Surya masih memeluk istrinya yang menangis.
" Aku harus pergi sekarang. Percayalah, Aku tak menghiananti pernikahan Kita," kata Surya meyakinkan.
Sulastri hanya diam dan membiarkan Surya pergi meninggalkannya.
" Aku tak punya bukti. Tapi instingku tak pernah salah. Kau main api, maka Kau harus siap terbakar...," gumam Sulastri.
Sulastri terpaksa bertahan hanya karena ingin memberikan keluarga yang utuh untuk anak-anaknya. Tapi rasanya Sulastri ingin menyerah.
Sulastri kembali menyeka air matanya. Ia merasa melakukan hal benar dengan membantu Bayan. Ia berdiri, melangkah ke dalam kamar dan bersiap-siap dengan segala kemungkinan terburuknya.
\=\=\=\=\=
" Bukti sudah Kita dapatkan. Tinggal eksekusi aja Pak," seru sang pengacara.
" Bagus. Kita tunggu sebentar lagi...," kata Bayan sinis.
Rama dan Riko yang ada di ruangan itu berdecak kagum pada kinerja Bayan. Sungguh jika seperti ini, Bayan jadi sosok yang berbeda dari kesehariannya.
Surya diamankan polisi saat sedang berlibur dengan istri simpanannya. Dia terbukti bersalah telah menggelapkan uang kerjasama untuk pembelian alat berat.
Surya yang memang sudah bangkrut itu mencoba peruntungannya dengan menjadi wakil perusahaan milik temannya yang bekerjasama dengan perusahaaan Bayan. Surya sengaja menandatangani pengeluaran fiktif, sehingga terkesan sudah membayar untuk pembelian alat berat itu. Tapi ia dengan licik memutar balikkan fakta, hingga Bayanlah tertuduh korupsi.
Sulastri dan Lila ikut terseret dalam kasus ini. Meskipun tak harus ikut masuk bui.
Bayan menyelamatkan mereka berdua melalui pengacara pribadinya, yang berhasil membereskan kericuhan yang dibuat Surya.
" Jangan salahkan Mas Bayan..., Papamu yang telah menghancurkan Kita dengan keserakahannya. Mama tau apa yang dia lakukan. Bahkan dia tega mengorbankan anaknya sendiri agar bisa mencapai kesepakatan bisnisnya...," isak Sulastri.
" Maa..., Mama..., Papa yang suruh Aku. Papa ngancam kalo Aku ga nurutin perintahnya, Papa bakal nyebarin foto Aku sama pacar Aku...,Aku terpaksa Ma. Aku juga jijik, tapi Aku takut...," rintih Lila.
" Kamu tanggung akibat dari semua kesalahanmu sendiri. Mama lelah, jangan ganggu Mama...," Sulastri berlalu dengan rasa kecewa di hatinya, meninggalkan Lila yang masih menangis di ruang depan rumah mereka.
" Pantas saja Bayan menolak Aku berkali-kali. Rupanya ia sudah tau kalo Aku ini kotor dan menjijikkan...," keluh Lila sambil meremas ujung bajunya.
Lila meraba perutnya, kini ada janin di rahimnya. Celakanya, ia tak tahu ayah dari janin yang dikandungnya itu.
Lila melempar vas bunga di sampingnya hingga hancur, lalu ia berlari masuk ke kamarnya dengan perasaan yang juga hancur.
\=\=\=\=\=
Senja asyik membaca di sebuah perpustakaan. Senja tak menyadari seseorang datang dan duduk di sampingnya.
Beberapa saat tak ada suara, hingga Senja selesai membaca dan menutup bukunya.
Senja terkejut saat orang di sampingnya menyodorkan kopi susu hangat yang dibawanya.
" Untukmu...," kata Bayan, pria yang duduk di samping Senja.
" Kamu...," Senja menatap sekilas ke arah Bayan, lalu menerima kopi pemberian Bayan dan meneguknya pelan.
" Apa kabar...?" tanya Bayan ramah.
" Mmm..., baik. Kok bisa tau Aku disini ?" tanya Senja.
Bayan hanya menggedikkan bahunya, sambil meneguk pelan kopi yang dipegangnya.
Senja menatap Bayan, ia melihat perubahan pada diri Bayan. Agak kurus, dengan rambut yang mulai gondrong, kumis dan jenggot yang juga mulai tumbuh, terlihat acak-acakan. Biasanya Bayan akan tampil rapi dan bersih. Tapi sekarang...
" Kenapa ?, kangen...?" tanya Bayan usil.
" Ck..., ga usah ge-er. Cuma bingung aja, biasanya kan rapi, tapi kok sekarang kaya tikus kecebur got...," kata Senja menahan senyum.
" Hmmm..., banyak urusan. Ga sempet ngerapiin penampilan. Lagian ga akan ada bedanya, rapi atau ga. Kamu tetep nolak Aku...," kata Bayan santai.
" Jangan mulai lagi. Kita bisa jadi temen kan...?" tawar Senja.
" Temen...?, boleh lah...," kata Bayan mengalah.
Bayan berharap dari kata sederhana itu akan menjadi dalam maknanya suatu hari nanti. Bisa jadi teman makan, teman jalan, teman tidur, bahkan teman hidup. Bayan pun tersenyum diam-diam.
Sejak saat itu Bayan dan Senja pun 'berteman' akrab.
\=\=\=\=\=
Senja bukan tak mengerti keinginan Bayan. Sisi manusia Senja juga ingin menerima Bayan dalam hidupnya. Tapi sisi 'lain' Senja menolak keras kehadiran Bayan.
Senja bukanlah gadis biasa. Di dalam dirinya mengalir darah siluman yang belum lama disadarinya ada dan mengalir dalam darahnya.
Waktu itu Senja menjenguk temannya yang baru saja melahirkan. Bersama teman sekantornya Senja pergi ke Rumah Sakit Bersalin. Setelah berbincang sejenak, mereka memutuskan untuk melihat bayi temannya itu di kamar bayi. Melalui kaca pemisah ruangan mereka bisa melihat bayi yang ada di box bayi.
Keanehan terjadi saat Senja melihat beberapa bayi yang ada dihadapannya. Senja tiba-tiba merasa panas di sekujur tubuhnya, padahal AC di ruangan tetap menyala. Senja juga merasa sangat haus hingga ia merasa lehernya seperti terbakar. Apalagi saat mencium aroma tubuh bayi yang kebetulan lewat dan baru saja dibawa perawat untuk disusui ibunya.
Senja menggeram, suara geramannya ia tutupi dengan sapu tangan yang selalu dibawanya. Karena tak kuat dengan keanehan yang dirasakannya, Senja berlari keluar dengan nafas terengah-engah. Ia berhenti di halaman dekat tempat parkir.
Senja lalu duduk dan tak sengaja menoleh ke arah kaca mobil.
Senja terkejut saat melihat pantulan wajahnya di kaca mobil. Ia melihat wajahnya tampak menyeramkan. Alis matanya nampak mencuat ke atas, cuping hidung melebar, saat ia membuka sapu tangan dari mulutnya tampak lah kedua taring menyembul dari sudut mulutnya. Senja shock tak yakin dengan pantulan yang dilihatnya.
Karena takut dan tak ingin temannya tahu, Senja pun lebih dulu meninggalkan Rumah Sakit Bersalin itu.
Senja pulang dengan ojeg motor yang kebetulan banyak di depan Rumah Sakit itu. Senja menutupi wajahnya dengan saputangan yang dibawanya.
Sang pengendara ojeg tak merasa curiga sedikitpun dengan sikap Senja saat itu. Senja tiba di depan rumahnya, setelah membayar ongkos ojeg, ia bergegas masuk ke dalam rumahnya. Tak digubrisnya teriakan tukang ojeg yang mengatakan bahwa Senja memberi uang terlalu banyak untuk bayarannya. Setelah menunggu beberapa menit, tak ada tanda-tanda pemilik rumah akan keluar, sang tukang ojeg pun memacu kendaraannya meninggalkan rumah Senja.
Di dalam rumah, Senja segera bercermin. Dan ia berteriak saking terkejutnya.
Ia melihat pantulan wajahnya dengan lebih jelas di depan cermin. Senja bingung dan ketakutan.
" Ini apa..., kenapa wajahku seperti ini..., Apa yang terjadi...?" rintih Senja dalam kebingungannya.
Ia pun terduduk dia atas tempat tidur dan mulai menangis. Karena lelah menangis, Senja pun tertidur.
Dalam tidurnya Senja seperti dibawa ke suatu masa dimana jaman belum secanggih sekarang. Dia melihat dirinya, bukan, orang yang mirip dengannya sedang diikat di tiang kayu dan dibakar. Nyala api mulai merambat ke pakaian wanita itu. Wanita yang mirip Senja itupun menjerit kesakitan. Ia menangis dan minta ampun agar orang-orang yang mengelilinginya mau menolongnya. Tapi tak ada yang bergerak.
Seorang yang paling tua diantara mereka, mungkin dukun, mulai merapal aji-ajian sambil memaki si wanita dengan bahasa yang asing buat Senja.
Si wanita berkali-kali membantah sambil menggelengkan kepalanya.
Setelah lama tak mendapat pertolongan, akhirnya wanita itu mati secara mengenaskan. Tubuhnya habis terbakar, hitam, gosong. Setelah memastikan tubuh wanita itu tak bergerak alias mati, orang-orang pun meninggalkan mayat wanita itu begitu saja.
Senja memberanikan diri menghampiri mayat wanita itu. Diperhatikannya secara seksama, tiba-tiba wanita yang mati terbakar itu membuka matanya.
Saking terkejutnya, Senja sampai mundur beberapa langkah ke belakang.
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 249 Episodes
Comments
Herry Ruslim
nenek buyut si senja,entah di negeri mana... ngasih penglihatan mimpi ke senja
2022-11-13
3