.
5
.
"Tuan Aaraaavvv... apa aku sudah terlihat cantik?" tanya Erza saat dia mencoba kemeja barunya yang di belikan oleh Aarav.
Erza menirukan gaya Meli saat berjalan, dan itu membuat Aarav ingin muntah melihatnya.
"Jangan bertingkah seperti itu. kamu membuatku bukan hanya ingin muntah pelangi, tapi aku juga ingin k*ntut pelangi." jawab Aarav.
"Sadis dan pedas! seperti biasanya." Erza mendengus pada Aarav yang terus saja melihat pada jam tangannya.
"Apa kamu sedang buru-buru?" tanya Erza.
Mendengar itu Aarav tersenyum begitu manis, namun senyuman itu jelas merupakan sebuah kemarahan dan kekesalannya.
"Tidak Erza sayang... Aku hanya sedang memperhatikan betapa bagusnya jam tangan mewah yang ada di tanganku. Melihatnya berdetak membuatku ingin menjualmu dan uangnya aku gunakan untuk membeli ini." jawab Aarav.
Mendengar itu Erza terkikik geli.
"Kalau itu jual aku ke pria kaya yang tidak pelit. Dia juga harus tampan, dan dia tidak boleh pria yang sudah beristri. Yang jelas, dia harus pria lembut yang tidak pernah berkata pedas. Bagaimana?" Aarav kembali mendengus pada Erza yang selalu saja bisa membuatnya naik darah hanya dengan mendengar nafasnya saja.
"Bisakah kamu lebih lambat lagi Erza?" tanya Aarav dengan begitu lembut dan senyuman manisnya. Namun jelas jika itu adalah kebalikannya.
Namun bukan Erza namanya, jika dia tidak bisa membuat Aarav mati kesal karenanya.
"Tentu saja tuan Aaraaavvv... aku akan membuka satu persatu kancing bajuku dengan sangat perlahan. Satu kancing satu menit. Apa itu sudah cukup lama?" tanya Erza.
Aarav menatap jengah padanya. dia memang tidak akan pernah menang menghadapi gadis gila yang ada di hadapannya saat ini.
"Erza! Sudah cukup! Aku buru-buru!" jawab Aarav.
"Sungguh? Apa kamu sudah tidak tahan?" tanya Erza dengan nada bercandanya.
"Erza!"
"Iya tuan Aaraaavvv... kenapa kamu sangat suka berteriak memanggil namaku! orang lain akan salah paham jika aku mendesah saat ini!" mendengar itu aarav melihat ke sekelilingnya. ucapan Erza yang tadi benar-benar mengerikan dan membahayakan.
"Diamlah Erza! Atau orang-orang akan berfikir jika aku adalah pria mesum! bisa hancur image ku sebagai seorang jaksa muda yang tampan dan sangat berkelas!" desis aarav.
Erza tertawa geli mendengar itu.
"Katakan jika ku cantik. Aku akan menuruti mu." ucap Erza.
"Cih! Cantik darimana! Aku bahkan tidak bisa membedakan mana kamu dan mana kantong kresek!" jawab Aarav.
"Woaaah! Tuan Aaraaavvv... Anda sepertinya ingin mengibarkan bendera perang denganku. Aku bahkan bisa mendapatkan pria manapun hanya dengan sekali lirik. Bisa-bisanya... Waah! benar-benar membuat orang ingin mematahkan lehernya!" Aarav melotot pada Erza, dia segera memegangi lehernya yang mungkin akan benar-benar di patahkan oleh gadis gila yang ada di hadapannya saat ini
"Bukan begitu Erza... Maksudku adalah... Kamu terlalu cantik, sampai aku terlalu bodoh untuk bisa membandingkanmu dengan kantong kresek. seperti itu..." jelas Aarav yang justru membuat Erza semakin kesal.
"Aku benar-benar sakit hati! Aku akan membeli banyak barang untuk meredamnya." ucapnya seraya berjalan mengambil beberapa pakaian asal dan itu sangat banyak. Erza bahkan tidak peduli dengan pakaian apa atau harganya berapa dari pakaian yang dia ambil.
Setelah itu Erza berjalan ke arah kasir sembari meletakkan semuanya di sana.
"Tuan Aarav Baskara Darma yang akan membayarnya." ucap Erza
Aarav terkejut melihat itu, walaupun begitu dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Habislah sudah uang jajanku selama sebulan..." ucap Aarav dengan lemas.
.
Setelah berhasil menghabiskan banyak uang Aarav, Erza kini mengantar Aarav ke kantor perusahaan milik keluarganya.
"Tunggu di sini, jangan buat masalah! Ingat! Jangan mengeluarkan pedang!" aarav mengingat Erza yang selalu saja berbuat seenaknya.
Aarav keluar dari mobilnya, sementara Erza masih menunggu dengan patuh di dalam mobil Aarav.
"Iya tuan Aaraaavvv... Jangan khawatir... Aku tidak akan membuatmu kecewa. Pergilah." jawab Erza dengan sangat manis.
Melihat itu jantung Aarav berdetak begitu kencang.
'lagi... ini terjadi lagi... jantung ku teraasa lepas...' Aarav memegangi dadanya. Dia mencoba untuk menahan dirinya untuk tidak bereaksi berlebihan, atau Erza akan kembali mempermainkannya seperti biasanya.
"Tuan Aaraaavvv.... Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa aku terlalu cantik?" tanya Erza dengan sengaja di buat-buat agar terlihat genit. Dia sangat suka menirukan gaya Meli yang akan membuat aarav kesal.
pletakkk!
Aarav menjitak jidat Erza.
Dan itu membuat Erza membelalakan matanya.
"Beraninya!" Aarav tersenyum lebar. Seingatnya, ini pertama kalinya dia bisa menyentuh Erza seperti itu.
"Aku masuk dulu! kamu marah-marah saja dengan tembok yang ada di sana." Aarav menunjuk pada dinding pembatas area parkir dengan gedung yang ada di dalamnya. setelah itu dia berlari dengan cepat untuk masuk ke dalam kantor kedua orang tuanya.
"Cih! dia benar-benar ingin mati!" desisnya.
Erza melihat ke sekelilingnya, setelah itu dia keluar dari mobil.
"ini sangat membosankan! lebih baik aku mencari kopi hitam panas..." ucapnya.
Erza berjalan dengan santai untuk mencari kedai kopi atau cafe yang terletak dekat dengan posisinya saat ini.
Dia merasa sangat percaya diri dengan penampilannya saat ini, kemeja baru dengan celana jeans hitam yang panjang, membuat kakinya yang panjang terlihat begitu sempurna.
ciiiiit!
Erza terkejut saat tiba-tiba saja ada sebuah mobil yang berbelok ke arahnya.
"Woiii!" teriak Erza yang benar-benar merasa terkejut karena mobil itu hampir menabraknya.
"Keluar Brengsek!" teriak Erza pada pengemudi mobil.
Dua orang pria keluar dari mobil itu, satunya pria paruh baya yang masih terlihat begitu muda, dan yang satunya adalah pria muda yang Erza yakin, jika usianya sama sepertinya yang baru saja berusia sekitar 18 tahunan. Terlebih dia jelas terlihat seperti seorang mahasiswa.
"Tuan Arya... Maaf, aku kira siapa..." ucap Erza pada pria itu. Erza memaksakan senyumnya, dia merasa sangat tidak enak setelah dia berteriak pada mereka tadi
"Tidak apa-apa. Kamu pasti sangat terkejut. Kamu sampai memaki kami dengan sebutan 'brengsek!' tadi. Maafkan kami." jawab pria yang bernam Arya itu. Pria itu adalah anak menantu dari kakaknya ayah Aarav. Dan Erza mengenalnya karena memang sering bertemu di kantor perusahaan keluarga Aarav.
"Tidak apa-apa. Aku memang sedikit terkejut. Aku sungguh minta maaf karena sudah mengatakan itu tadi." Erza merasa sangat tidak enak pada Arya. Dia benar-benar tidak tahu jika mobil itu adalah mobil dari seseorang yang masih keluarga dengan Aarav.
"Erza... Tadi Arrey yang mengemudi. Dia masih suka ugal-ugalan. Sekali lagi aku minta maaf..." ucap Arya.
"Tidak apa-apa tuan Arya... tuan Arrey masih muda. Pasti masih bersemangat untuk kebut-kebutan. Aku bisa mengerti itu." jawab Erza.
"Baiklah Erza, aku masuk ke dalam dulu. Sekali lagi aku minta maaf." ucap Arya seraya berjalan masuk ke dalam gedung bertingkat yang ada di hadapannya saat ini.
Erza melihat ke arah Arrey yang sedang tersenyum menatapnya dengan tatapan aneh yang selalu para hidung belang lakukan saat melihatnya.
"Kenapa melihatku seperti itu?" tanya Erza.
"Tidak apa-apa. Kamu cantik. Mau kencan denganku?" Arrey mengedipkan sebelah matanya pada Erza.
Erza menatap tidak percaya pada pria muda yang ada di hadapannya.
"Dia benar-benar mesum di usianya yang masih sangat muda!" desis Erza.
"Maaf tuan Arrey. Aku sangat sibuk. Jadi... permisi!" Erza sengaja menabrakan pundaknya ke pundak Arrey dengan keras. dia tidak bisa menghajar Arrey, mengingat dia adalah keluarga inti dari Aarav.
"Awas saja! Aku akan mencongkel mata genitnya suatu saat nanti!" sungut Erza, "entah mirip siapa bedebah itu! Dia benar-benar mesum!"
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
Anna Aqila 🏚️ 🌺
tentu mirip Arya 🤣🤣🤣🤣
2021-08-27
0
☘𝐴ɴͪᴅͦʜᷤɪͭʀͤᴀᷝ͠ ⍣ᶜᶦᶠ
arya anak mu mirip bgt baaahaaa
2021-07-04
0
Liadys Al Aysah
lucu arraaavv mati kutu kalo udh dikuras
2021-04-03
0