Sejak mengetahui dirinya berbeda dari orang lain, Senja pun tambah menutup diri. Untuk menghindari hal yang tak diinginkan, Senja pun resign dari tempatnya bekerja. Semula semua teman tak percaya dengan keputusannya, tapi mereka mencoba mengerti saat Senja bilang akan pulang kampung menemani ibunya.
Ibu Senja, Rusti, adalah orang yang sama tertutupnya dengan Senja, bahkan lebih parah. Rusti juga enggan berinteraksi dengan tetangga di sekitarnya. Ia membesarkan Senja tanpa suami. Ayah Senja, Genta, hilang setelah kejadian heboh di kampungnya.
Saat itu bulan purnama nampak penuh di langit malam. Genta bersama beberapa pria yang juga warga desa, berjalan pulang dari kota menuju ke desa tempat anak dan istrinya tinggal. Genta dan keluarga kecilnya adalah warga pendatang di desa mereka.
" Kok ada orang ngerokok ya di tengah hutan kaya gini," kata seorang warga.
" Mana ?" tanya yang lain.
" Itu...," kata warga yang mengira ada orang merokok.
Mereka menoleh ke arah titik api sebesar bara pada rokok, memandanginya sejenak. Tapi mereka terkejut saat titik api itu bergerak melayang ke arah mereka dan perlahan membesar lalu mengejar mereka dengan cepat.
" Lariii...!" teriak Genta yang menyadari bahwa itu adalah sang banaspati, siluman api yang mengejar dan memangsa manusia.
Genta bersama beberapa pria itu nampak berlari menghindari kejaran bola api ( banaspati ) yang mengikuti mereka sejak masuk perbatasan desa. Mereka terus berlari hingga terjatuh, bangun dan jatuh lagi mencoba lari sejauh mungkin. Banaspati yang semula hanya setitik kecil api, makin lama membesar dan menakutkan. Mengejar siapa saja yang dijumpai.
Banaspati baru berhenti mengejar setelah mereka tiba dekat rumah Mbah Towo, salah seorang sesepuh desa.
Mereka istirahat sejenak dekat pintu rumah Mbah Towo. Tapi belum lama duduk, mereka mendengar suara bergemerisik dari arah pepohonan samping rumah Mbah Towo.
Mereka memperhatikan sesuatu yang nampak bergerak. Saat itu Genta yang membawa parang berniat mendekati pohon yang bergerak mencurigakan.
" Ati-ati Mas..., kayanya Banaspati ngikutin Kita...," kata Musa ketakutan.
" Tenang aja Kang Mus, Saya bawa parang, kalo ada apa-apa tinggal tebas aja," kata Genta.
Musa dan beberapa pria itu pun ikut mendekati pohon dengan berlindung di belakang Genta. Saat daun-daun pohon disibak, tampak sebuah kepala berambut panjang tanpa badan sedang memakan bayi manusia yang tinggal separuh.
Semua pria itu terkejut dan lari, tinggal Genta yang memandangi hantu kepala tanpa badan di depannya dengan mata melotot tanpa suara.
Si hantu kepala itu juga sama terkejutnya seperti Genta. Ia memandangi Genta tanpa suara, lalu segera melesat pergi meninggalkan Genta di sana tanpa melukai Genta sedikitpun.
Tubuh Genta merosot ke tanah dengan keringat yang membanjiri wajah dan tubuhnya. Ia seperti tak percaya melihat hantu tanpa badan barusan. Dengan kaki gemetar, Genta memutuskan meninggalkan teman-temannya yang masih berdiri takjub disana.
" Mas Genta, mau kemana ?, tunggu disini dulu, nanti hantu kepala itu ngejar lho...," seru Musa mengingatkan.
" Saya kawatir sama anak dan istri Saya dirumah Kang Mus..., Saya duluan ya...," kata Genta dengan suara bergetar karena takut.
Tapi akal sehatnya menuntunnya untuk segera pulang.
Mendengar ucapan Genta, para pria yang sedang berlindung di rumah Mbah Towo pun tergugah. Mereka teringat keluarga mereka masing-masing yang pasti ketakutan jika hantu kepala itu menyatroni rumah mereka.
Mereka bergegas kembali ke rumah masing-masing dengan keberanian yang tersisa.
Kejadian yang dialami Genta, Musa dan beberapa pria itu menimbulkan kehebohan di kampungnya. Cerita pun beredar dari mulut ke mulut dengan beberapa tambahan agar cerita terdengar menyeramkan. Sedangkan Genta tak lagi dijumpai sejak malam itu. Banyak yang bilang Genta mengenali sosok hantu kepala tanpa badan itu, sehingga ia dibunuh dan mayatnya dibuang entah kemana untuk tutup mulut.
Senja yang saat itu baru berusia lima tahun terus merengek pada sang ibu menanyakan keberadaan ayahnya.
" Ibu..., Bapak kemana sih. Kok ga pulang-pulang ?, Senja kangen sama Bapak...," rengek Senja.
Rusti tak bisa menjawab pertanyaan sang anak, hingga ia pun mulai malas bicara.
" Buuu..., emang Bapak diculik makhluk halus ya Bu ?" tanya Senja di lain waktu.
Rusti diam, dan hanya memberi isyarat dengan tangan dan matanya jika sedang berkomunikasi.
" Kata temen-temen Bapak diculik dan dibunuh makhluk halus, terus badannya dipotong-potong dikasih ke buaya Bu...," jerit Senja sambil menangis.
Rusti tetap diam membisu. Hanya menatap kosong kearah Senja, sambil mengelus kepalanya dengan sayang.
Lalu orang desa mulai menyebutnya si bisu. Rusti jadi bisu sejak kepergian suaminya. Warga desa beranggapan jika Rusti merasa sangat terpukul dan tak bisa menerima kenyataan ditinggal sang suami.
Rusti tetap membisu hingga Senja dewasa dan memutuskan hijrah ke kota lain.
Senja berniat mengajak sang Ibu pindah agar bisa melupakan kenangan buruk tentang Genta, ayah Senja. Tapi Rusti menolak. Ia memilih tinggal di desa itu. Ia kawatir suaminya suatu saat datang dan kesulitan mencarinya jika ia pindah.
Senja terpaksa meninggalkan sang Ibu untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Senja rutin mengirim uang setiap bulannya untuk sang Ibu. Senja kawatir dan menitipkan keselamatan ibunya pada Musa, teman ayahnya.
Beberapa bulan setelah kepergian Senja, Rusti menghilang. Ia pergi meninggalkan rumah menuju hutan. Rusti pergi untuk mencari anak dan suaminya. Warga desa menduga Rusti jadi gi*a sejak ditinggalkan anak dan suaminya.
Berhari-hari warga desa mencari, tapi tak nampak keberadaan Rusti di manapun. Akhirnya warga menyerah dan mengabarkan Senja apa yang terjadi. Senja masih berusaha mencari petunjuk di rumah orangtuanya. Senja merasa agak ganjil tapi tak tahu harus kemana mencari jawaban.
Kini Senja sebatang kara di dunia ini. Senja memutuskan pindah dari rumah lamanya.
Setelah hijrah, Senja bekerja di sebuah rumah makan. Ia biasa mengambil waktu istirahat sore hari untuk menemui sahabat ciliknya.
Senja memang menyukai anak kecil, bukan untuk memangsanya, tapi lebih karena ia menemukan kebahagiaan saat bersama mereka.
Senja rela melakukan apapun untuk membuat sahabat ciliknya tertawa bahagia. Misalnya dengan memberi mereka makanan, buku-buku, dan sekedar berbagi cerita setiap hari.
Senja tak memiliki ambisi atau keinginan apapun seperti gadis lain yang seusianya. Memiliki pacar atau sekedar menggemari artis idola saja tak Senja lakukan. Senja hanya ingin menikmati kebersamaannya dengan anak-anak itu.
Hingga ia bertemu Bayan, seorang pria dewasa yang menggugah nuraninya yang mati itu dengan satu kata, cinta.
Walau tak mengerti apa arti cinta, tapi Senja hanya manusia biasa yang juga punya perasaan. Ia merasa nyaman dengan kehadiran Bayan yang berkali-kali mengujinya, ia merasa ada yang 'hilang' jika Bayan tak datang menemuinya dalam jangka waktu tertentu.
Senja pun mencari tahu apa itu cinta melalui buku yang dipinjamnya di perpustakaan. Setelah mengerti dengan perasaannya, Senja takut untuk memulai karena ia yakin pasti akan berakhir kecewa.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Wulan Sari
lanjut kak ceritanya seru
2024-01-01
1
Tama Situmorang
menarik sekali ..
2023-09-19
1