.
12
.
Erza melihat jam tangannya.
"Tuan Aarav, sepertinya aku harus pulang. Ada sesuatu pekerjaan yang harus aku lakukan. Aku akan makan di tempat tinggal baruku saja." Ucap Erza seraya beranjak dari tempat duduknya.
Dia selalu tidak bisa menahan dirinya, jika aarav mengatakan jika dia gadis yang kasar.
"Erza.... Ini ada banyak makanan..." Ucap Aarav untuk menghentikan Erza.
"Ini makanan kesukaan nyonya Bellan. Dia pasti akan menghabiskannya. Aku pergi dulu." Jawab Erza seraya berjalan pergi dari sana.
"Erza... Aku hanya bercanda.. Erza...."
Penggilan dari Aarav bahkan tidak di dengarkannya.
"Kenapa dia selalu saja seperti itu? Dia pergi tanpa mau untuk di panggil lagi." Aarav menghela nafasnya.
"Dia seharusnya yang akan menghabiskan ini semuanya. Tapi dia pergi begitu saja." Ucap Aarav lagi.
"Sudahlah. Mungkin dia memang sedang sangat sibuk." Aarav akhirnya menikmati makanan itu sendirian.
Sementara Erza kini sedang mengendarai sepeda motornya untuk kembali ke apartemen barunya. Dimana Aarav yang sudah membelikannya untuknya.
Sesampainya di sana, dia langsung membersihkan dirinya. Setelah itu dia menyiapkan mie instan yang dia beli saat pulang tadi.
"Akhirnya hanya makan ini..." Ucapnya setelah semuanya matang.
Dia menghela nafasnya.
"Aku selalu tidak bisa tahan saat dia mengatakan hal itu. Walaupun benar, aku memang tidak mungkin di sukai oleh siapapun. Aku hanya seorang gadis yang kasar dan tidak memiliki apapun. Siapa juga yang akan menyukaiku." Ucapnya seraya mulai memakan mie instan miliknya.
Drrrtt drrrtt drrrtt drrrtt drrrtt
Erza melihat ke arah handphone miliknya yang bergetar
"Kakek." Erza segera menerima panggilan itu.
"Halo kek..." Ucap Erza dengan begitu ceria.
"Bagaimana keadaan mu Za? Tanya orang yang mengubungi Erza, dan merupakan kakeknya.
"Aku baik-baik saja kek... Kakek jangan khawatir. Kakek sendiri bagaimana? Kakek sehat kan?" Tanya Erza balik.
"Kakek baik-baik saja Erza... Hanya saja mama kamu masih seperti dulu." Jawab kakek Erza.
Erza menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia memang sudah terbiasa mendengar kabar seperti itu, tapi tetap saja, hatinya masih merasa sesak saat mendengar itu.
"Semoga saja mama cepat sehat..." Ucap Erza.
"Kamu tenang saja. Dia sudah menjalani operasi. Kamu sendiri yang sudah berusaha keras untuk mencari pendonor jantung untuknya. Kamu sampai harus bekerja keras seperti itu. Kamu yang kuat Erza..." Ucap kakek Erza.
Erza mengusap air matanya yang membasahi pipinya.
Jika bukan karena Nathan dan Hana yang memberikan pekerjaan dengan harga yang tinggi, Erza tidak mungkin bisa mendapatkan banyak uang untuk operasi ibunya.
"Iya kek... Erza sangat kuat. Kakek jangan khawatir." Ucap Erza dengan memaksakan senyumnya.
"Anak yang sangat baik. Kamu hati-hati di sana... Jangan lupa untuk terus berlatih. Kemampuanmu harus terus di tingkatkan. Ketajaman penglihatan dan pendengaran mu juga harus terus di asah. Jangan sampai kamu lalai, karena kamu merasa sudah tidak terkalahkan." Erza menganggukan kepalanya, walaupun kakeknya tidak bisa melihatnya, tetap saja dia ingin melakukan itu.
"Iya kek. Aku akan terus berlatih." Jawab Erza.
"Ya sudah. Kamu juga harus ke jaga kesehatan mu. Kakek mau kembali melatih adik seperguruan mu dulu. Salam untuk Boss kamu." Mendengar itu Erza tersenyum lega, walaupun sebentar saja mengobrol dengan kakeknya, perasaannya kini jauh lebih baik.
"Iya kek." Jawab Erza serya melihat ke arah layar handphonenya, yang memperlihatkan panggilan dengan kakeknya berakhir.
Erza meletakkan kembali handphone miliknya ke atas meja yang ada di depannya. Setelah itu dia kembali memakan makanannya.
Setelah selesai Erza memilih untuk tidur sejenak, karena dia harus pergi dengan Aarav nanti saat tengah malam untuk menjemput adik Aarav.
Kini jam dinding di kamar Erza sudah menunjukkan pukul 11 malam, Erza juga sudah terlihat menyiapkan dirinya untuk pergi ke rumah keluarga Aarav.
Erza mengendarai motornya untuk menuju ke sana. Dia bahkan membawa pedang panjang miliknya di punggungnya. Dia membawanya seolah-olah jika itu tas punggung miliknya.
Jalanan yang dia lewati begitu sepi, walaupun saat ini masih terbilang belum terlalu malam, bagi kota yang tidak pernah tidur.
Ciiiiit
Erza menghentikan motornya dengan tiba-tiba, saat ada sekumpulan orang yang menghadangnya.
Erza membuka helmnya untuk melihat dengan jelas siapa sebenarnya orang-orang yang berani untuk menghentikan laju kendaraannya.
"kalian siapa?" tanya Erza.
"Kamu tidak perlu tahu siapa kami. kamu hanya perlu tahu, kalau kamu harus mati sekarang ini!" Jawab salah satu dari mereka.
"Nona Erza Scarlett... Kami tidak akan pernah lupa pada namamu, dimana kamu sudah memenjarakan kakak kami." ucap pria yang lainnya.
"Oh... aku hanya mengenalkan diriku pada pria yang aku temui pagi ini. jadi kalian menghentikan ku karena ingin membalas dendam mereka?" Erza tersenyum menyeringai pada lima pria yang menghentikanya itu.
"Jangan banyak omong!" teriak salah satu dari mereka yang mungkin adalah leader dari mereka semua.
"shit! aku akan terlambat jika tidak segera menyelesaikan ini!" kesal Erza sembari menarik pedangnya yang ada di punggungnya dari sarungnya.
"Maju!" ucap Erza seraya bersiap untuk menghadapi mereka semuanya.
Dorr!
Erza menghindari peluru yang hampir saja mengenainya.
"aku pernah memotong tangan seseorang yang pernah menodongkan senjata seperti itu padaku. tapi sekarang ini kamu justru berani menyerangku dengan itu, aku mungkin akan benar-benar membunuhmu kali ini" ucao Erza dengan geram.
"banyak omong! serang dia lagi kak!" ucap yang lainnya.
clank!
suara peluru yang mengenai pedang Erza.
"Aku tidak akan mati secepat yang kalian bayangkan! ada nyawa seseorang yang menungguku!" ucap Erza lagi seraya berlari secepat kilat mendekati pria yang memegang senjata api.
Dorr!
Erza melompat, kembali menghindari peluru yang terus saja mengincar tubuhnya.
"Dia benar-benar lincah!" ujar pria yang lainnya.
"Kamu benar-benar ingin mati!" Erza kembali bergerak dengan cepat mendekati pria dengan pistol di tangannya.
bleshh!
"argh!" teriak orang itu.
pedang Erza berhasil menusuk lengan pria itu, hingga senjata api miliknya terlepas dari tangannya. Dengan cepat Erza menginjak pistol itu dengan sepatu kerasnya
Erza menarik pedangnya dan segera menekannya ke leher pria yang kini sedang terduduk di depannya.
"aku sudah memperingatkan mu! jangan salahkan aku jika ku benar-benar akan membunuhmu!" ucap Erza dengan tatapan matanya yang penuh dengan kemarahannya.
Erza menundukkan badannya untuk mengambil pistol yang ada di bawah kakinya.
Dia segera menodongkannya pada pria yang lainnya.
Erza tersenyum menyeringai pada mereka semua.
"Hubungi polisi sekarang. Dan serahkan diri kalian! atau aku akan menarik pelatuknya, juga akan menebas lehernya!" ancam Erza
"Ba-ba-baiklah..." ucap pria lainnya yang terlihat begitu ketakutan. dia segera mengambil ponselnya untuk melakukan apa yang Erza katakan.
"Kalian begitu sombong untuk membunuhku! tapi sekarang kalian ketakutan seperti ini!" ucap Erza seraya terus menekan pedangnya ke leher pria yang kini darahnya terus mengalir dari lengannya.
"Aku bekerja untuk jaksa Aarav Baskara Darma. Dia akan mengurus kalian semuanya dengan sangat baik. jadi jangan khawatir. Sekarang tunggu polisi sampai kemari. aku sedang sangat terburu-buru, jadi tidak bisa menemani kalian bersenang-senang. Aku akan mengunjungi kalian di penjara besok pagi. jangan pernah berpikir untuk kabur. aku pasti akan mengejar kalian sampai ke ujung dunia sekalipun." ucap Erza seraya menarik pedangnya, dan kembali memasukkannya ke sarungnya.
"apa aku perlu menembak kalian dulu? sepertinya masih ada lima peluru dan ini cukup untuk kalian berlima." ucap Erza.
"Jangan. kami mohon!" ucap mereka secara bersamaan.
Erza tersenyum lebar, "kalian sangat menyedihkan!"
dorr! dorr! dorr! dorr! dorr!
Erza meniup ujung pistol yang sudah dia tembakkan ke langit.
"Tunggu polisi di sini. dan jangan lupa untuk mengatakan jika kalian menyerang gadis cantik, dan kalian tiba-tiba mendapatkan hidayah, jadi kalian langsung bertobat. mengerti?" ucap Erza
"Kami mengerti." jawab mereka secara bersamaan.
"baiklah... dan untuk mu... katakan saja jika kamu terluka karena kamu tidak sengaja melukai dirimu sendiri. Karang alasan sebaik mungkin. okay?" pria itu segera menganggukkan kepalanya.
"Aku sudah terlambat. aku pergi dulu... da-da..." Erza melambaikan tangannya sembari naik ke atas motornya.
setelah itu dia segera melaju dengan sangat kencang untuk segera sampai di rumah Aarav.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
Parwati amiin Parwati
erza stres 🤣🤣🤣
2022-01-11
1
Baseng Lah
lanjut...
2022-01-09
0
Anna Aqila 🏚️ 🌺
erza masih sempat" nya ceramah 🤣🤣🤣
2021-08-29
0