...----------------...
Tresa terbangun dari tidurnya, lalu tersadar bahwa Ia sudah berada di tempat yang berbeda. Tempat itu sederhana, hanya sebuah kamar dengan kamar mandi kecil di sampingnya. Di kamar tersebut hanya ada sebuah kasur, lemari dengan cermin, serta rak buku yang besar dengan meja belajar di samping rak buku tersebut.
Ruangan itu minim pencahayaan, tanpa jendela dan hanya ada satu pintu tepat berhadapan dengan kasur. Meskipun minim pencahayaan, Tresa masih bisa melihat dengan jelas seluruh isi ruangan, hanya saja sedikit gelap.
Ia beranjak dari kasur, menuju lemari dengan cermin tersebut, Ia bercernin lalu melihat dirinya dengan wujud yang sangat berbeda drastis dari sebelumnya.
Wajah yang sangat putih dan bersih, bibir semerah darah, struktur wajah dan tubuh yang ramping, rambut panjang yang melebihi dada, dan juga Ia memakai pakaian tradisional China zaman dulu. Sangat cantik, sampai Ia tidak percaya dengan tubuhnya sekarang.
"Inikah Jiancheng Li?" Tresa berguman dalam hatinya. Bukanlah Jiancheng Li yang sesungguhnya, ada Tresa di dalamnya. Namun sudah bukan Tresa pula, Tresa bereinkarnasi ke tubuh Jiancheng Li dan semua orang akan memanggilnya Jian.
'Aku sudah menguasai seluruh ingatan Jiancheng Li. Ke depannya aku akan memanggil diriku Jian, bukan Tresa lagi.' Ucap Tresa dalam hati, sekarang panggil dia Jian!
"Sekarang. Mungkin aku harus keluar dari sini." Jian menuju pintu yang ada di ruangan itu, Ia ingin membukanya tetapi pintu itu terkunci. Namun, Jian belum bisa berpikir lebih luas, jadi Ia mendobrak pintu itu, hingga pintu itu jatuh terlepas dari dinding.
Di luar ruangan itu, hanya ada lorong dengan tangga untuk naik di ujungnya. Lorong yang hanya mengandalkan obor sebagai pencahayaannys. Obor itu terpajang beberapa di sepanjang lorong tersebut. Jian mengambil salah satu obor itu dan membawanya bersama dirinya menaiki tangga tersebut.
Tangga yang cukup panjang itu berbentuk melingkat, saat sudah sampai di ujung, Jian terkejut karena ujung tangga itu ditutupi oleh sebuah papan kayu yang tebal.
"Merepotkan."
Jian memukuk papan kayu itu dengan satu tangannya, papan kayu itu berhasil terbuka, dan Ia melihat ruangan lain lagi... Setelah keluar dari lorong dan tangga melingkar tadi, melihat posisi tangga itu Jian menyadari bahwa ringan tempat pertama Ia terbangun adalah ruangan bawah tanah...
"Sebuah... Benteng?"
Jian keluar dan berada tepat di tengah sebuah benteng tinggi yang melingkar. Benteng itu memiliki atap yang berbentuk kerucut, dengan beberapa jendela yang tersebar secara acak tempat masuknya cahaya. Lalu, ada gerbang besar terletak tepat di depan Jian, melihat itu Jian langsung berlari ke arah gerbang tersebut.
Awalnya Ia mencoba mendorong gerbang tersebut dengan satu tangannya, tetapi tidak kunjung terbuka. Jian memadamkan api obor dan meletakkannya di samping kakinya. Lalu Ia mendorong pintu gerbang yang besar itu dengan kedua tangannya. Namun tetap saja tidak terbuka.
Merasa kesal, AE yang ada di tubuhnya aktif secara tiba-tiba dan Jian menyadari hal itu. Berbeda dari sebelumnya, Ia merasa lebih bisa dan handal dalam mengendalikan AE. Selain itu, AE yang kali ini aktif tidak mengamuk dan hilang kendali.
Merasa memegang kendali penuh atas AE, Jian berencana untuk menumbanbkan gerbang tersebut. Ia berjalan mundur cukup jauh dari gerbang itu, mengambil ancang-ancang, berlari dengan cepat dan melompat tinggi ke atas, hingga kaki kanannya menendang gerbang tersebut dengan kerasnya.
Karena dasyatnya perubahan fisik yang dialami oleh seorang pengguna AE. Gerbang itupun langsung terbuka hanya dengan satu tendangan.
Jian mendarat dengan sempurna, Ia tidak lagi dalam wujud AE. Jian melihat ke sekelilingnya, sebuah jalan setapak yang mengarah lurus ke arah gerbang benteng tadi, serta ladang Bunga Dandelion yang mengelilingi seluruh area tersebut.
Di bagian luar lebih besar lagi, karena dikelilingi oleh tembok besar yang membentuk sebuah persegi.
Udara segar terhirup oleh Jian, meskipun keadaan langit cukup gelap, seperti akan turun hujan. Jian melihat lagi ke depan, di saja masih ada gerbang lagi yang tingginya hampir sama dengan tembok tersebut.
Di sana terdapat dua orang prajurit yang sedari tadi melihat ke arah Jian. Mereka merasa tidak percaya, Jian menendang gerbang tersebut hingga terbuka. Dua prajurit itu menghampiri Jian, Jian yang melihat itu sedikit resah. Lalu...
'Jangan katakan bahwa kau adalah Xitresax.' Suara Sang Dewi tergiang di pikiran Jian, dan Jian langsung mengerti dengan suara itu. Karena setengah dari jiwa Sang Dewi berada dalam tubuh Jian.
Kini, Jian dan kedua prajurit itu tengah berhadapan. Salah satu dari mereka mengatakan sesuatu.
"Bagaimana Anda bisa keluar dari sana Tuan Putri?" Tanya salah satu dari mereka.
Jian merasa ragu dan malu untuk berbicara dengan mereka. Namun, Jian tetap menanggapi mereka hanya untuk berbicara.
"Apakah aku tidak boleh keluar?" Jawaban dari Jian tampak membuat mereka sedikit kebingungan. Sebenarnya tidak ada arahan atau bahkan aturan yang melarang Jiancheng Li untuk keluar dari benteng itu. Jadi, boleh saja jika suatu hari Ia ingin keluar.
"Memang Raja tidak melarang Anda untuk keluar, tetapi..."
"Ya... Seharusnya memang tidak, tetapi apakah Tuan Putri memerlukan bantuan?" Sahut yang satunya lagi, yang sedari tadi tidak berbicara.
Kedua prajurit itu terlihat santai saja berkomunikasi dengan Jian. Dan mereka terlihat sangat akrab... Jian menanyakan nama kepada kedua prajurit itu.
"Saya Kangjian, dan ini saudara kembar saya. Kanglian." Kangjian menunjuk orang yang ada di sebelahnya, yang juga merupakan saudara kembarnya, bernama Kanglian.
"Kangjian, dan Kanglian... Kalian selama ini berjaga di sini?" Tanya Jian, penasaran.
"Hanya sejak 10 tahun yang lalu, Tuan Putri. Sebelum kami sudah ada beberapa yang menjaga benteng ini. Benteng ini orang luar menyebutnya dengan nama 'Kastil Putri Tertua', tempat Putri Tertua Li berdiam diri." Jawab Kanglian, dia tampaknya selalu banyak berbicara.
"Begitu... Aku mengerti. Maukah kalian menemaniku menemui Raja?" Jian berpikir akan memanfaatkan mereka untuk lebih mengetahui seluk beluk kerajaan.
Kedua prajurit itu langsung menyetujui permintaan Jian. Jian berjalan keluar benteng itu dengan dikawal oleh kedua prajurit itu dari belakang.
Saat keluar dari gerbang, Ia melihat dunia yang sangat berbeda dengan sebelumnya. Ternyata tempat yang disebut Kastil Putri Tertua itu terpisah sendiri dengan wilayah kerajaan dan yang lainnya.
Perjalanan yang cukup jauh dari kastil ke kerajaan, sepanjang jalan Jian, Kangjian dan Kanglian mengobrol ria untuk mengakrabkan diri. Karena mungkin, Jian suatu hari akan membutuhkan mereka, oleh karena itu sebisa mungkin Jian harus akrab dengan mereka.
Fakta menarik dari kedua saudara kembar itu, Kangjian tidak banyak bicara dan bahkan hampir tidak berbicara, dia hanya berbicara saat Jian menanyainya sesuatu. Berbeda dengan Kanglian yang hyperaktif dan banyak bercerita, dia lebih ceria dari Kangjian yang terlihat datar.
Meskipun jauh, akhirnya mereka sampai di gerbang kerajaan. Terlihat sangat besar dan megah kerajaan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments