarifikasi nama Calina sebagai tunangan putra mahkota saat ini," ujar Lupita sambil membaca baca berita terup to date pada ponselnya.
"Princess Caca," ujar Vania sambil berhambur ke pelukan Calina diikuti Dita dan Lupita.
"Selamat Putri mahkota, anda berhasil dalam misi anda," ucap Lupita.
"Hmmm, aku yang terpilih tapi kenapa kalian yang begitu gembira?" tanya Calina sambil membalas pelukan teman temannya.
"Ca, semua semua wanita dinegara ini pasti bercita cita menjadi seorang princess. Kami seneng dong bisa pamer ke semua orang, Calina sahabat kami adalah calon ratu masadepan," ujar Vania.
"Lu gak terlihat bahagia Ca," kata Dita.
"Gue lihat kalian bahagia aja itu sudah buat gue bahagia kok," ucap Calina denga senyum cerah diwajahnya. "By the way, bross gue dah ketemu belom?" tanya Calina.
Lupita menggelengkan kepalanya. "Tapi pria itu berjanji akan terus mencari bross lu sampai dapet," ujar Lupita.
"Ya udah, gue ganti baju dulu," kata Calina.
"Ca, malam ini kami tidur bareng lu ya," ucap Dita.
"Iya Ca, boleh ya," rayu Lupita.
"Boleh," Calina menuju kamar mandi dengan selembar handuk ditangannya.
🍴🍴🍴
Pagi harinya di ruang makan luas dan megah istana Artilyc.
Meja makan sepanjang 15 meter yang mampu menampung 30 orang duduk terlihat terlalu plong.
Kursi hanya diduduki oleh tiga orang. Raja Engelbert, Ratu Sophia, dan pangeran Kama.
Tradisi sopan dan santun saat makan membuat mereka tak berbicara sepatah katapun saat mengunyah makanan.
Sophia makan sepotong kecil roti pada piringnya kemudian nenarik serbet dari atas pahanya, pertanda sarapannya telah selesai.
"Kama, bawa Calina masuk istana hari ini juga. Ibu sudah menyiapkan seorang guru kerajaan untuknya. Oh ya sebelum pernikahan, minta dia menanda tangani kontrak yang ibu berikan," ucap Sophia dengan wajah datar sambil memijat mijat kepalanya.
Melihat tingkah istrinya, Engelbert saat itu juga langsung mengakhiri sarapannya.
"Istriku, gadis itu hanya sementara disini. Bukankah kesehatan putra mu jauh lebih penting? ucap Engelbert menenangkan istrinya.
"Tapi yang mulia? Membayangkan gadis itu diruangan ini saja sudah membuat pusing kepala hamba," ucap Sophia begitu sopan.
"Kama sebisa mungkin tak akan membawa Calina dihadapan ibu, kecuali jika itu hal penting," sambung Kama.
"Yah, itu lebih biak. Membayangkan gadis itu, nafsu makan ibu langsung hilang. Ingat betapa joroknya dia malam itu? Wajahnya begitu kusam dan kotor. Bagaimana pun dia akan membuat ibu jijik berada dekat dengannya," ucap Sophia sambil bergidik ngeri.
"Bu, jaga ucapanmu. Jangan sampai masalah gadis itu merusak citra baik mu dimasyarakat," ucap Engelbert.
Sophia menarik nafas dan memperbaiki posisi duduknya.
"Ya, saat ini saya hanya bisa bersabar." Sophia menunduk hormat pada suaminya.
Bersambung...
(Like like like nya yang banyak ya. 🥰)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
Nurma sari Sari
oooh....sombong nya....
2022-12-18
1
R Ghofur Hidayat
penasaran jadinya
2022-11-20
1
༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂
next
2021-07-22
1