.
9
.
"Aarav... Adikmu pulanh malam ini. Dia akan sampai 18 jam lagi. Kamu harus menyambutnya. Dia pasti sangat merindukanmu. Kamu juga pasti sangat merindukannya bukan?" Aarav menganggukan kepalanya.
Apa yang ibunya katakan memang benar. Dia sangat merindukan adiknya itu. Saat itu dia masih berumur sekitar sepuluh tahun, tapi Hana dan Nathan membawanya ke Roma untuk ikut bersamanya mengelola perusahaannya di sana.
Sekarang ini, dia baru saja lulus menajdi sarjana, di usianya yang baru 20 tahun.
"Dia pasti sudah besar dan pasti tinggi. Seperti mama dan papa." Jawab Aarav.
"Kamu juga tinggi dan juga sangat tampan. Kamu yang paling terlihat sempurna Aarav. Sayangnya kamu tidak bisa berkelahi hanya untuk melindungi dirimu sendiri. Untungnya Erza mau menjadi pengawal mu, dan bahkan mau menjadi kekasihmu. Jika aku menjadi Erza, aku lebih memilih menendang wajah mu dengan keras!" Bellan menatap wajah putranya yang terlihat kesal dengan kata-kata dari ibunya itu.
"Apa?! Makanlah sarapanmu! Kekasihmu akan datang sebentar lagi. Aku juga tidak menolaknya untuk menjadi kekasihmu. Dia gadis yang pintar dan sangat kuat. Hanya saja dia terlalu kejam. Aku sangat takut saat dia begitu saja mengayunkan pedangnya, walaupun dia tidak sampai membunuh seseorang, tetap saja aku sangat takut melihat pedang panjangnya." Bellan bergidik ngeri saat melihat Erza selalu saja menggendong pedangnya, seolah-olah itu adalah ranting pohon.
"Katakan padanya untuk meninggalkan benda berbahaya itu!" Tambahnya.
"Tidak bisa ma... Itu sudah seperti jiwanya. Dia akan lemah, saat dia tidak membawanya bersamanya." Jawab Aarav.
"Terserah. Kalau begitu, kamu bisa mengatakan padanya untuk tidak membawanya saat dia bertemu dengan ku dan keluarga kita bukan?" Aarav menganggukkan kepalanya.
Dia memang sudah sangat sering menyuruh Erza untuk meninggalkan pedangnya. Tapi tetap saja dia tidak mau mendengarkannya.
'aku hanya perlu menambahkan uang jajan untuknya. Dia pasti akan segera menyetujui apapun yang aku katakan.' ucap Aarav dalam hatinya.
"Habiskan makananmu. Mama pergi dulu. Mama masih banyak pekerjaan. Mama juga harus menyiapkan acara kecil-kecilan u yang masih menyambut kedatangan Adrian." Ucap Bellan.
"Iya ma... Mama hati-hati. Tapi papa dimana ma? Dia tidak kelihatan di mana-mana. Apa mama menguncinya di toilet?" Mendengar itu Bellan memutar bola matanya jengah.
"Tidak! Aku menggantungnya di balkon kamar!" Jawab Bellan dengan wajah sebalnya.
Aarav tersenyum lebar.
"Bercanda ma..." Ucapnya.
"Tapi aku serius. Aku menggantungnya di sana." Jawab Bellan.
Aarav terkejut mendengar itu.
"Mama benar-benar menggantung papa di balkon?" Tanyanya.
"Iya... Aku menggantung bajunya yang bau di sana." Jawab Bellan seraya berjalan untuk keluar dari rumahnya.
"Tutup pintunya, bik Siti sedang ke pasar. Jangan lupa untuk menutupi semua makanan." Ucap Bellan sebelum akhirnya dia keluar dari rumahnya.
Aarav hanya menghela nafasnya, setelah itu dia kembali menikmati sarapannya.
"Tuan Aaraaavvv...." Suara manis Erza terdengar.
Aarav kembali menghela nafasnya, begitu dia mendengar itu.
"Masuklah. Ikut aku sarapan." Jawab Aarav yang sudah pasti akan di dengar oleh Erza.
Aarav terkejut saat melihat Erza yang begitu cepat sudah ada di sebelahnya. Erza duduk di kursi yang ada disampingnya, bahkan kini dia sedang bersiap untuk mengambil makanan ke piringnya.
"Cuci tangan mu dulu!"
Erz hanya mengambil sesuatu dari saku waist bag yang tergantung di pinggangnya.
Erza memakain hand sanitizer untuk menggantikannya mencuci tangannya.
"Aku sudah bersih tuan Aaraaavvv..." Ucap Erza.
"Terserah! Makanlah semuanya yang kamu inginkan. Ini akan menghemat uang-ku, karena kamu tidak akan merengek kelaparan dan memintaku untuk membelikan kamu makanan!" Jawab Aarav.
"Terimakasih tuan Aaraaavvv... Aku juga akan membungkusnya jika begitu. Aku tidak akan sungkan-sungkan." Erza tersenyum lebar pada Aarav yang hanya menatapnya dengan jengah.
"Tuan Aaraaavvv.. semakin kamu kesal padaku. Aku semakin senang untuk mempermainkan mu. Jadi, tersenyumlah..." Ucap Erza sembari tersenyum begitu manis pada Aarav.
"Apa jika aku tersenyum, kamu tidak akan mempermainkan ku lagi? Kamu tidak akan membuatku kesal lagi?" Tanya Aarav.
"Tentu saja.... Aku akan semakin mempermainkan mu, agar kamu kesal padaku. Melihat wajahmu yang kesal, membuat ku berkali-kali lipat lebih merasa hidup." Jawab Erza.
"Dasar gadis gila!" Sungut Aarav. Dia tidak mengerti dengan apa yang salah pada otak Erza, yang sampai-sampai membuatnya seperti itu.
"Erza... Jangan banyak bicara lagi! Selesaikan makananmu, setelah itu kita harus segera berangkat kerja." Ucap Aarav, dia memilih untuk mengakhiri perdebatannya dengan Erza yang hanya akan menyita banyak waktu berharganya.
"Baiklah. Aku akan menghabiskan makanan ku, setelah itu kita bisa pergi bersama." Jawab Erza.
Tidak butuh waktu lama, Erza bisa menghabiskan makanan yang ada di piringnya yang Bahkan terlihat seperti gunung Semeru.
"Kenapa kamu tidak gemuk, padahal makan-mu banyak?" Tanya Aarav
"Itu karena aku menggunakan tenagaku untuk bekerja keras melindungimu tuan bodoh!" Jawab Erza.
"Hei! Aku ini adalah seorang jaksa! Aku yang tebaik dari yang terbaik! Jangan memanggilku seperti itu lagi, atau aku akan memecatmu!" Ancam Aarav.
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak memecatku sekarang saja. Aku akan dengan senang hati melakukannya." Jawab Erza dengan santai.
Mendengar itu Aarav hanya bisa pasrah untuk tidak lagi berdebat dengan Erza, yang sudah pasti akan bisa mengalahkannya. Sejauh ini hanya ada satu orang yang bisa mengalahkannya, yaitu hanya Erza saja.
"Sudahlah! Bereskan semuanya! Tutup dengan tepat semua makanannya." Perintah Aarav
"Baik tuan Aaraaavvv..." Jawab Erza yang sudah kembali terdengar begitu manis.
"Erza... Jangan lupa untuk menutup pintunya." Tambah Aarav.
"Iya tuan Aarav. Apa aku juga harus mengurungmu di kamar kecil?" Tanya Erza. Dia tidak suka dengan cara Aarav menyuruhnya dengan seenaknya.
"Erza... Kenapa kamu sangat cepat sekali marah?"
"Karena aku memang bukan orang yang sabar." Jawab Erza.
Mending itu Aarav tidak lagi bisa mengatakan apapun lagi. Dia memilih untuk kelar saja dari rumahnya, dan menunggu Erza di mobilnya.
Tidak perlu menunggu lama untuk menunggu Erza melakukan perintahnya. Aarav akan melihat Erza lima menit setelahnya memberikan perintah padanya.
"Ayo kita berangkat sekarang." Ajak Aarav saat melihat Erza sudah memakai sabuk pengamannya.
"Baik tuan Aaraaavvv... Kita berangkat sekarang." Jawab Erza sembari mulai mengemudikan mobil Aarav.
Aarav tersenyum saat melihat pemandangan jalanan yang ada di sampingnya. Walaupun hanya pemandangan biasa saja, tetap saja dia merasa sangat senang saat melihatnya.
"Erza! Bukankah itu Meli?" Tanya Aarav saat dia melihat meli yang sedang berbicara dengan beberapa orang pria dan sepertinya, orang-orang itu bukanlah orang baik-baik.
"Iya... Sepertinya dia terjebak dengan pria bedebah itu! Aku harus membantu kakak cantik bukan?" Erza tersenyum lebar dan segera bersiap untuk berolahraga pagi ini.
"Aku siap!" ucapnya setelah merenggangkan otot-otot tubuhnya
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
Anna Aqila 🏚️ 🌺
tunjukkan aksi mu erza
2021-08-29
1
sunshine
tuh kan aarav, dulu suka debat ama bellan. eh sekarang ada erza 😂😂
2020-12-19
3