.
7
.
.
Tanpa mengeluarkan suara apapun, Erza menginjak kaki Aarav dengan sangat keras, dia bahkan tidak membiarkan Aarav menjerit kesakitan.
Erza juga menggigit bibir Aarav dengan keras, dia juga tidak membiarkan siapapun mengetahuinya. Dia membungkam mulut Aarav dengan mulutnya.
'kamu berani menciumku! Rasakan ini!' gerutu Erza dalam hatinya.
Aarav melepaskan ciumannya, dia benar-benar sudah tidak tahan menahan rasa sakit yang ada di kakinya dan juga bibirnya.
"Woah... Erza sangat liar. Dia sampai mengigit bibir paman Aarav..." Ucap Arrey saat melihat bibir Aarav berdarah.
"Kamu baik-baik saja Aarav?" Tanya Dio.
"Aku? Tentu saja aku baik-baik saja. Erza memang biasa seperti ini. Dia selalu saja tidak tahan untuk menggigit bibir ku, dia sangat tidak bisa menahan dirinya. Dia selalu gemas padaku. Bukan begitu Erza..." Aarav merangkul pundak Erza dengan begitu mesra.
Aarav juga mengecup pipi Erza di depan keluarganya. Dia sebenarnya hanya ingin berbisik di telinga Erza.
"Ikuti dramaku... Lakukan saja seolah kita adalah sepasang kekasih. Satu unit mini Cooper untukmu." Bisiknya.
"Mini Cooper?" Tanya Erza memastikan. Dia juga berbisik-bisik di telinga Aarav.
"Mm." Jawab Aarav singkat seraya tersenyum manis sembari membelai lembut pipi Erza.
"Aku mau!" Jawab Erza kembali berbisik.
Erza tersenyum lebar mendengar itu. Dia langsung memeluk erat tubuh Aarav.
"Sayang, maaf. Aku terlalu gemas saat menciummu. Aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menggigitmu." Ucap Erza dengan sangat manis.
Melihat itu semuanya benar-benar terkejut.
"Tidak apa-apa. Tapi jangan lakukan itu saat ada keluarga ku." Jawab Aarav seraya mengusap lembut rambut panjang Erza yang terikat seperti ekor kuda.
"Kalian benar-benar berpacaran?" Tanya Dio.
"Benar pah... Selama hampir satu bulan. Hanya saja aku tidak mengatakannya atau memperlihatkan kemesraan kami. Kami justru berpacaran dengan cara yang berbeda. Kami terlihat saling kesal, saling membenci, tapi pada dasarnya kami saling mencintai." Jawab Aarav.
"Aku benar-benar terkejut mendengar dan melihat ini. Tapi mendengar kalian benar-benar berpacaran, aku merasa lega." Dio tersenyum lebar pada putranya yang juga sedang tersenyum lebar padanya.
"Aku juga senang melihat Aarav sudah menemukan tambatan hatinya. Walaupun aku ingin menjodohkannya dengan Meli, tapi aku tidak bisa memaksakan perasaan seseorang. Aku sendiri juga tidak mau di jodohkan. Aku memilih calon kekasihku sendiri dan pada akhirnya aku memilih istriku sendiri. Pilihan sendiri jauh lebih baik, karena kita mengenali benar-benar seperti apa pasangan kita." Ucap Arya
"Omongan-mu kali ini ada benarnya Arya! Tumben! Tapi melihat kelakuan putramu sendiri membuatku merasa migrain." Desis Dio.
"Jangan membawa dia dalam pembicaraan ini. Melihatnya saja aku merasa jika aku sedang melihat diriku sendiri saat se usianya. Itu ternyata mengerikan. Aku ingin dia menjadi dokter. Tapi sepertinya dia akan lebih cocok untuk menjadi bidan saja." Jawab Arya.
Dio tertawa terbahak-bahak mendengar itu. Begitu juga dengan Bellan dan juga Aarav beserta Erza yang tidak bisa menahan tawa mereka.
"Enak saja! Aku ini mahasiswa kedokteran papa! Aku akan menjadi dokter spesialis anak, seperti nenek buyut Luna." Jawab Arrey sembari bersungut-sungut.
"Cocok! Dokter spesialis anak! Belum juga kamu menjadi dokter, anakmu sudah akan sangat banyak!" Jawab Bellan.
Arrey mengerucutkan bibirnya mendengar itu.
"Omayang Bellan... Aku tidak pernah melakukan hubungan seperti itu. Aku hanya mengoleksi mereka saja... Sungguh." Jawab Arrey.
Bellan mendengus mendengar itu.
"Sudahlah... Aku lebih baik kembali bekerja. Mengurusi dirimu, membuatku merasa mual. Kalian pergi lah!" Ucapnya, "Kalian juga! Melihat kalian bermesraan membuatku merasa jengah!" Ucap Bellan pada Aarav dan Erza, dia beranjak dari kursi kerja suaminya untuk kembali ke pekerjaannya.
"Aku juga akan kembali ke kantor ku , sepertinya perjodohan ini tidak perlu lagi. Untungnya aku belum mengatakan hal ini pada kak Mela." Ucap Arya yang juga beranjak dari tempat duduknya.
"Sayang sekali. Padahal aku berniat untuk menjadikan Erza sebagai kekasih ku yang ke seratus tiga." Arrey menghela nafasnya lemah.
"Cih! Aku benar-benar ingin membunuhnya!" Desis Erza seraya menatap geram pada Arrey yang justru kembali mengedipkan sebelah matanya padanya.
"Aku akan menerimamu, saat kamu putus dengan paman Aarav. Jadi jangan khawatir. Okay?" Ucapnya.
Erza mengepalkan kedua tangannya.
"Aku benar-benar tidak tahan lagi untuk menghabiskannya!" Geram Erza, namun Aarav segera mengajaknya keluar dari ruangan kerja ayahnya dan bahkan tidak peduli jika masih ada kedua orang tuanya dan keluarganya yang masih ada di dalam sana.
"Kita pergi begitu saja?" Tanya Erza.
"Sudahlah. Jangan di pikirkan lagi. Aku sudah sangat muak berada di dalam sana. Mereka semuanya gila!" Jawab Aarav yang masih terus menggenggam erat tangan Erza untuk tetap mengikuti langkah kakinya untuk segera pergi dari sana.
"Kalian berdua! Berhenti!" Teriakan seseorang menghentikan langkah kaki keduanya.
"Meli... Kamu di sini?" Tanya Aarav saat melihat Meli yang sedang menatap tajam ke arahnya.
"Aku sengaja datang kemari karena aku mendengar pembicaraan paman Arya dengan paman Dio dan juga tante Bellan, mereka mengatakan jika kamu dan aku akan di jodohkan. Tapi aku justru mendengar penolakan mu!" Jawab Meli yang juga menatap tajam pada Erza.
"Maaf. Tapi aku hanya menganggap mu sebagai adik-ku sendiri. Aku tidak menyukaimu sebagai seorang perempuan." Jawab Aarav.
Di tahu jika Meli saat ini sepertinya benar-benar sedang marah padanya.
"Kenapa?" Tanya Meli.
"Karena aku tidak bisa menyukaimu." Jawab Aarav.
"Tapi kenapa harus Erza! Kamu menolakku hanya karena kamu memilih untuk menyukai Erza! Baiklah, dia memang tinggi seperti ku, tapi dia tidak secantik diriku. Dan kini... Aku harus kalah dari seorang gadis yang sama sekali tidak bisa memakai bedak dan lipstik! Lihat dia Aarav! Di tidak pernah memakai bedak atau kosmetik lainnya! Dia bahkan tidak pernah memakai parfum!" Meli melihat ke arah Erza yang sedang mencium kedua ketiaknya.
"Aku tidak bau." Jawab Erza.
Aarav tersenyum geli melihat itu.
"Lihat Aarav! Dia sangat bodoh!" sungut Meli.
"Jaga ucapanmu nona meli! Aku mahasiswi bisnis terbaik saat ini! Walaupun aku hanya mengikuti kuliah secara online, tapi nilaiku adalah yang terbaik! Enak saja mengatakan aku bodoh! Aku akan mencabut lidahmu!" Erza melotot ke arah Meli yang segera berlindung ke pada Aarav
"Aarav lihat! Dia sangat kasar! Apa kamu benar-benar buta?!" Meli benar-benar terlihat marah. Namun Erza masih saja bersikap santai.
"Cinta itu memang buta Meli." Jawab Aarav.
Meli menatap Aarav dengan tatapan tidak percaya.
"Kamu benar-benar sudah buta." Ucapnya seraya menggelang-gelengkan kepalanya.
"Sudahlah Meli. Aku sedang tidak ingin membahas tentang ini. Aku benar-benar lelah. Kenapa kamu tidak pulang saja dan beristirahat." Jawab Aarav.
"Tidak! Aku harus memastikan semuanya! Apa kamu benar-benar berpacaran dengan gadis yang tidak bisa berdandan ini! Kukunya bahkan tidak di warnai! Dia juga sepertinya tidak pernah keramas!" Mendengar itu Erza mengambil pisau lipat yang ada di saku celananya.
"Aarav!" Meli berlari ketakutan ke arah Aarav untuk melindungi dirinya.
"Aku akan benar-benar menarik lidahnya keluar, setelah itu aku akan memotongnya dan memberikannya pada anjing!" Geram Erza.
"Tenanglah. Kalian membuatku sakit kepala!" Aarav menatap keduanya yang sepertinya tidak bisa di satukan dalam satu tempat yang sama.
"Meli. Jangan lagi mengatakan hal buruk pada Erza. Atau dia akan benar-benar menarik lidahmu keluar! Dan kamu Erza, jangan mengeluarkan senjata apapun saat berbicara dengan keluarga ku. Dia adalah adikku. Anggap saja jika kamu sedang berhadapan dengan anak yang berusia dua tahun. Jangan di ambil pusing. Okay?" Aarav menatap keduanya yang masih saja bersikap saling melemparkan tatapan kebenciannya.
"Aku mengalah! Aku tidak rela jika kamu harus membandingkan ku dengan Erza! Dia bukan levelku! Lupakan saja jika aku pernah menyukaimu!" Jawab Meli.
"Iya. Itu bagus. Aku akan dengan mudahnya melupakan jika kamu pernah menyukaiku." Jawab Aarav
Mendengar itu Meli justru menangis sembari berteriak teriak.
"Aarav, kenapa kamu jahat sekali!" Teriaknya.
"Diam!!!!" Teriakan Erza menghentikan tangis Meli.
"Jika mengeluarkan tangisanmu lagi, aku benar-benar akan mencabut lidahmu!" Ancam Erza.
Meli segera menghentikan tangisannya. Dia segera menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Dia benar-benar kejam..." Desisnya.
Erza menatap Meli dengan jengah. Dia tidak tahu ,jika berpura-pura menjadi kekasih Aarav akan menjadi pekerjaan yang sangat sulit dan merepotkan untuk dirinya.
"Aku tahu, kalau Aarav tidak menyukaiku. Tapi aku tidak menyangka jika dia justru akan menyukaimu." Ucap Meli yang sudah mulai tenang.
"Aku juga tidak tahu, kenapa dia memilihku. Mungkin seperti yang kamu katakan tadi, dia mungkin memang sudah gila." Jawab Erza.
"Dia juga buta. Padahal jelas-jelas aku sangat cantik dan pintar berdandan." Tambah Meli.
"Benar, dia juga buta." Jawab Erza yang hanya mengiyakan apa yang meli katakan.
"Dia juga sangat bodoh! Bisa-bisanya dia menyukai gadis hutan!"
Erza melotot ke arah Meli yang segera kembali mendekati Aarav untuk berlindung dari Erza.
Melihat itu, Aarav segera mendorong tubuh Meli untuk menjauh darinya.
Meli menatap ke arah Erza yang masih saja bersikap seperti ingin benar-benar membunuhnya.
"Lupakan! Aku tidak tertarik lagi padanya. Untukmu saja, aku tidak suka dengan pria bodoh, pria gila dan pria buta! Terlalu banyak minus! Ambil saja untukmu. Dia cocok untuk gadis Tarzan sepertimu!" Ucap Meli dengan gaya anggunnya.
"Gadis Tarzan?!" Tanya Erza dengan ekspresi wajahnya yang sudah benar-benar geram dengan sikap Meli.
Dia bukan gadis yang bisa menahan kemarahannya. Dia adalah tipe orang yang memilih untuk menggunakan kekerasan dari pada mulutnya.
"Terserah! Intinya aku sudah tidak tertarik lagi pada Aarav. Dia milikmu seutuhnya sekarang! Aku tidak mau membuang waktu berharga ku lagi untuk berbicara dengan kalian yang tidak penting. Aku harus menjaga emosiku. Jika tidak, wajahku akan mudah berkerut. Itu adalah mimpi buruk.... Aku pergi dulu... Semoga kalian langgeng. Aku harus mendapatkan undangan pernikahan kalian yang pertama. Jika tidak, aku akan benar-benar marah." Ucapnya lagi seraya berjalan mendekati Erza.
"Jika kamu kesulitan untuk menghadapinya, hubungi aku, aku akan dengan senang hati membantumu untuk menghajarnya. Aku benar-benar ingin memukulnya! Mengerti!" Erza mengerjapkan matanya berkali-kali, dia masih tidak memahami apa yang baru saja Meli katakan padanya itu.
"Mulai sekarang, aku adalah kakakmu. Jangan sungkan untuk mengadu padaku, jika dia menyulitkan mu! Aku pergi dulu! Bye, gadis Tarzan adik-ku..." Meli berjalan dengan berlenggak-lenggok begitu anggun, seolah dia tengah berada di catwalk. Dia juga memakai kacamata hitamnya, untuk menyempurnakan penampilannya.
"Aku yakin ada yang salah dengan otak-nya." Ucap Erza yang terus menatap punggung Meli yang terus menjauh darinya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
Ilan Irliana
tuh melly napa dah??
2022-04-08
0
Anna Aqila 🏚️ 🌺
terbaik 👍👍👍👍👍
2021-08-29
0
Gadih Paris
ya ampun aku ngakak trs baca crtanya😂😂😂
2021-08-06
3