"Kau yakin? Apakah dia tidak akan berkhianat?" Ucap Tresa, Ia memikirkan tentang beberapa kemungkinan yang akan terjadi, jika mereka benar-benar melakukannya.
"Kau harus bertemu dengan orangnya terlebih dahulu, baru kau akan tahu. Apakah dia akan berkhianat pada kita atau tidak." Jawab Angeline, dia pergi meninggalkan Tresa yang berada di ruang makan tersebut.
"Kalau kau tidak mau ikut, kau tidak akan pernah mendapatkan tujuanmu." Angeline berkata sembari dirinya membuka pintu keluar. Mendengar itu, Tresa pun bergegas mengikuti Angeline dari belakang.
Di suatu tempat di pinggiran kota.
Nampak hari ini langit dihiasi oleh awan hitam, dengan suara petir yang samar-samar, sepertinya hujan akan turun.
Tresa dan Angeline berkumpul di suatu ladang terbuka hijau yang cukup luas, dengan dihiasi oleh beberapa pohon ek dan bangku-bangku kecil di sisi-sisi ladang tersebut. Angin berhembus sangat kencang di sana.
Saat memasuki wilayah hijau tersebut, mereka hanya melihat satu orang di saja, tidak ada siapapun selain Tresa dan Angeline serta satu orang itu di ladang tersebut.
"Apa ini? Tidak ada siapa-siapa di sini." Ucap Tresa.
"Satu-satunya tempat hijau di kota ini, yang mungkin sebentar lagi akan menjadi bangunan-bangunan. Wajar jika tidak ada orang yang datang ke sini."
Mereka duduk sejenak di salah satu bangku yang ada di sana...
"Begitu di zamanku, tidak banyak bangunan-bangunan tinggi seperti ini." Ucap Tresa, Ia menatap langit dengan kegelapan dan keindahannya.
"Apa yang ada di zamanmu?"
"Sangat berbeda jauh dengan zaman sekarang, di mana masih banyak hutan, rumah sederhana dan kecil, makan pun kau harus berburu." Jelas Tresa, singkat saja tentang apa yang ada di zamannya.
"Aku pikir kau sangat terkejut dengan perkembangan zaman, kau pasti susah beradaptasi dengan zaman ini."
"Mungkin, aku harap dapat kembali ke zamanku sendiri. Aku tidak cocok menjadi manusia modern."
Angeline hanya tersenyum dengan perkataan Tresa. Lalu dia beranjak dari duduknya, dan ia berjalan menuju tengah ladang, dengan Tresa yang mengikutinya dari belakang.
Ada seorang pria yang berdiri di tengah ladang tersebut, dia membelakangi Tresa dan Angeline. Angeline berjalan di depan Tresa dan mendekati pria itu, dalam jarak satu meter dengan pria tersebut, Angeline memanggilnya...
"Seven!" Panggil Angeline, sementara itu, angin terus berhembus kencang, seperti menambahkan kesan dramatis dan misterius di antara mereka bertiga.
Pria dengan nama Seven, perawakannya seperti laki-laki muda yang berumur duapuluh lima tahun. Dia berbadan besar, kekar dan tinggi. Penampilanya yang memakai celana jeans dengan kemeja hitam, sangat menarik.
Seven membalikkan badannya, terlihat wajahnya... Dia memiliki wajah yang putih dengan bibir yang kering. Namun ada yang aneh dengannya...
MATANYA!!
Mata seven tidak seperti kebanyakan mata manusia lainnya, bola mata yang seharusnya berwarna putih menjadi sepenuhnya berwarna hitam pekat, dan kornea matanya pun berwarna merah darah... Serta terlihat seperti ada aksara china di pupil matanya.
"Angeline... Kau tahu aku sangat takut melihat manusia normal sepertimu." Ucap Seven, dengan nada bicara yang lirih, pelan... Namun tetap berat.
Meskipun wajahnya terlihat mengerikan, tetapi di sisi lain dia sepertinya tampak terlihat sedih, lelah, dia seperti putus asa dan tidak bersemangat.
"Tenang saja, aku yakin kau tidak akan menyerang manusia. Aku bertemu denganmu disertai dengan persiapan yang matang."
"Baiklah, waktuku tidak banyak."
"Aku tahu, kau masih menjadi tawanan di laboratorium?"
"Tidak, aku sudah bebas. Aku hanya takut menyerangmu saja."
"Seharusnya, kau berkenalan dengan temanku." Angeline menarik tangan Tresa, agar dia agak sedikit dekat dengan Seven, lalu Angeline meminta Tresa untuk memperkenalkan dirinya.
Tresa menatap Seven, ia mendekati Seven, tetapi sedikit berjarak dengannya. Ia merasa gugup... Namun tetap mencoba untuk berkenalan dengannya.
"Namaku Xitresax, senang bertemu denganmu." Tresa mengulurkan tangannya kepada Seven. Namun Seven tidak menerima uluran tangan Tresa.
"Kau... Putri dari Ye Lian bukan? Aku tidak mungkin berjabat tangan dengan seorang anak dari orang kejam seperti Ye Lian." Seven mengatakannya dengan tegas, lalu dia sedikit menjauhi jaraknya dengan Tresa.
Tresa yang mendengar jawaban dari Seven, sedikit merasakan sakit hati. Ia ditolak mentah-mentah pada pertemuan pertama.
Tresa sangat terkejut, Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi, pokoknya Ia sangat merasa sakit hati dan kena mental. Bagaimana bisa Seven memperlakukannya seperti itu di hari pertama mereka bertemu?
"Ia bukan Xitresax putri Ye Lian. Seven... Ia orang lain."
Hening sejenak.
Angin semakin cepat berhembus...
"Jika kau percaya reinkarnasi, kau akan mempercayai kalau Xitresax yang ada di hadapanmu ini adalah orang lain, bukan Xitresax yang sebenarnya." Angeline berkata sembari dia menatap tajam mata Seven.
"Tidak. Aku tidak percaya, meskipun memang benar adanya. Aku ingin kau membuktikannya." Ucap Seven, dia menyinisi Angeline dan Tresa.
Tresa terpikirkan suatu kata yang akan dilontarkannya kepada Seven. Ia akan membuat Seven percaya dengan pernyataan Angeline. Tresa menatap sinis kepada Seven... Tresa tersenyum tipis, seolah meremehkan lawan bicaranya. Dengan penuh percaya diri, Ia berkata kepada Seven...
"Aku tidak tahu wujud Ye Lian. Bagaimana bisa aku menjadi putrinya?" Tresa tidak tahu, perkataanya itu berpengaruh kepada Seven atau tidak, tetapi setidaknya Ia sudah mencoba untuk membenarkan dirinya sendiri.
"Kau..." Seven tercengang, atau mungkin lebih keheranan. Dia terdiam, begitu pun dengan Angeline... Angeline terdiam.
"Aku Alger Kirana, dari masa lalu. Aku mati di masa lalu, lalu aku hidup kembali di tubuh Xitresax Qinghai. Dengan kata lain, aku hanya meminjam tubuh Xitresax. Bahkan aku awalnya tidak fasih berbahasa China modern."
"Perlu aku katakan apalagi agar kau percaya S-E-V-E-N?"
Seven terdiam sejenak, sembari dia mundur dia langkah lagi dari tempat dia berdiri. Lalu, dia tersenyum menyeringai...
"Baiklah, aku tidak percaya sepenuhnya. Jadi untuk sementara aku akan menganggap kau bukanlah Xitresax. Aku harap kau menunjukkan bukti yang lainnya."
Seven berbalik badan membelakangi Tresa, lalu dia berkata kepada Angeline sembari sedikit melirik ke arahnya...
"Aku tahu seluk beluk dari gadis itu, kau jangan coba-coba membohongiku dengan cerita bodohmu itu!" Lalu, secara tiba-tiba Seven melesat dan menghilang entah ke mana, wujudnya sudah tidak ada di hadapan mereka.
Lagi-lagi, Tresa dibuat terkejut olehnya. Apalagi setelah ini?
"Angeline... Dia menghilang?" Tresa terpaku melihat adegan tadi, apakah Seven bukan manusia?
"Seven itu... Dia adalah manusia korban uji coba kekuatan itu. Uji coba atau experiment itu menyebabkan tubuhnya berubah drastis. Namun..." Angeline menjeda perkataannya...
"Namun?"
"Dia adalah hasil experiment yang paling sempurna. Dibandingkan dengan korban lain yang kebanyakan dari mereka tidak sempurna sehingga mati." Jelas Angeline, dia mengatakan itu dengan penuh tekanan.
Tresa terdiam dengan penjelasan dari Angeline, Ia tida tahu harus menanggapinya seperti apa. Di antara terkejut atau takut, Ia tidak tahu harus bereaksi seperti apa... Di sela-sela itu, Angeline berkata.
"Mungkin, kekuatan yang Seven punya adalah tujuanmu. Kau harus memusnahkan kekuatan yang ada dalam diri Seven."
Pikiran dan otak Tresa langsung mengingat kembali, tujuan dan misinya datang ke masa depan. Mungkin benar apa yang dikatakan oleh Angeline. Kekuatan yang Seven punyalah tujuannya dihidupkan kembali. Tresa menatap Angeline dalam-dalam dan Ia berkata...
"Mungkin... Kau sudah membantuku menemukan tujuanku Angeline... Aku sangat berterimakasih kepadamu..." Tresa menyatukan tangannya, lalu Ia sedikit membungkuk sebagai ucapan terimakasih kepada Angeline. Namun Angeline malah terheran-heran dengan cara berterimakasih Tresa.
"Apa yang kau lakukan?"
Reaksi dari Angeline sedikit membuat Tresa terheran, Tresa berpikir apakah Angeline tidak pernah berterimakasih kepada orang lain?
"Aku mengucapkan terimakasih kepadamu."
"Kau tidak perlu membungkuk seperti itu, aku bukan orang terhormat."
Tresa tersenyum mendengarnya...
"Itulah cara klan-ku berterimakasih bila sudah dibantu. Juga salah satu etika yang harus dilakukan jika sudah dibantu. Orang-orang terdahulu melakukan etika ini." Jelas Tresa, dan Angeline pun kagum mendengarnya.
Perkembangan zaman yang cepat, membuat manusia lupa akan etika serta cara hidup orang zaman dulu. Mereka lupa bagaimana mereka seharusnya beretika, mereka lupa bagaimana tata krama dan sopan santun yang benar. Ilmu tata krama yang sudah nenek moyang turunkan untuk mereka, perlahan-lahan lenyap dimakan oleh zaman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments