.
4
.
"Tuan Aaraaavvv... Apa dia kurang cantik? Dia sudah sangat cantik padahal..." tanya Erza.
"Aku tidak suka yang cantik. Aku lebih suka yang manis dan gurih. Kalau bisa yang hangat. Ada rasa coklat, stroberi dan keju." jawab Aarav.
"Itu roti bakar!" sungut Erza.
"Nah itu tahu. Sekarang kita ke kantor papa Dio. Aku harus menyelesaikan sesuatu." jawab Aarav.
"Baiklah tuan bodoh! kita akan ke kantor tuan Dio. Di kantin sana makanannya sangat enak. aku tidak sabar untuk makan." Dengan sangat bersemangat.
Erza bahkan sudah masuk dan duduk di kursi kemudi dengan senyuman lebar di wajahnya.
Aarav menggelengkan kepalanya melihat itu.
"Dia selalu saja bersemangat saat mendengar kata makan!" desisnya.
"Tuan bodoh! ayo!" teriak Erza pada Aarav yang masih saja berdiri di tempatnya.
"Cih! Dia benar-benar tidak tahu sopan santun!" desis Aarav lagi sembari berjalan memasuki mobilnya.
"Pasang sabuk pengamannya. Kita akan melayang di udara." ucap Erza seraya bersiap mengemudikan mobil aarav dengan kecepatan tinggi.
"Erza! pelan-pelan saja! Aku tidak mau mati bersamamu!" teriak Aarav begitu Erza membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Aku juga tidak mau mati denganmu. Tenang saja, aku akan membiarkanmu mati duluan." jawab Erza dengan tawanya.
"Dasar gadis gila! Pelan-pelan saja!" teriak aarav lagi.
"Tidak bisa. Kita sedang diikuti. Apa kamu tidak sadar? Itu adalah mobil yang sedari tadi mengikuti kita." jawab Erza.
Aarav melihat ke belakang, dan memang ada sebuah mobil yang terus mengikuti mobilnya.
"Sepertinya ada banyak orang yang menginginkan kematianmu. Sangat di sayangkan sekali...." Aarav tidak memperdulikan apa yang Erza katakan. di hanya ingin fokus melindungi dirinya.
Selama ini dia hanya fokus belajar dan tidak pernah berhubungan dengan dunia luar seperti itu. Saat itu keinginannya sangat kuat untuk menjadi seorang jaksa. Agar Bellan, ibunya bisa mengakuinya jika dia memang pintar, dan tidak hanya bermulut pedas.
Sampai-sampai dia lupa cara untuk melindungi dirinya, dia tidak bisa berkelahi seperti pria pada umumnya, walaupun tubuhnya benar-benar sempurna bagi seorang pria.
"Erza! kita kemana? kenapa kita ke arah sini?" tanya Aarav.
"Aku ingin membawa mereka ke tempat yang sepi. Aku tidak bisa bertarung dengan mereka jika kita berada di keramaian." jawab Erza.
"Hei! apa kamu bodoh! kamu sengaja membuat mereka bisa menyerang kita!" gerutu Aarav.
"Apa tuan Aaraaavvv yang pandai ini bisa memikirkan cara lain? Kita akan menghindari mereka sampai mereka memikirkan cara untuk menghajar kita? Aku lebih suka menyerang dari depan." jawab Erza.
"Menyerang dari depan bagaimana?! kita...'
ciiiiit!
belum selesai Aarav mengatakan kata-katanya, sebuah mobil sudah menghadang mobilnya. Dan mobilnya harus berhenti secara tiba-tiba.
"Dengar ini, tuan Aaraaavvv..." Erza selalu saja memanggil aarav seperti itu. dengan menekankan nama Aarav dan bahkan memanjangkannya.
"Anda akan semakin terkenal. Karena kamu bisa melumpuhkan banyak penjahat yang mengejarmu. Kamu harus memberikan aku sebuah mobil. okay?" Erza tersenyum sembari keluar dari mobil
"Tetap di dalam. jangan keluar apapun yang terjadi! Mengerti!" ucap Erza sebelum akhirnya dia berjalan mendekati mobil yang menghadang mobil Aarav.
"Permisi pak... Kenapa tiba-tiba berhenti di depan mobil bos saya?" tanya Erza dengan sopan dan tersenyum manis pada dua orang yang ada di dalam mobil itu.
kedua pria itu keluar dari mobil mereka. Dengan cepat, salah satu dari pria itu menodongkan senjata api pada Erza.
"Jangan ikut campur gadis kecil... Aku hanya ada sedikit urusan dengan bos mu." ucapnya dengan senyuman menyeringainya.
Aarav terkejut melihat itu. Dia tidak menyangka jika pria itu memiliki senjata api.
Erza tertawa kecil, "apa kamu pikir aku takut dengan mainan ini?" ucapnya.
"Kamu terlalu sombong bukan, gadis kecil..." ucap pria itu kembali dengan tawanya
Diikuti oleh pria yang satunya yang juga menertawakan Erza.
"Aku memang sombong. Tapi aku bukan gadis kecil!" jawab Erza.
Dengan secepat kilat erza menarik pedangnya yang dia bawa di punggungnya dan mengayunkannya dengan sangat cepat hingga menebas tangan pria yang menodongkan pistol ke arahnya.
"Astaga!!!" Aarav menutupi mulutnya dengan kedua telapak tangannya, dia tidak menyangka jika Erza akan memotong tangan pria itu hanya dengan sekali tebas.
"Dia benar-benar kejam!" Aarav bergidik ngeri melihat bagaimana Erza melakukannya tadi.
"Argh!" pria itu memegangi tangannya yang sudah tidak bisa dia selamatkan lagi.
"Tadi itu tanganmu, kali ini lehermu. Bagaimana?" tanya Erza dengan senyuman menyeringainya.
Erza melihat ke arah pria yang satunya lagi.
"Nanti ada giliran untuk mu juga. jangan khawatir. okay?" ucapnya dengan basa menggemaskannya, seolah-olah dia sedang mengajak pria itu bermain bersamanya.
"Gadis gila!" teriaknya seraya bersiap untuk pergi dari sana, namun Erza dengan cepat melompat ke atasnya dan menendangnya hingga pria itu tersungkur ke tanah lembab yang ada di sebuah kebun yang sepi
"Jangan lari. kita bahkan belum bersenang-senang." ucapnya sembari menendang kepala pria itu dengan keras hingga dia tidak sadarkan diri.
"Ckk... Sudah pingsan? kenapa cepat sekali. aku bahkan belum memukulnya." Erza menghela nafasnya.
Kini Erza sudah kembali mendekati pria yang menodongkan pistolnya padanya tadi.
"Sebelum kita bersenang-senang, aku ingin bertanya padamu. Siapa yang menyuruhmu?" tanya Erza.
"Jika kamu tidak menjawabnya, maka aku tidak bisa menyelamatkan lehermu." ancam Erza lagi.
"Tu-tuan Irwan Pratama... Dia yang menyuruh kami. Dia mengatakan jika dia sampai di penjara kali ini, maka kami harus melenyapkan jaksa itu." jawab pria itu.
Aarav kini sudah ada disana, dia merekam pembicaraan tadi, dan kini dia sudah memiliki buktinya.
"Erza... Sudah cukup. aku juga sudah menghubungi polisi. Kita sebaiknya segera tinggalkan tempat ini." ucap Aarav.
"Lalu, bagaimana dengan tangannya yang putus?" tanya Erza.
"Kamu yang melakukannya. Kamu yang akan bertanggung jawab." jawab Aarav.
"Oh... jadi aku juga harus bertanggung jawab? Bagaimana jika saksi dari kejadian ini aku bunuh saja?" Erza tersenyum menang pada Aarav yang hanya bisa menghela nafasnya.
"Kamu tidak pernah membunuh siapapun Erza... ayo kita ke kantor papa Dio saja. Mereka tidak akan bisa kemanapun. Aku yang akan mengurus semuanya." jawab Aarav.
"Okay... Aku juga sangat lapar." Erza berjalan mendahului Aarav untuk segera masuk ke dalam mobil.
Aarav melihat mobil polisi yang sedang bergerak menuju ke sana.
"Ayo." ucapnya seraya masuk kedalam mobilnya.
Tanpa menunggu apapun lagi, Erza sudah mengemudikan mobil Aarav untuk menuju ke kantor perusahaan milik keluarganya.
"Tuan bodoh... Kamu tidak takut padaku?" tanya Erza.
"untuk apa aku takut padamu. Keluarga ku yang membayar mu. Aku juga yang selalu saja membayar makananmu. Bahkan uang bensin motormu! Padahal kamu sudah mendapatkan bayaran mu! Dasar rakus!" Mendengar itu Erza tersenyum kecut.
"Kamu tidak tahu rasanya seperti apa, saat memiliki seseorang yang kamu sayangi membutuhkan banyak uang hanya untuk menyambung hidupnya." jawab Erza.
"Apa maksudmu?"
"Tidak ada. Aku hanya mengatakan sesuatu yang tidak penting! Lebih baik kita pikirkan tentang makanan apa yang akan kita makan nanti." jawab Erza.
Aarav masih menatap Erza penuh dengan pertanyaan tada di kepalanya, tapi sepertinya Erza menghindarinya untuk menjelaskan semuanya padanya.
Dia memang tidak peduli dengan latar belakang Erza, yang penting Erza bekerja dengan baik, itu adalah yang dia butuhkan. Itu sebabnya Aarav tidak pernah tahu kehidupan seperti apa yang Erza jalani.
"Tuan Aaraaavvv.... Bajuku sobek... Lihatlah... Sepertinya anda harus membawaku berbelanja..." Erza tersenyum begitu manis pada Aarav sembari menunjukkan lengan kemejanya yang sedikit sobek.
'Shit! kenapa dia terlihat seperti roti bakar yang manis, gurih dan hangat... Melihatnya seperti itu, aku jadi ingin memakannya.' batin aarav.
Namun dia segera menggeleng-gelengkan kepalanya untuk menghilangkan bayangan gila yang ada di otaknya.
"Bagaimana tuan Aaraaavvv..."
Aarav mendengus mendengar lagi-lagi dirinya sepertinya akan di peras oleh penjaganya
"Tipe orang sepertimu lah, yang membuat seseorang berfikir lima kali sebelum memberikan perhatian padamu!" sungutnya.
Mendengar itu Erza hanya tersenyum lebar pada Aarav. Dia memang sangat suka melihat Aarav yang kesal seperti itu padanya. Ada kepuasan tersendiri yang dia dapatkan dengan menatap wajah tampannya yang kesal.
"Terimakasih tuan Aaraaavvv... Tenang saja, aku akan menggunakan kartu kredit mu dengan sangaaat baik" ucapnya dengan begitu manis.
"Hei! aku tidak berkata ingin memberikan kartu kredit ku! Aku juga tidak berencana untuk membelanjakan mu!" jawab aarav
"Lalu, kamu berencana untuk mencicipi pedangku?" tanya Erza yang berisi ancaman.
"Shit! Aku benar-benar tidak bisa menolak apapun keinginan mu! Lama-lama aku bisa bangkrut!" gerutu Aarav.
Mendengar itu Erza hanya tersenyum lebar. Dia terlalu bahagia melihat wajah kesal Aarav yang menggemaskan itu.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
desakpadna
jd yg bos siapa😂
2022-07-08
0
Anna Aqila 🏚️ 🌺
Aarav g bisa berkutik didepan bodyguard nya 😄😄😄😄😄
2021-08-27
1
Butterfly💞💞
la ini anaknya Dio sama bellan,,,,,la kisah bellan sama Dio dicerita apa thorrr Napa aku baca kebalik balik 😁
2021-05-03
0