"Padahal kau sendiri yang membuat putrimu tewas. Namun mengapa kau tidak menyadarinya?" Teriak Angeline. Perkataan itu membuat Ye Lian tumbang, merasakan shock dan gejolak hati yang sangat hebat, sehingga dia terjatuh dengan dadanya yang berdetak sangat kencang.
Melihat Ye Lian yang terjatuh, Angeline dengan cepat melesat ke arahnya, lalu menendangnya dari belakang dengan keras. Sehingga Ye Lian terpental sangat keras dan cepat ke arah mesin waktu.
Dari pandangan Ye Lian, Xitresax adalah satu-satunya anak yang dia miliki, dia sangat menyayangi Xitresax melebihi apapun Saat ini, dia merasa kehilangan kesadarannya, mulai mengingat kembali moment-momentnya bersama Xitresax, putri kesayangannya. Detik-detik terakhir, kesadarannya akan hilang...
Tiba-tiba...
Satu peluru masuk dengan cepat ke dalam tubuh Ye Lian, perutnya mengalirkan darah lebih banyak. Ye Lian melihat ke arah datangnya peluru. Seketika dia merasakan putus asa ketika mengetahui bahwa yang menembakinya adalah putrinya sendiri, Xitresax.
Bahkan, Ye Lian merasa kehilangan harapan ketika melihat Xitresax sudah dalam wujud AE sama seperti Seven. Kuku panjangnya yang setajam silet, otot dan wajah yang berurat, dan mata hitam merah darah AE.
"Putriku..."
Sementara itu, Seven memasuki ruangan setelah Xitresax. Dia membawa Fengyi yang tergeletak ke dekat Angeline.
"Apa yang kau lakukan kepada Tresa!?" Tanya Angeline, tegas... Dia terkejut melihat Tresa yang sudah dalam wujud AE.
Namun Seven tidak menjawabnya, dia tiba-tiba merobek tangannya dengan kuku tajamnya. Membiarkan darah mengalir di tangannya.
"Kau..."
Seven mengalirkan darah miliknya itu kepada luka-luka Fengyi dan Angeline. Dalam sekejap luka-luka tersebut tidak terasa sakit lagi.
"Pengobatan dengan AE. Luka-luka itu akan sembuh dalam sekejap. Diamlah di sini, aku dengannya akan segera mengakhiri semuanya."
Tresa kala itu hanya terus memandangi Ye Lian dan tidak berkata apa-apa, dalam pikirannya... Muncul lah memori-memori manis Tresa bersama Ye Lian. Keharmonisan ayah dan anak perempuannya itu membuat Tresa terduduk lemas sembari menangis.
Ia tidak pernah merasakan moment-moment tersebut, muncul kembali dalam hatinya, rasa aman, damai, tenang dan nyaman ketika melihatYe Lian. Meskipun Tresa bukanlah Xitresax yang dulu, tetapi hubungan batin antara Ye Lian dan Xitresax sangat kuat. Sehingga perasaan itu terwarisi oleh Tresa yang sekarang.
Tresa, dan Ye Lian larut dalam pikirannya masing-masing. Namun...
"Rencan, tetap harus berjalan." Melesat Seven kepada Ye Lian, dengan cepat memenggal tangannya. Lamunan mereka dibubarkan dengan darah yang meluncur dengan sangat indah itu.
"Bangkitlah. Lupakan. Bunuh." Seven berkata dengan suara yang berat, mempengaruhi Tresa.
Ye Lian bangkit dengan satu senjata di tangannya, dia tidak lagi memperdulikan rasa sakitnya, dia mengarahkan senjatanya itu kepada Seven.
"Maju."
"Dengan senang hati!" Seven melesat ke arah Ye Lian untuk menyerangnya, begitu pun Ye Lian. Dari situlah terjadi pertarungan hebat antara Seven dan Ye Lian.
"Rasanya aneh ketika alat buatku sendiri memberontak kepadaku." Ye Lian menghindari serangan tangan kosong Seven secara ciamik, tetap tenang sembari terus membidik dan terus menembak Seven.
"Aku bukan alatmu!" Teriak Seven, melayangkan pukulan lagi ke arah Ye Lian.
Sementara itu, Angeline dan Fengyi menemukan buku AEGGA... Buku itu terletak melayang di atas mesin waktu yang bentuknya seperti jarum itu. Sulit untuk menggapainya, ditambah dengan tubrukan-tubrukan ke mesin waktu itu yang disebabkan oleh Seven dan Ye Lian, membuat semakin untuk menggapainya.
Di sisi lain, Tresa sudah tidak dalam pengaruh AE lagi, Ia melihat ke arah Seven dan Ye Lian yang tengah bertarung hebat itu.
"Mereka..."
Suara samar-samar Sang Dewi terdengar oleh Tresa, memerintahkan untuk terus menggapai tujuan utama Tresa berasal di sini. Suara itu menyadarkan Tresa, Ia tertuju pada puncak mesin waktu. Melihat buku yang melayang itu, dan ingin mengambilnya.
'Tujuanku! Jika aku mendapatkannya, aku akan bebas!' Batin Tresa dengan penuh harapan, Ia akan menggapai buku tersebut. Tresa melompat tinggi ke arah buku itu, dirinya terasa ringan saat melakukannya, seperti ada yang membantunya untuk terbang menggapai buku itu.
Namun, tiba-tiba...
Mesin waktu itu aktif, menciptakan portal yang menarik segala yang ada di ruangan itu untuk masuk.
"Fengyi! Angeline!"
Fengyi dan Angeline tidak kuasa menahan kuatnya gaya tarik dari portal tersebut, sehingga mereka berdua ter-masuk ke dalamnya.
Tresa hilang harapan ketika melihat kedua temannya itu berteriak. Ia merasa tidak ada yang harus dilakukan lagi, sehingga merelakan dirinya untuk ikut masuk ke dalam portal tersebut.
Namun, ada yang menggapai tangan Tresa, menariknya agar tidak ter-masuk ke dalam portal yang terus berputar itu.
"Seven..." Tresa melihat wajah penuh dengan ketulusan pada Seven... Seven menarik Tresa ke dalam dekapannya.
"Lebih baik jika kita masuk bersama..." Ucap Seven, lembut. Namun tidak sempat mereka masuk ke dalam portal, mesin waktu itu tiba-tiba tidak aktif lagi.
Sehingga segala gaya tarik dari portal itu menghilang. Namun, segala sample AEGGA yang ada, bahkan buku tersebut masuk ke dalam portal.
"Siapa yang mengizinkan kalian masuk?"
Seven dan Tresa terjatuh secara bersamaan dalam keadaan Seven yang masih memeluk Tresa.
"Kau tidak apa-apa?" Tanya Tresa.
"Ya." Seven melepaskan pelukannya, membiarkan Tresa sedikit menjaga jarak dengannya.
Ye Lian melesat ke arah mereka, dia menendang Seven yang sedang tergeletak dan lengah itu hingga terpental jauh. Tresa terkejut, Ye Lian berdiri tepat di depan Tresa, menghalanginya dari Seven seolah-olah melindunginya. Tresa hanya terdiam.
"Kau tidak perlu melindunginya seperti itu Ye Lian!" Teriak Seven.
"Dia putriku." Ye Lian tiba-tiba menghilang, membuat Seven waspada.
Gerakan melesat yang sangat cepat itu, membuat Seven sangat sulit mengetahui posisi Ye Lian karena dia terus melesat kesana-kemari nyaris tak terlihat. Seven dengan posisi siap siaga, mengamati seluruh ruangan dengan seksama, mencari di mana keberadaan Ye Lian.
Sedangkan Tresa... Ia tidak tahu harus berbuat apa, Ia hanya terduduk sembari melihat apa saja yang ada di depannya. Ia menunduk dan merenung...
'Aku merasa kesakitan. Kapan semua ini berakhir?' Ucap Tresa dalam hati. Namun, tiba-tiba Ia terbawa ke alam bawah sadarnya. Di depannya sudah berdiri Sang Dewi... Sang Dewi mendekati Tresa, mengatakan sesuatu kepadanya dengan lembut.
"Agar kau memperoleh surga yang kau inginkan. Selesaikanlah tugasmu, dengan begitu kau sudah menyelamatkan dunia."
Tresa melihat ke arah wajah Sang Dewi.
"Tapi, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan." Air mata menetes perlahan dari mata Tresa, rasanya Ia seperti ingin menyerah dan merasa putus asa.
"Lawan. Lawan mereka dengan kekuatan yang ada dalam tubuhmu."
"AE?"
"Ya... Lalu, musnahkan lah dirimu sendiri."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments