Di sebuah tempat yang sangat luas, terang dan bercahaya. Tenang dan damai.
Tresa terbangun, Ia langsung menyadari bahwa dirinya sudah mati dan sedang berada di Alam Lain. Ia berbaring dengan tatapan kosong, dan merenung.
"Syukurlah... Anggap saja aku gagal dan... Lebih baik aku mati saja." Tresa memejamkan matanya.
Keadaan yang tenang dan sunyi itu, hampir membuat Tresa tertidur. Saat itu, secara tiba-tiba Sang Dewi datang ke hadapan Tresa yang sedang dalam keadaan setengah tidur.
"Xitresax."
Mendengar ada yang memanggil namanya, Tresa terbangun. Ia duduk dengan merentangkan kakinya, lalu melihat ke arah Sang Dewi.
"Kau..."
"Kelihatannya kau mati konyol." Ucap Sang Dewi, menyindir. Namun Tresa hanya diam saja tidak menjawabnya.
"Namun tetap saja Xitresax... Perjalananmu belum sama di sini, kau akan melanjutkannya... Ke kehidupan yang berikutnya."
"Maksudmu... Surga atau Neraka?"
"Tidak. Kau akan bereinkarnasi lagi menjadi orang lain."
Pernyataan itu membuat Tresa terkejut, karena Ia berpikir semuanya telah usai.
"Kenapa kau harus bereinkarnasi lagi? Karena kekuatan itu, yang bahkan sekarang hinggap di tubuhmu, belum... Sama sekali belum kau hancurkan."
"Tapi! Kekuatan itu masuk ke dalam portal, dan penciptanya pun sudah mati. Apalagi yang harus kuhancurkan? Aku tidak menginginkan itu semua! Aku hanya mau melanjutkan hidup di Alam Atas saja..." Ketua Tresa, Ia tidak mau menerima itu semua, Ia sudah tidak ingin bereinkarnasi lagi, dan hanya ingin pergi ke Alam Atas dengan tenang.
"Kau akan pergi ke Alam Atas. Jika kau menyelesaikan tugasmu. Ini adalah pilihanmu sejak awal, kau tidak bisa menghindarinya begitu saja."
Tresa terdiam sejenak... Lalu Ia menyadari sesuatu bahwa yang dikatakan Sang Dewi itu memang benar, tetapi bukan berarti Ia akan menurutinya begitu saja kali ini. Ia terpikirkan sesuatu...
"Ya... Mungkin benar, tetapi bolehkah aku melemparkan sebuah syarat? Jika kau menyetujui syaratku, maka aku akan menghancurkan kekuatan itu. Namun sebaliknya, meskipun aku bereinkarnasi kembali, aku tidak akan melakukannya sampai kapanpun itu." Tresa menatap Sang Dewi dengan tatapan yang serius, berharap Sang Dewi menyetujui perkataannya.
"Syarat? Hanya satu syarat, katakanlah."
Dengan senyuman dan ekspresi wajah yang puas, Tresa mengatakan syarat itu dengan lantang.
"Berikan kepadaku kekuatan yang dimiliki oleh seorang dewi."
Sang Dewi terdiam sejenak...
"Ya... Tentu, aku akan memberikannya."
"Apa!?" Tresa terkejut, Sang Dewi langsung menyetujuinya begitu saja.
Sang Dewi mengarahkan telapak tangannya kepada Tresa, dia memejamkan matanya. Dan dengan keajaiban, kumpulan kekuatan yang berwujudkan cahaya itu keluar dari tangan Sang Dewi dan bergerak merasuki tubuh Tresa.
Tresa hanya diam ketika tubuhnya dimasuki oleh kekuatan dari Sang Dewi, Ia tidak merasakan sakit, hanya merasa energinya terisi dengan drastis dan merasa sangat berbeda ketika Ia menggerak-gerakkan tangannya.
Sang Dewi menutup telapak tangannya secara perlahan, dia membuka matanya. Sehingga kekuatan yang berwujudkan cahaya itu berhenti memasuki tubuh Tresa dan menghilang.
"Kau sungguh-sungguh?" Tanya Tresa, Ia tidak percaya Sang Dewi tiba-tiba memberikan kekuatannya begitu saja.
"Ini adalah kemauanmu. Sekarang, setengah kekuatanmu ada di dalam tubuhmu, tetapi..."
"Tetapi?"
"Tetapi, setengah roh dan kekuatan manusia mulai yang sebelumnya juga ada di dalam ragaku."
Pernyataan Sang Dewi membuat Tresa syok, setengah dari rohnya diambil, begitupun dengan hak manusianya. Ternyata, ada harga yang harus dibayar dari persyaratan yang Tresa ucapkan.
"Intinya, kita bertukar. Aku menukarkan kekuatanku dengan rohman, begitupun sebaliknya. Karena itu juga, kau memiliki setengah dari ingatan Dewiku, begitupun sebaliknya. Kita saling bertukar."
Tresa merasakannya, beberapa ingatan Sang Dewi ada dalam pikirannya. Tresa membaringkan badannya, meraba mata kirinya dan merenung. Sang Dewi pun duduk dengan kaki terlentang di belakang kepala Tresa, dia mengangkat kepala Tresa secara perlahan lalu dia. letakkan di atas pahanya.
"Apa aku masih memiliki AE?" Tresa berbicara sendiri, Ia mengingat moment-moment itu... Moment yang membuatnya memiliki AE di dalam tubuhnya.
Saat itu, saat markas S. A. M. R. O., berantakan karena ulah Angeline dan Fengyi. Ye Lian yang jengkel pada Seven dan Tresa, melempar mereka berdua keluar dari gedung markas melalui jendela yang ada di ruang pribadinya itu. Pikirnya, Seven dan Tresa tidak mungkin akan melawan lagi dengan keadaan Seven yang hampir sekarat dan Tresa yang tidak bisa melakukan apa-apa.
Oleh karena itu, Ye Lian langsung menyusul Angeline dan Fengyi ke ruang bawah tanah.
Sementara itu, Seven dan Tresa berhasil bertahan tanpa luka, meskipun mereka terjatuh dari lantai tujuh. Hal itu dikarenakan ketahanan fisik Seven yang kuat, dan Tresa yang dulunya sebelum reinkarnasi terbiasa terjatuh dari tebing tinggi karena berburu. Namun, tetap saja Tresa merasa lebih lemah dari sebelumnya. Meskipun tidak terluka, Ia merasa tenaganya dikuras habis.
"Xitresax, kau tidak apa-apa?" Seven bergegas membantu Tresa untuk duduk dan menenangkannya. Dia melihat seluruh bagian tubuh Tresa untuk memastikan keadaannya.
"Ya."
"Kita harus bergegas, bom itu pasti meledak sebentar lagi." Seven berkata sembari memegangi pundak Tresa.
"Aku tidak bisa bertarung sepertimu. Sedangkan keadaan sudah seperti ini, Angeline dan Fengyi akan bernasib sama." Ucap Tresa, Ia merasa putus asa.
Seven merenung sejenak... Dia terpikirkan satu ide yang beresiko di dalam benaknya.
"Xitresax, aku akan memberikan AE untukmu. Hanya dengan ini kau bisa bertarung, dan kita akan menang." Ide itu membuat Tresa syok dan terkejut, Ia bahkan tidak tahu apa-apa soal AE, tetapi Seven malah ingin memberikan AE-nya kepadanya? Namun, apa bisa?
"Memangnya bisa seperti itu!?"
"Tentu" Seven menarik kedua tangan Tresa, lalu dia melukai kedua tangan itu dengan kuku-kuku panjang dan tajamnya. Tresa tidak bisa berbuat apa-apa selain meringis kesakitan ketika tangannya dilukai. Darah itu mengalir dan melumuri tangan Tresa. Setelah darah itu mengalir cukup banyak, Seven melakukan hal yang sama kepada tangannya.
Dia melukai tangannya sendiri, sehingga darah-darah itu mengalir dan melumuri tangannya. Darah mereka menetes dan menodai tanah.
"Apa yang—"
"Diam." Seven memotong perkataan yang akan diucapkan oleh Tresa. Dia membiarkan darah-darah dari mereka mengalir dan bersatu, menetes dan menodai tanah. Seven memegang tangan kanan Tresa yang berlumuran darah dengan tangan kirinya.
Tangan kanan Seven meraih mata kanannya sendiri, dia menusuk mata kanannya sendiri dengan kedua jarinya. Membuat Tresa terkejut dan ingin melepaskan genggaman tangannya, tetapi Seven semakin menggenggamnya dengan erat.
Darah yang keluar dari mata kanannya itu berwarna hitam, mengalir begitu banyak. Darah Hitam itu berlumuran di kedua jarinya, lalu kedua jarinya itu meraih mata kiri Tresa...
Lalu menusuknya tepat di pupil matanya dengan kuku-kuku tajam di kedua jarinya.
"AAAHKKK!" Tresa teriak histeris, sangat sakit ketika kedua jari Seven terus masuk ke dalam matanya. Entah mengapa Ia tidak bisa menghindarinya.
Darah Hitam itu memasuki tubuh Tresa melalui perantara matanya. Dengan keajaiban DNA AE Seven masuk ke dalam tubuh Tresa dan menetap di sana. Secara perlahan, fisik Tresa berubah... Matanya berubah menjadi mata AE yang berwarna merah darah hitam pekat, dan segala perubahan fisik lainnya yang menjadi diri khas AE.
Seven melepaskan kedua jarinya dari mata Tresa.
Setelah Tresa mencapai titik maksimal perubahan fisiknya, Seven mempengaruhi atau memanipulasi pikiran Tresa agar Ia mau bertarung. Sejak itulah mereka menyusul Angeline dan Fengyi ke ruang bawah tanah untuk melawan Ye Lian.
Dan... Sekarang, Tresa masih bisa merasakan adanya AE dalam tubuhnya, Ia merasa sedikit takut jika suatu saat reinkarnasi kembali, AE itu masih berada di dalam tubuhnya dan Ia tidak bisa menghindarinya.
"Tenang saja, AE akan kalah dengan kekuatan dewi yang kau punya."
"Maksudmu?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments