.
10
.
"Kita akan bersenang-senang di pagi hari. Tuan Aaraaavvv siap?" Tanya Erza seraya mempercepat laju mobilnya untuk segera sampai di dekat posisi Meli yang memang tidak jauh dari posisi mereka.
Setelah sampai, Erza segera melepaskan sabuk pengamannya, dan dia juga segera keluar dari sana.
"Hei kalian!" Teriak Erza seraya mendekati Meli.
Begitu melihat Erza, Meli segera berlari mendekati Erza, sedangkan Aarav masih berada di dalam mobilnya. Seperti biasanya, dia hanya akan melihat Erza berkelahi untuknya.
"Apa yang terjadi kakak Meli?" Tanya Erza.
"Mereka mencoba untuk memerasku. Mereka yang menubruk mobilku, tapi mereka justru meminta ganti rugi padaku." Jelas Meli.
Erza menatap marah pada ketiga pria yang sedang menatap remeh padanya.
"Kakak Meli... Sebaiknya masuk saja ke mobil bersama dengan tuan Aarav. Aku akan mengurus mereka semua." Ucap Erza pada Meli yang segera mengikuti apa yang dia katakan.
"Gadis kecil... Sebaiknya jangan ikut campur urusan orang dew..."
Bugh!
Belum sempat orang itu menyelesaikan kalimatnya, kaki Erza sudah lebih dulu membungkam mulutnya.
"Maaf... Sepatuku licin... Jadi aku tidak tahu bagaimana caranya untuk menjaga keseimbangan tubuhku." Ucap Erza
"Kurang ajar!" Teriak pria itu seraya mengayunkan tangannya tangannya yang kekar untuk memukul Erza, namun dengan cepat Erza menangkisnya, lagi-lagi pria itu harus merasakan rasa dari sepatu Erza di wajahnya.
"Kalian berdua juga mendekatlah. Aku ingin segera merusak sepatu ku. Aku ingin di belikan yang baru oleh tuan Aarav." Erza menggerakkan tangannya agar semuanya segera mendekat padanya.
Bugh! Bugh! Bugh!
Dalam hitungan detik semuanya beres. Ketiga pria yang tadi sudah tergeletak sembari memegangi luka mereka yang terasa begitu sakit.
"Ampun nona..." Ucap mereka bertiga.
"Panggil aku nona Erza Scarlett! Gadis tercantik sepanjang masa." Jawab Erza.
Tanpa menunggu apapun lagi, ketiganya segera mengatakan apa yang Erza perintahkan.
"Nona Erza Scarlett, gadis tercantik sepanjang masa." Ucap mereka secara bersamaan.
Erza terkikik geli
"Sudahlah. Pasti polisi akan kemari sebentar lagi. Kalian jangan pergi kemanapun. Atau kalian akan mati di tanganku." ancam Erza.
Mereka bertiga hanya bisa pasrah menerima semuanya itu. Kini Meli sudah keluar dari mobil Aarav, diikuti oleh Aarav yang juga keluar dari mobilnya.
"Erza.. trimakasih banyak." Ucap Meli.
"Aku tidak hanya butuh ucapan terimakasih. Aku juga ingin sepatu baru... Lihatlah. Ini sudah terkena darah."
Aarav menatap Erza dengan malas. Dia memang selalu saja seperti itu. Meminta sesuatu setelah melakukan sesuatu.
"Tentu saja. Aku akan membelikan lima pasang untukmu. Kamu bisa ikut denganku sekarang. Kita akan membelinya." Jawab Meli sembari menarik tangan Erza agar segera mengikutinya ke mobilnya.
Dengan senang hati Erza mengikuti Meli masuk ke dalam mobil Meli untuk pergi membeli sepatu baru, seperti yang Erza inginkan.
"Apa?! Dia meninggalkan ku begitu saja setelah dia mendapatkan apa yang dia inginkan? Hei! Erza! Kembali!" Teriak Aarav namun Erza tidak akan pernah mendengarnya, karena mobil Meli sudah tidak ada di sana.
"Dia benar-benar! Aku akan memecatnya! Awas saja!" Ucapnya lagi.
Aarav menghela nafasnya dengan lemah.
"Aku tidak akan memecatmu. Sebaiknya kamu cepat kembali! Aku takut sendirian, bagaimana jika ada yang menyerang ku saat ini! Kenapa kamu seenaknya saja pergi. Agh sial! Ini semua gara-gara Meli..." Ucap Aarav lagi seraya celingukan kesana kemari. Setelah itu mau tidak mau, Aarav harus segera pergi ke kantor kejaksaan untuk segera menyelesaikan pekerjaannya.
.
Siang harinya, Erza sudah menunggunya di depan mobil Aarav.
Aarav melihat beberapa paper bag yang tergeletak di dekatnya.
"Kamu memeras Meli?" Tanya Aarav.
"Enak saja. Dia sendiri yang membelikan ku semua ini. Aku tidak memaksanya." Jawab Erza.
"Kamu itu orang yang paling pandai membuat seseorang bisa melakukan semuanya itu. Apa perguruan silat merpati hitam itu juga mempelajari cara untuk me-melet orang?" Tanya Aarav yang terdengar sarkis.
Erza tersenyum menyeringai mendengar itu.
"Benar. Jika tidak, bagaimana aku bisa menjilat mu." Jawab Erza, "aku akan pulang! Aku tidak akan bekerja denganmu lagi. Aku tidak menandatangani kontrak apapun. Jadi aku sangat bebas." Tambahnya seraya bersiap membawa paper bag di tangannya.
Aarav memghela nafasnya, "apa hanya dengan alasan itu kamu teeus mengancam ku?" Tanya Aarav.
"Tidak. Aku bisa saja langsung menendang kepalamu untuk mencicipi rasa dari sepatu baru ku." Jawab Erza, "aku juga bisa menghajar mu. Setidaknya kamu bisa beristirahat di ruang ICU selama satu bulan."
Aarav bergidik ngeri.
"Jangan melantur, jangan marah, dan jangan kesal. Ayo makan ice cream. Pasti kamu suka." Ajak Aarav. Dia terlalu takut, jika Erza sudah marah seperti itu padanya.
"Aku sudah memakan banyak makanan bersama dengan kakak Meli! Aku tidak lapar!" Jawab Erza yang masih terlihat marah.
"Kalau begitu, bagaimana jika kita pergi ke butik. Bajumu sepertinya robek lagi." Aarav sengaja menunjukan di bagian punggung Erza, agar Erza tidak bisa melihatnya. Dia hanya sedang ingin membujuk Erza yang sudah terlihat kesal. Dan itu tidak akan baik untuknya.
"Benarkah? Kalau begitu ayo! Tunggu apa lagi!" Jawab Erza seraya membawa barang belanjaannya ke dalam mobil Aarav dengan cepat.
"Taun Aarav! Ayo!" Teriak Erza pada Aarav yang masih saja berdiri di tempatnya.
"Dasar gadis itu! Dia akan bergerak cepat, jika sudah menyangkut tentang uang!" Desis Aarav seraya berjalan masuk ke dalam mobilnya.
"Kita ke butik terbaik sepanjang masa, untuk membeli banyak pakaian untuk gadis terbaik sepanjang masa." Ucap Erza dengan begitu bersemangat dan penuh dengan senyuman.
Aarav tertawa geli melihat itu.
"Erza... Sebenarnya kamu memang cantik. Hanya saja kamu terlalu kasar." Gumam Aarav.
"Jika aku tidak kasar, aku tidak akan bisa melindungi mu tuan Aaraaavvv...." Jawab Erza dengan senyuman manisnya.
"Kamu mendengar apa yang aku katakan?" Aarav hanya bergumam saja, dan dia kira Erza tidak akan pernah bisa mendengarnya.
"Pendengaran ku benar-benar tajam tuan Aarav, saat dedaunan terjatuh, aku juga bisa mendengarkannya." Jawab Erza.
"Sudah ku duga. Kamu memang bukan manusia biasa." Erza tersenyum mendengar itu.
"Iya... Aku memang selalu luar biasa. Kamu beruntung bisa bertemu dengan ku." Jawab Erza.
"Dia mulai lagi!" Desis Aarav sembari menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Erza yang sudah kembali menyombongkan dirinya.
Seperti biasanya, Erza akan menguras habis isi dompet Aarav untuk membeli apapun yang dia inginkan. Melihat itu Aarav hanya menghela nafasnya pasrah.
"Erza... Kenapa kamu membeli banyak barang?" Tanya Aarav.
"Untuk aku jual kembali. Sisanya aku pakai sendiri. Aku butuh banyak uang." Jawab Erza.
"Kamu menjual semuanya yang kamu beli dengan uang ku?!" Aarav tidak habis pikir, kenapa Erza sampai melakukan itu semua.
"Benar. Aku tidak ingin menyembunyikan apapun darimu atau berbohong padamu. Aku jujur mengatakan semuanya. Aku memang menjual semuanya itu." Jawab Erza.
"Kenapa kamu melakukan itu? Apa kamu begitu gila uang?" Tanya Aarav.
Mendengar itu Erza tersenyum kecut.
"Benar. Aku sangat gila uang. Aku tidak akan segan-segan untuk membunuh siapapun, jika ada yang membayarku dengan mahal." Jawab Erza, "jika kamu takut, atau kamu menyesal sudah mempekerjakan orang seperti ku, kamu bisa memecatku. Aku akan berterima kasih padamu." Tambahnya.
"Kenapa kamu selalu mengatakan jika aku harus memecatmu? Apa kamu begitu ingin aku pecat?" Aarav menatap wajah Erza yang masih terus fokus mengemudikan mobilnya.
"Aku hanya tidak ingin terus-menerus memerasmu. Jika aku jauh darimu, aku tidak akan bisa melakukan itu." Jawab Erza
"Omong kosong! Entah kamu membutuhkan banyak uang untuk apa, tapi aku merasa jika itu memang sangat mendesak dan sangat penting."
Mendengar itu Erza menepikan mobilnya, dia menatap Aarav dengan penuh pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya.
"Kenapa?" Tanya Aarav.
"Kamu orang pertama yang mengatakan hal seperti itu tadi." Jawab Erza.
"Memangnya kenapa dengan yang lainnya?" Tanya Aarav yang masih tidak mengerti apa yang sebenarnya Erza maksudkan.
"Semua orang tidak ada yang peduli padaku. Mereka hanya mengatakan jika aku gila uang. Kenapa kamu bisa berfikir seperti itu?" Jelas Erza.
"Itu karena kamu tidak pernah mengatakan apapun pada mereka. Kamu seharusnya menjelaskan semuanya pada mereka, juga padaku." Ucap Aarav.
"Itu cerita yang rumit. Intinya aku membutuhkan banyak uang untuk menyambung hidup seseorang." Jawab Erza dengan senyuman pahitnya.
Aarav tidak tahu apapun tentang Erza. Dia hanya membutuhkan Erza untuk melindunginya. Tapi sekarang ini, dia benar-benar ingin tahu seperti apa kehidupan Erza yang sebenarnya.
"Sudahlah. Apapun itu, aku hanya percaya, jika itu untuk kebaikanmu. Sekarang kamu tidak perlu meminta sesuatu dariku. Katakan saja jika kamu membutuhkan sesuatu." Ucap Aarav.
"Terimakasih tuan Aaraaavvv... kalau begitu kedepannya aku tidak akan sungkan-sungkan lagi untuk meminta apapun darimu." Jawab Erza dengan senyuman manisnya yang begitu lebar.
Aarav menghela nafasnya, "seharusnya aku tidak pernah mengatakan hal itu padamu." Desis Aarav.
"Sudah terlambat.... Kamu tidak bisa menarik kata-katamu kembali." Jawab Erza dengan senyuman super manisnya.
Aarav lagi-lagi hanya menghela nafasnya. Dia sudah terlalu sering terjebak oleh kata-katanya sendiri yang selalu saja merugikan dirinya sendiri.
"Dia memang selalu bisa membuat ku tidak bisa berkata-kata..." Desisnya lagi seraya memberikan tatapan sebalnya pada Erza.
Sementara Erza justru tersenyum lebar padanya seolah jika dia tidak melakukan apapun yang membuat Aarav kesal padanya.
"tenang saja. aku akan menikahimu, jika tidak ada yang mau denganmu kedepannya..." ucap Erza.
"Cih! dia memang gila!" desis Aarav.
Erza justru tertawa terbahak-bahak mendengar itu.
"Dia benar-benar gila!"
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
Anna Aqila 🏚️ 🌺
penasaran dengan kehidupan pribadi erza
2021-08-29
0
ZAQUEN_JK
apa ibunya ayahnya adiknya hmm gw penasaran banget
2021-03-14
1
🌹🌺gemini🌺🌹
q pnsran deh tntg erza
2021-01-25
8