.
11
.
"Tuan Aaraaavvv.... Bagaimana jika membantuku pindah ke apartemen yang baru kamu berikan padaku?" Tanya Erza setelah dia mengantar Aarav ke rumahnya.
Kini keduanya sedang duduk di kursi yang ada teras depan rumah keluarga Aarav
"Tidak bisa, adik-ku akan kembali malam ini. Aku mungkin akan menjemputnya ke Bandara." Jawab Aarav. Pada dasarnya Aarav memang tidak ingin membantu Erza untuk pindahan.
"Apa aku perlu mengantarmu?" Tanya Erza.
"Boleh. Kamu memang sudah seharusnya mengantarku. Kamu juga termasuk supir ku, jadi kamu harus mengantar ku kemanapun aku pergi. Lagi pula akan sangat berbahaya, jika aku sendirian." Jawab Aarav.
"Baiklah. Aku juga tidak terlalu banyak membawa barang-barang saat pindahan. Hanya beberapa pakaian saja. Aku bisa membeli yang baru, jika aku memang membutuhkan sesuatu. Kan ada tuan Aaraaavvv yang akan membelikannya untuk-ku kan?" Erza mengedipkan sebelah matanya pada Aarav yang hanya bisa mendengus kesal padanya.
"Terserah! Kita makan dulu. Aku terlalu lelah, sidang kali ini bahkan di tunda, karena tiba-tiba saja tersangka berpura-pura sakit!" Jawab Aarav.
"Tugasmu sangat berat. Sebenarnya jika saja aku bisa meminta bantuan padamu... Aku juga memiliki sesuatu yang ingin ku cari kebenarannya." Erza memaksakan senyumnya pada Aarav.
"Jika kamu memang membutuhkan bantuan dari polisi atau petugas hukum yang lainnya, kamu bisa datang dan mendaftarkan diri. Ceritakan semuanya secara detail. Kami pasti akan membantumu." Jelas Aarav.
"Itu sulit. Polisi sudah tidak menutup kasus ini sejak lama, dan ibuku harus menjadi korban dari ketidakadilan itu." Erza mengepalkan tangannya, dia juga menggeretak-kan gigi-giginya dengan keras, saat ini dia benar-benar marah.
Aarav melihat kemarahan dan juga kesedihan yang mendalam dari mata Erza.
'aku sepertinya benar-benar harus mencari tahu, siapa Erza sebenenrnya. Dan seperti apa masa lalunya, bahkan keluarganya. Aku harus segera menghubungi teman detektif ku.' Ucap Aarav dalam hatinya.
"Aku akan membantumu, jika kamu menceritakan semuanya dengan jelas. Jika bahkan itu benar. Kita akan mencari bukti-bukti yang kita perlukan. Dan kita bisa memberikan keadilan bagi ibumu." Ucap Aarav.
"Tapi... Aku takut, jika kamu juga sama saja seperti petugas hukum yang lainnya. Sama seperti mereka yang tidak mau mendapatkan keadilan bagi kami, hanya karena kami miskin." Erza menatap Aarav, "aku tidak mau sampai membencimu."
Mendengar itu Aarav menatap dalam mata Erza. Dia merasakan begitu besar kesedihan, dan juga kemarahan yang menjadi satu.
'mungkin itulah yang menjadikannya berdarah dingin.' batin Aarav.
"Kalau begitu, yakinkan dirimu dulu, apakah aku bisa membantumu atau tidak. Lagi pula aku sudah sangat kaya raya. Aku cucu dari anak sulung keluarga Darma. Danu Darma. Aku juga cucu dari keluarga Baskara dan Sanjaya. Mereka semua adalah keluarga bisnis terbesar dan terkaya. Aku tidak butuh clien kaya raya untuk menambah kekayaan ku. Jadi jangan khawatir." Aarav tersenyum sembari mengusap lembut puncak kepala Erza.
Hati Erza terasa hangat, hanya dengan mendengar ucapan dari Aarav yang terdengar seperti sebuah candaan.
"Tuan Aaraaavvv... Jangan terlalu baik padaku. Aku akan berfikir jika kamu menyukaiku." Ucap Erza.
Aarav segera menarik tangannya dari kepala Erza.
"Siapa yang akan menyukai gadis gila dan dingin seperti mu?!" Jawab Aarav seraya mendengus pada Erza.
Melihat itu Erza tertawa geli.
"Dengar! Jika sampai kamu benar-benar menyukaiku. Kamu harus memberikan seluruh kekayaan mu padaku. Mengerti?!" Erza tersenyum lebar pada Aarav yang hanya menatapnya dengan jengah.
"Kepalaku pusing mendengar ucapan mu! Sebaiknya kita makan saja. Mbak Siti mungkin sudah mempersiapkan makanan yang enak. Ayo!" Aarav beranjak dari tempat duduknya, dan dengan begitu bersemangat Erza berlari kecil mengikutinya.
"Tuan Aaraaavvv... Jam berapa kita akan menjemput adik mu?" Tanya Erza saat mereka berdua sedang berjalan menuju ke ruang makan.
"Dia berangkat tadi pagi, dan sekitar 18 jam perjalanan. Jadi tengah malam kita berangkat." Jawab Aarav.
"Baiklah. Tapi... Aku penasaran dengan adikmu ini... Apa dia tampan seperti mu? Atau lebih tampan?" Tanya Erza lagi. Dia memang sangat penasaran dengan rupa adik dari Aarav yang belum pernah dia temui.
"Dia... Yang jelas kalah tampan dariku." Jawab Aarav.
Aarav sendiri juga belum pernah bertemu langsung dengan Adrian, walaupun dia sering melakukan panggilan video dengannya.
"Baiklah. Tapi aku rasa dia yang lebih tamapn darimu. Soalnya dari buku yang pernah aku baca... Anak pertama itu, kedua orang tua mu masih belum ahli dalam membuatnya. Jadi hasilnya juga belum bagus. Seperti kamu ini. Tapi anak kedua, mereka sudah berpengalaman dalam membuatnya, jadi hasilnya memang sudah pasti lebih bagus. Jadi aku simpulkan jika adik mu ini pasti jauh lebih tampan darimu." Ucap Erza
Pletakkk!
"Ouch! Shit!" Erza mengumpat saat tangan Aarav menjitak kepalanya.
"Sakit! Kamu ingin mati!" Sungutnya
"Lagian, kamu ngomong apa tadi! Enggak jelas! Dan sangat aneh! Buku mana yang kamu baca?! Apa ada orang gila yang akan membuat buku seperti itu?!" Jawab Aarav dengan berbagai pertanyaan yang membuat Erza hanya mengusap kepalanya saja.
"Lebih baik kamu makan saja! Otak kecilmu semakin tidak bisa di kendalikan!" Tambah Aarav seraya berjalan mendekati kursi yang ada di ruang makan, setelah itu dia duduk di sana.
Erza masih mengusap kepalanya, dia hanya menurut saja pada apa yang Aarav katakan. Lagi pula apa yang dia katakan tadi juga tidak ada bukti kebenarannya.
"Aku mungkin membaca buku yang salah." Ucapnya seraya duduk di sebelah Aarav.
Erza melihat banyak menu makanan yang ada di depannya. Itu semuanya adalah menu kesukaannya.
"Tuan Aaraaavvv... sepertinya kamu benar-benar mulai menyukai ku. Semua makanan ini kesukaan ku. Kamu pasti sengaja menyiapkannya untuk ku bukan?" Erza tersenyum lebar pada Aarav yang hanya menatapnya dengan jengah.
"Tidak sama sekali! Ini adalah menu kesukaannya mama Bellan. Jadi, sebaiknya kamu jaga pikiranmu. Lama-lama kamu membuat ku takut. Aku sama sekali tidak menyukaimu. Tapi kamu terus saja mengatakan jika aku jatuh cinta padamu. Aku sangat geli mendengarnya. Lagi pula, aku tidak suka dengan gadis yang kasar. Jadi jangan katakan itu lagi. Mengerti?" Erza memaksakan senyumnya.
Dia memang hanya bercanda dengan apa yang dia katakan tadi, tapi sepertinya Aarav mengatakan kata-katanya tadi dengan serius.
'rasanya sesak, setiap aku mendengar dia mengatakan hal ini. walaupun itu benar. tetap saja menyesakkan. kenapa aku harus merasakan rasa yang tidak nyaman ini? ini sangat menyebalkan! aku benar-benar membencinya.' ucao Erza dalam hatinya.
Dia masih terus memaksakan senyumnya pada Aarav yang masih saja terlihat serius dengan kata-katanya.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
Parwati amiin Parwati
erza kasian, sakit ati tau
2022-01-11
0
Baseng Lah
ada apa dengan masa lalu erza..🤔🤔🤔😐😐😐
2022-01-09
0
Anna Aqila 🏚️ 🌺
nyesek ya za 😔
2021-08-29
0