Begitu memasuki halaman luas panti asuhan, anak anak sudah berdiri berbaris rapih menyambut kedatangan Kama dan Calina. Beberapa anak anak bersuara merdu menyanyikan sebuah lagu penyambutan diiringi petikan sebuah gitar dari seorang anak laki laki berambut keriting.
Kama dan Calina begitu menikmati moment bersama anak anak itu. Kama bahkan tertawa begitu renyah akibat kelucuan yang dibuat anak anak itu.
Setelah makan bersama, Kama membacakan mereka sebuah cerita dan membuat kodok dari kertas origami. Hingga beberapa jam kemudian tiba saatnya bagi Kama dan Calina untuk pamit undur diri.
Kama menyerahkan sumbangan dari yayasan Kerajaan, keperluan belajar dan pakaian musim dingin untuk anak anak.
Namun, sebelum beranjak dari situ, Calina menarik sebuah gitar seorang anak laki laki. Petikan gitar Calina membentuk sebuah irama merdu nan indah. Sambil melantunkan sebuah lagu kesukaannya saat kecil Calina bermain gitar dengan sangat baik. Aksi Calina saat itu membuat semua orang kagum terhadapnya.
Snowflake, snowflake, little snowflake
Little snowflake
Falling from the sky
Snowflake, snowflake, little snowflake
Falling, falling, falling, falling, falling
Falling, falling, falling, falling
Falling on my head
Snowflake, snowflake, little snowflake
Little snowflake
Falling from the sky
Snowflake, snowflake, little snowflake
Falling, falling, falling, falling, falling
Falling, falling, falling, falling
Falling on my nose
Tanpa sadar Kama telah ikut bernyanyi bersama Calina. Kama hafal dengan sangat baik isi lagu itu. Namun dia tak ingat bagaimana lagu itu bisa ada dalam otaknya.
Mereka meninggalkan panti asuhan pukul 2 menjelang sore hari.
Suasana didalam mobil begitu senyap dan tenang. Calina mencoba memulai percakapan untuk mencairkan suasana canggung saat itu.
"Ternyata yang mulia lumayan menyukai anak kecil," ucap Calina.
"Entahlah, siapa pun akan tertawa melihat tingkah lucu mereka," jawab Kama.
"Itu artinya yang mulia masih memiliki selera humor," canda Calina.
"Tentu saja. Saya juga masih seorang manusia jadi wajar jika bisa tertawa," jawab Kama tak mau kalah.
Suasan kembali menjadi senyap beberapa saat.
"Darimana kamu tau lagu tadi?" pertanyaan Kama seketika memecah kekheningan.
"Lagu litle snowflake? Lagu itu diajarkan oleh teman masa kecil saya," jawab Calina seadanya.
"Teman masa kecil, artinya kamu hanya berteman dengannya saat masih kecil," ucap Kama.
"Ya, dia hanya sebatas teman masa kecil. Saya sadar teman saya itu ternyata hanyalah seorang pengecut. Dia bersembunyi dibalik drajatnya, dia bahkan tak bisa mengenali seorang sahabat kecilnya," jawab Calina.
"Jadi kenangan yang kamu miliki bersama teman mu itu merupakan sebuah kenangan buruk," ucap Kama.
"Kenangan indah dan juga kenangan buruk. Yang mulia tak tau bagaimana caranya memiliki seorang teman," ucap Calina.
"Buat apa berteman? Apa ada gunanya?" tanya Kama.
"Kita akan memiliki banyak kenangan indah bersama teman yang bisa kita kenang saat kita kesepian. Kita akan merindukan masa masa itu, dan saat kita sedih kenangan itu akan menjadi obat penghibur hati," jawab Calina.
"Aku nggak butuh kenangan, terlebih jika itu kenangan yang menyedihkan,"ucap Kama, Wajahnya kemudian berubah menjadi sedih.
Wajar jika kamu melupakan kenangan kita. Itu semua tak bernilai dimatamu. Bahkan kamu lupa akan kematian ibu, kamulah penyebabnya. Buat apa kamu mengenangnya lagi? Pikir Calina.
Kama menatap wajah Calina yang juga tiba tiba menjadi sangat murung.
Apa kenangan yang dimiliki nya sebuah kenangan yang menyedihkan? Setidaknya kamu beruntung Calina, seburuk apa pun kenangan mu bersama teman mu setidaknya kamu masih memiliki teman. Berbeda denganku, aku selalu hidup sendiri. Pikir Kama.
"Apa yang mulia ingin berteman dengan ku?" tanya Calina tiba tiba.
"Jika kamu berteman dengan ku, maka kenangan buruk mu akan bertambah," ujar Kama.
"Ya aku tau itu, tapi setidak nya ada kisah seorang teman yang bisa ku kenang saat aku tua nanti. Walaupun itu buruk pasti akan terasa indah," jawab Calina.
Kama berdiam sejenak.
"Baiklah, ayo kita menjadi teman," ucap Kama.
Calina mengangkat jari kelingking nya kemudian mengaitkan dengan dengan jari kelingking Kama di akhir dengan posisi jempol saling menempel.
"Janji, sebagai teman dan cap jempol," ujar Calina.
Lagi lagi perbuatan yang dilakukan Calina sangat tidak asing dalam benaknya. Kama merasa pernah melakukan gerakan jari seperti itu.
Ahhh, mungkin ini hanya de javu. Pikir Kama.
"Harley, mampir mampir ke toko musik sekarang," pinta Kama.
"Buat apa tuan?" tanya Harley.
"Aku ingin membeli sebuah gitar," ucap Kama.
"Baik tuan," ucap Harley kemudian mengubah arah jalur mobil menuju sebuah toko pusat alat musik yang sangat lengkap.
"Kita sudah sampai, tuan ingin membeli gitar seperti apa?" tanya Harley.
"Saya akan memilih sendiri gitar yang saya suka, kamu bisa menunggu disini. Calina ayo ikut saya," ucap Kama.
"Tuan, apa tuan tidak butuh masker dan kacamata hitam?" tanya Harley.
"Buat apa? Apa saya seorang pencuri? Jika harus menyamar kenapa harus pakai mobil kerajaan?" Kama menunjuk bendera kerajaan yang terpajang didepan mobil.
"Hati hati yang mulia," teriak Harley begitu kama dan Calina keluar dari mobilnya.
Memasuki pintu toko alat musik.
"Selamat datang yang mulia putri. Selamat berbelanja," sapa ramah sang penjaga pintu.
Calina hanya tersenyum cerah kemudian terus berjalan menuju berbagai macam gitar menggantung.
Beberapa pengunjung menunduk memberi hormat pada Calina dan Kama. Bahkan seorang gadis kecil imut bersama ibunya mendekati Calina dengan sebuah pulpen dan kertas.
"Yang mulia, saya bisa minta tanda tangan?" ucap gadis kecil itu.
"Tentu saja bisa sayang," balas Calina ramah sambil meraih pulpen dan kertas ditangan gadis kecil itu. "Nama kamu siapa?" tanya Calina.
"Nama saya Adriane," jawab gadis itu.
Calina menandatangani kertas itu dan meninggalkan sebuah catatan kecil untuk Adriane disana. Calina mengembalikan kertas Adriane kemudian memeluk nya.
"Terimakasih yang mulia," ucap Adriane dan ibunya bersamaan.
Kama dan Calina melanjutkan kegitan mereka. Sebuah gitar model klasik berwarna hitam menjadi pilihan Kama.
Dia membeli sebuah gitar yang hampir sama persis dengan gitarnya dulu. Pikir Calina.
"Ayok, sebelum orang orang semakin banyak mengerumuni dirimu," ucap Kama sambil menggenggam tangan Calina agar ikut dibelakangnya.
"Kenapa orang orang itu ingin mengerumuniku?" tanya Calina.
Kama mengeluarkan sebuah platinum card berwarna hitam untuk membayar gitar yang tidak seberapa mahal itu.
"Terimakasih sudah berbelanja disini yang mulia," ucap seorang kasir usai Kama dan Calina melakukan pembayaran.
"Jika mereka tau kamu ada didalam situ, semua orang akan menyerbu kita disitu." ujar Kama yang tanpa sadar terus menggenggam tangan Calina.
Wajah Calina masih terlihat bingung, berjalan mengikuti Kama.
Ilustrasi Kama dan Calina
Begitu tiba dimobil Kama menyerahkan tab berisikan semua berita tentang Calina. Foto foto dalam berbagai pose senyum terpampang disana. Dimana pun Calina pergi, dirinya telah menjadi pusat perhatian masyarakat.
"Ini artikel saat kita menghadiri pesta malam itu," ujar Calina.
"Ya bahkan otak otak makanan kesukaan mu juga tertulis disitu. Sekarang orang orang harus mengantri untuk membeli otak otak dihotel Starlight," ujar Kama.
"Sampai seperti itu?" ucap Calina seakan tak percaya.
"Setiap surat kabar dan majalah majalah sedang mengantri untuk wawancara dengan mu," ujar Kama lagi.
"Trus? Kenapa aku tak tau?" tanya Calina.
"Ibu mengatakan kita sedang berbulan madu. Dia mengatur sebisa mungkin agar media sedikit mengurangi mengekspos dirimu," ujar Kama.
"Ya aku mengerti," ucap Calina.
Ibu mu hanya tak ingin aku membongkar keburukan dan aib dalam istana.
"Berita online terbaru, tuan dan nona saat di panti asuhan juga sudah tersebar. Mungkin sebentar lagi foto foto tuan dan nona membeli gitar akan segera dirilis." ujar Harley.
"Saat ini Rakyat seperti memilik idola baru. Mereka mencintai mu karena latar belakang mu." ujar Kama.
Mereka berpikir menikahi seorang pangeran adalah kebahagiaan terbesar didunia ini. Padahal kami tidak berada dalam satu ruangan yang sama saat tidur. Bahkan saat makan pun kami makan masing masing.
Calina teringat akan Odette, wanita yang lebih sering bersama Kama akhir akhir ini.
Begitu tiba diistana. Sebelum meninggalkan mobil Kama menarik tangan Calina.
"Calina, nanti malam makan bersama ku," ujar Kama.
Calina mengangguk, pertanda setuju.
Setelah berteman, Kama lebih sering memegang tangan ku. Ya baguslah, semakin aku dekat dengannya semakin aku bisa mengungkap kejadian 15 tahun yang lalu. Dia dan ibunya harus meminta maaf pada mama.
Bersambung...
(Yang sudah like ayo koment. Jika ada salah kata dan penulisan mohon dimengerti. Author sedang menulis sambil membayangkan wajah Kama 🥰)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
R Ghofur Hidayat
kapan malam pertamanya
2022-11-20
1
༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂
01.27 dah larut
2021-07-22
1
Windy Veriyanti
dimulai dengan berteman...
selanjutnya?... 😉
2021-03-31
2