Malam hari dikediaman Kama dan Calina.
"Calina, Calina?" panggil Kama.
"Tuan, mungkin nona Calina sedang mandi," tebak Harley.
"Ya udah, kamu letakkan makanan nya disitu," ucap Kama sambil menunjuk ke sebuah meja makan.
"Tapi tuan dimeja ini sudah sangat penuh dengan makanan," ucap Harley.
"Ya udah, terserah kamu aja mau taru dimana." Kama berjalan mengitari ruangan Calina yang sudah didesign sendiri oleh Calina.
Wallpapper kayu berwarna coklat membuat suasana terasa hangat dan segar jika dipadukan beberapa tanaman dalam pot.
"Tuan, saya menaruh makanan anda diatas kotak kayu," ujar Harley.
Kama menatap keluar jendela besar dimana taman yang sedang dibuat Calina berada.
Ngapain repot repot, kan ada tukang kebun. Seperti nggak ada kerjaan lain. Pikir Kama.
Beberapa saat Rosa muncul dengan semangkok sop hangat ditangannya. Menyusul Calina berjalan dibelakang Rosa. Mereka baru saja membantu para koki didapur memasak menu buat mereka sendiri.
"Yang mulia? apa yang anda lakukan disini?" tanya Calina begitu melihat Kama berdiri dekat jendela.
"Bukankah tadi sudah saya bilang akan makan malam bersama?" ucap Kama.
"Ya, saya ingat."
"Nona, tuan membawa makanan. Tapi sepertinya meja makan anda terlalu kecil. Jadi saya menaruh makanan nya diatas kotak kayu itu," ujar Harley sembari menunjuk sebuah kotak dibagian dalam ruangan.
"Ya, meja makan saya hanya cukup untuk dua orang saja. Rosa, ambilkan karpet dari gudang,"
"Nona, karpetnya diletak dimana?" tanya Rosa sambil menenteng gulungan karpet.
"Samping jendela," jawab Calina.
Rosa menghampar karpet kuning tersebut ke lantai kemudian menaru makanan ke atas karpet termasuk makanan yang dibawa Kama.
"Saya tidak terbiasa makan dilantai," ujar Kama datar.
"Dicoba aja dulu, pasti kamu akan terbiasa. Beginilah kalau kita camping dihutan, kan gak mungkin camping bawa kursi dari rumah kan," kata Calina.
"Tapi kita sekarang nggak lagi dihutan," sanggah Kama.
"Ayo duduk," Calina menarik pelan tangan Kama. "Kalian berdua juga duduk," ajak Calina.
Calina berdiri menekan tombol saklar pada dinding dibelakangnya. Lampu taman dismping menyala menerangi tanaman disekitar situ.. Taman yang dibuat Calina terlihat semakin cantik ketika disorot lampu warna warni.
"Menu apa ini?" tanya Kama menunjuk sebuah mangkok berisi kuah.
"Itu sop kepiting. Cibalah, kamu pasti suka. Itu, ikan kakap, itu ayam santan, itu udang bakar, itu daging cincang pedas dan itu telur dadar pedas," jelas Calina sambil menunjuk satu persatu menu dihadapan nya.
"Tuan hanya membawa bistick sapi, kentang dan pasta," jelas Harley.
"Makanan kamu serba berminyak dan pedas," protes Kama lagi.
"Minyaknya terbuat dari minyak jagung, jadi sangat aman," jelas Calina sambil mengambil sepotong ikan ke atas piring Kama. "Cobalah dimakan, koki didapur sangat mahir mengeluarkan tulangnya. Jadi yang mulia bisa makan dengan tenang."
Calina meletakkan satu persatu menu yang direquestnya didapur istana ke piring Kama.
"Enak enak. Saya sudah makan sangat banyak, jika makan terus bisa muntah," Kama menolak sodoran makanan ke atas piringnya.
"Tuan, air untuk anda," Harley memberi segelas air putih pada Kama.
"Jika sudah selesai makan ajari aku bermain gitar," ucap Kama datar.
"Siapa? Siapa yang ajarin siapa?" tanya Calina kurang mengerti.
"Kamu ajari aku main gitar. Aku sangat ingin menguasai alat musik itu."
Harley kemudian mengambil gitar dari ruangan sebelah, membawakan gitar itu untuk Calina.
"Nona," ucap Harley sambil menyerahkan gitar ke tangan Calina.
"Bukan nya pangeran sangat mahir bermain gitar?" tanya Calina.
Yang mengajari gue main musik adalah pangeran, bahkan dialah yang membuatku menyukai lagu snowflake.
"Saya tidak begitu suka gitar. Tapi saat mendengar suara gitar hatiku langsung merasa senang."
"Baiklah, guru akan mengajari yang mulia sekarang."
Alunan merdu lagu snowflake mulai mengalun indah, petikan demi petikan sangat tak asing bagi Kama. Seperti ada perasaan hangat dengan lagu tersebut.
Usai menyanyikan dua penggal bait, Calina meletakkan gitar itu ke tangan Kama.
"Ini, coba lah. Aku yakin kamu pasti bisa," ujar Calina begitu yakin.
Kama meletakkan gitar pada posisi yang tepat kemudian mulai memainkan irama lagu snowflake. Jemarinya bergerak begitu saja. Tangga nada yang pas dan not tak ada satupun yang meleset.
"Wah Tuan, ternyata anda sangat mahir memainkan alat musik itu," ucap Harley.
Apa apaan ini? Sejak kapan aku bisa bermain gitar? Ini pertama kalinya aku memegang alat ini. Dan lagu ini? Bagaimana mungkin?
Kama meletakkan gitar itu kemudian meninggalkan Calina, Harley dan juga Rosa.
"Nona saya permisi," ucap Harley kemudian menyusul Kama keluar dari ruangan itu.
"Ada apa dengan tuan muda, wajahnya terlihat aneh?" tanya Rosa.
"Dia mungkin sedang bingung, tiba tiba bisa sangat mahir bermain gitar, haha." ucap Calina sambil tertawa senang.
Rosa menatap wajah Calina kebingungan.
"Tuan pergi eh malah diketawain."
"Oh ya, tumben hari ini Kama makan disini. Apa tunangannya itu nggak berkunjung?" tanya Calina.
"Ya bisa jadi, yang mulia pangeran mulai bosan dengan tunangannya."
🌿🌿🌿
Sementara itu diruang pribadi Ratu Sophia.
Mata Sophia terlihat tegang menatap layar ponsel ditangan nya. Rasa jengkelnya tiba tiba muncul. Setiap artikel yang dibacanya semua terpampang wajah Calina.
"Apanya yang baik soal gadis itu? Dia hanyalah seorang yang beruntung bisa menikahi putra mahkota. Tanpa itu apa dia akan dilirik rakyat?" Sophia menutup layar ponselnya diatas meja.
Sophia menatap ke halaman luas diluar jendela. Sebuah ide ide muncul dalam benaknya.
Cinderala itu tak boleh terlalu lama diistana ini. Aku akan membuat dirinya tidak betah berada disini. Semoga dia segera pergi jauh.
"Stacey," teriak Sophia.
"Ya yang mulia?"ucap seorang pelayan wanita Sophia.
"Apa Raja sudah dikediamannya?" tanya Sophia.
"Sudah yang mulia, dan wanita itu sedang bersama yang mulia," ucap Stacey.
Sophia mengepalkan telapak tangannya menahan amarah.
"Perhatikan jika wanita itu sudah pergi, saya akan mengunjungi yang mulia Raja," ucap Sophia.
"Baik yang mulia,"
Dalam hidupku, segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya. Aku begitu kesepian berada didalam tembok besar ini. Tak ada yang mengerti dan peduli. Aku hanya bisa bertahan didalam kemegahan ini dan tergar dalam kepura puraan.
🍂🍂🍂
Keesokan siang.
"Nona ingat, yang mulia Ratu mengundang anda makan siang bersama siang ini," ucap Rosa mengingatkan.
"Iya, ini sudah ketiga kalinya kamu mengingatkan hal itu Rosa. Aku sudah tau," ucap Calina cuek.
"Tapi anda belum siap padahal sudah hampir jam 12," ucap Rosa lagi.
"Ini kan hanya undangan makan siang, kenapa harus terlihat sangat formal?" tanya Calina sambil terus menaruh tanah didalam pot bunga besar yang baru dibelinya.
"Nona, saya hanya tak ingin yang mulia ratu mengucilkan anda. Dia tidak menyukai anda, pasti ada aja alasannya untuk menyudutkan anda jika anda terlambat," ucap Rosa.
"Bagaimana pun baiknya aku, dimatanya akan selalu terlihat sama. Aku hanya rakyat rendah baginya. Buat apa aku menghormatinya berlebih jika dia tak pernah menerimaku?" ucap Calina.
"Tapi nona...," ucap Rosa prihatin.
"Ya sudah, aku mandi." Calina meninggalkan yang sedang dikerjakannya kemudian berjalan masuk.
Rosa membantu Calina memilih pakaian, berdandan kemudian membantu menguncir rambutnya.
"Rosa, apa kamu pikir aku akan menghadiri pesta dansa?" tanya Calina menatap rambutnya yang telah digulung cantik.
"Nona, saya hanya sedang berusaha membuat anda terlihat sempurna. Yang mulia ratu pasti akan mencari cari kekurangan anda kemudian mulai menjatuhkan anda." ucap Rosa.
"Tapi...," bantah Calina dengan wajah kurang senang.
"Sudah lah, ayo jalan. Anda sudah sangat cantik." Rosa mendorong Calina keluar dari kamar kemudian ikut berjalan dibelakngnya. "Saya akan mengantar anda hingga depan ruang makan."
"Sudah kamu stay disini, saya bisa sendiri," Calina berjalan laju menuju meninggalkan Rosa. Ruang makan berjarak kira kira 150 meter dari kediamannya.
Setiap bersua dengan beberapa pelayan, Calina akan tersenyum kemudian menyapa. Membuat dirinya menjadi begitu akrab dengan setiap pelayan diistana itu.
Bahkan Calina sering bertukar pikiran dengan beberapa tukang kebun ditaman istana itu. Tak pernah ada batasan antara dirinya dan para pelayan.
Memasuki ruangan makan. Dua orang pelayan yang berdiri didepan pintu menyambutnya hangat kemudian mempersilahkan dirinya masuk.
Suasana begitu tenang diruangan itu, hingga langkah kaki Calina terdengar begitu jelas.
Sosok yang terlebih dahulu ditangkap oleh matanya adalah Kama. Kama duduk disamping kanan Sophia bersama seorang wanita asing disampingnya.
"Salam yang mulia Ratu," ucap Calina sembari menundukkan kepalnya.
"Silahkan duduk," ucap Sophia sembari tangan nya menujuk kursi disebelah kirinya.
"Calina, perkenalkan ini Odette Helshing, putri dari Duke Edmound yang saat itu menjadi pendamping mu saat kamu menikah," jelas Ratu.
"Senang bertemu anda yang mulia," sapa Odette akrab dan ramah.
"Kamu bisa memanggilnya Calina, mungkin kalian seumuran," sanggah Sophia.
"Salam kenal," Calina menundukkan sedikit kepalanya memberi salam.
Ilustrasi Calina
Bersambung...
(Semoga para readers suka dengan cerita author pemula ini. Jangan lupa dilike dan Komentar jika suka dengan ceritanya)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
༂𝑶𝒑𝒑𝒂👑ˢQ͜͡ᵘⁱᵈ༂
permainan dimulai
2021-07-22
1
shyme
Berteman aja kok repot. 👍🏻
2021-03-22
2
BELVA
mampir kembali di novel ku ya ka
#gadis imut diantara dua raja
mksh ya ka
2021-02-04
1