.
2
.
"Iya. Aku kemari karena tuan Nathan dan nyonya Hana ynag terus memaksaku! Berterimakasih lah pada mereka. Jika tidak, kamu sudah mati hari ini!" jawab gadis bernama Erza Scarlett.
"Papa opa Nathan? dan mama Oma Hana yang menyuruhmu untuk datang kemari?" tanya Aarav memastikan.
"Cih! bukan hanya bodoh! tapi kamu juga Bolot!" desis Erza.
"Aku serius! Kenapa mereka menyuruhmu untuk datang kemari?" tanya Aarav lagi
"Apa lagi! Mereka ingin melindungi mu! Karena mereka tahu, jika kamu bodoh" jawab Erza masih dengan begitu santai juga terus saja mengatakan jika Aarav itu 'bodoh'
Aarav menatap sebal pada Erza yang begitu menganggap remeh dirinya.
"Katakan saja dengan jelas! Tidak perlu terus mengatakan jika aku bodoh!" geram Aarav.
"Baiklah! Aku disini karena mereka khawatir padamu, jika kamu mungkin akan dalam bahaya karena pekerjaan mu. dan ternyata benar. Kamu bahkan hampir saja mati! Dan kamu sama sekali tidak bisa melawan! Aku kini tahu jika kekhawatiran mereka..." Erza menatap remeh pada Aarav yang kini dengan kesalnya membenarkan letak dasinya.
"Aku tidak memerlukan mu!" jawab Aarav.
"Sungguh? Aku dengan senang hati akan pergi. Aku juga tidak perlu repot-repot membuang tenaga ku untuk melindungi mu. Aku juga tidak bisa menjamin jika kamu tidak akan ada dalam bahaya seperti ini lagi, kecuali jika kamu berhenti menjadi jaksa." jawab Erza dengan santainya. Dia justru tersenyum lebar pada Aarav yang hanya bisa menahan dirinya untuk tidak bereaksi berlebihan, karena sebenarnya dia masih merasa sangat takut dengan kejadian tadi. Dia takut jika hal seperti itu akan kembali terjadi lagi. Karena memang dia akan selamanya menjadi seorang jaksa.
"Baiklah. Aku pergi sekarang juga. Aku akan mengatakan pada tuan Nathan dan nyonya Hana, jika kamu tidak membutuhkan ku." ucap Erza lagi
"Sayang sekali... padahal mereka sudah membayar ku untuk setahun kedepan. Jika seperti ini, aku sangat beruntung..." tambahnya dengan ekspresi wajah yang terlihat begitu bahagia.
Mendengar itu Aarav terkejut, dia tidak menyangka jika kakek dan neneknya ternyata sudah membayar Erza selama setahun kedepan.
"Hei! Enak saja! Karena kamu sudah menerima bayaran untuk setahun kedepan! Kamu harus tetap bekerja padaku! Jika tidak, ku pasti akan memenjarakanmu!" ucap Aarav dengan nada mengancamnya.
"Seenaknya saja mau memasukkan ku ke dalam penjara!" Erza menodongkan pedangnya ke arah Aarav dan itu membuat Aarav benar-benar terkejut.
"Bu-bu-bukan begitu. Aku ini anak yang berbakti pada orang tua... A-a-ku tidak mau menolak pemberian yang di berikan olehnya. Jadi, aku menerimamu untuk menjadi pelindung ku." jelas Aarav dengan terbata-bata.
Erza Scarlett menurunkan pedangnya, dan kembali memasukkannya ke dalam sarungnya.
"Oh... kalau begitu aku akan kembali besok saat kamu menghubungiku." jawab Erza.
"Aku tidak akan menghubungimu. Kamu datanglah setiap hari ke rumah Dio Darma. Ikut aku kemanapun aku pergi. Aku bisa saja berada dalam bahaya setiap saat. Mengerti?" jelas Aarav.
Erza menganggukan kepalanya, "baiklah. Kalau begitu aku akan datang besok pagi. sekarang pulanglah! Aku masih ada urusan lain!" jawab Erza
"Bagaimana jika aku mendapatkan bahaya lagi di perjalanan ku menuju ke rumah?" tanya Aarav yang sebenarnya masih ketakutan dengan kejadian tadi.
"Shit! Kamu benar-benar penakut!" desis Erza lagi.
"Terserah! Tapi ini adalah pekerjaan mu!" jawab Aarav.
"Masuklah ke dalam mobilmu! Aku akan mengikutimu dari belakang dengan motorku!" perintah Erza sembari menaiki motornya.
Mendengar itu Aarav tersenyum lebar. Dia merasa aman, jika ada gadis dengan pedang panjang di tangannya itu.
Namun dia tidak mau menunjukkan kelemahannya itu padanya
"Okay!" jawab Aarav seraya berjalan mendekati mobilnya, setelah itu masuk ke dalamnya.
Aarav mulai mengemudikan mobilnya, diikuti oleh Erza yang menaiki motornya.
Mulai dari saat itu, Erza menjadi bodyguard Aarav, sampai sekarang sudah hampir tiga bulan dia terus di lindungi oleh Erza.
flashback off~
"Tuan bodoh..." suara Erza terdengar mengejutkan Aarav yang sedang membayangkan awal mulanya dia bertemu dengan Erza. Dan memang hanya Erza yang akan memanggil Aarav seperti itu.
Erza terlihat sedang turun dari motornya untuk menghampiri Aarav
"Aku adalah seorang jaksa! Bersikaplah lebih sopan!" gerutu Aarav.
"sorry tuan Aaravvv..." jawab Erza dengan senyuman manisnya.
"Kenapa kamu terlambat?" tanya Aarav
"Baru bangun tuan Aaravvv..." lagi-lagi Erza memanjangkan nama Aarav saat memanggilnya.
"Dasar pemalas! Aku sudah hampir terlambat karena kamu!"
"Berisik! Mau berkelahi denganku?!" tantang Erza yang sudah siap untuk menatik pedangnya dari sarungnya yang ada di punggungnya. Dia selalu membawanya seperti sebuah tas biasa baginya.
"Jangan keluar kan pedang jelek itu! Aku sudah melarangmu untuk membawanya! Kenapa kamu justru tidak mau mendengarkan ku?!" gerutu Aarav.
Dia benar-benar takut jika Erza sudah mengeluarkan pedang itu. Walaupun Erza tidak akan pernah membunuhnya, tetap saja dia takut.
Sudah lama juga dia tidak melihat pedang itu, karena Erza tidak pernah membawanya, tapi sekarang ini dia kembali melihatnya.
"Sepertinya akan ada musuh yang tidak terduga. Itu hanya instingku. Tapi itu selalu benar." jawab Erza.
"Terserah! Aku tidak mau melihat benda itu!"
"Kalau begitu, ambil saja jika kamu berani" jawab Erza.
Mendengar itu Aarav memilih untuk diam dan lebih baik segera saja mengurus pekerjaannya.
"Kita berangkat sekarang!" ucapnya.
Erza tersenyum menang. Dia selalu bisa membuat Aarav mengikuti apapun yang dia inginkan. Walaupun semuanya itu adalah untuk kebaikan Aarav sendiri.
Aarav sudah bersiap untuk memasuki mobilnya, namun dia menghentikan langkahnya.
"Satu lagi! Aku tidak mau menunggumu lgi seperti ini kedepannya! Kamu harus bisa datang tepat waktu!" ucapnya.
"Lalu, aku harus bagaimana? Jarak rumahku kemari lumayan jauh. Aku juga tidak tebiasa tepat waktu." jawab Erza dengan santainya.
"Tingalah di sini. Ada banyak kamar kosong. Adikku juga masih diluar negeri. Kamu juga bisa menemani mama jika sedang tidak bekerja." jawab Aarav.
"Apa? Tinggal di sini? Aku tidak mau!" tolak Erza dengan cepat.
"Kamu!" Aarav menghela nafasnya, dia tidak mengerti kenapa ada orang seperti Erza di dunia ini. Orang yang tidak pernah takut pada siapapun, dan selalu saja tidak hormat pada atasannya yang jelas-jelas merupakan orang yang seharusnya di hormati.
"Aku akan mencarikan tempat tinggal yang dekat dengan rumah ini. Bagaimana?" ucap Aarav.
"Satu unit apartement milik keluarga papamu. Yang ada di blok A. Bagaimana?" tanya Erza menyarankan.
Aarav menatap jengah pada gadis mata duitan yang selalu saja memerasnya hingga kering
"Blok C." jawab Aarav.
"Deal! Aku akan pindah ke sana malam ini. Jadi segera siapkan."
Lagi-lagi Aarav hanya bisa menghela nafasnya, dia bahkan tidak mengerti kenapa dia terus saja menurut pada apapun yang Erza minta.
"Kalau begitu ayo kita berangkat ke tempat kerjamu. Sudah terlambat kan? Kenapa masih saja berdiri di sana. Segera masuk mobil dan segera kita ke sana! Kenapa lamban sekali...." ucap Erza yang segera masuk ke dalam mobil Aarav dan seperti biasanya, dia akan duduk di kursi kemudi.
Mendengar itu Aarav hanya bisa kembali menghela nafasnya, dia sudah terlalu biasa menghadapi gadis kasar yang selalu saja melindunginya.
Setelah itu Aarav masuk ke dalam mobilnya dan duduk di sebelah Erza.
"Kita akan kemana?" tanya Erza.
Aarav menatap jengah padanya, dia tidak mengerti kenapa dia harus mau memperkerjakan seorang gadis yang masih saja mempertanyakan di mana tempat kerjanya, padahal sudah lebih dari tiga bulan dia selalu bersamanya.
"Ke tukang bubur ayam di pertigaan depan!" jawab Aarav kesal.
"Baiklah. Kebetulan aku juga belum sarapan." jawab Erza sembari mulai membawa laju mobil Aarav.
"Erza!" teriak Aarav
"Iya tuan Aaravvv..." jawab Erza dengan tawa kecilnya.
Dia hanya ingin membuat Aarav kesal padanya, karena menurutnya itu sangat lucu.
Melihat itu Aarav segera memalingkan wajahnya ke arah jendela mobil yang ada di sebelahnya.
"Kenapa dia sangat imut...." ucapnya dengan suara yang pelan.
"Tapi dia sangat kejam dan mengerikan saat sedang berkelahi..." Aarav bergidik ngeri saat dia mengingat kembali, dimana Erza menghajar sepuluh orang lebih hanya dengan tangan kosong, dan dia sendirian.
Aarav melirik sekilas ke arah Erza yang kini sedang fokus mengemudikan mobilnya.
"Dia pasti tidak sadar, kalau dia begitu manis." gumamnya.
"Aku sadar... Dan sangat menyadarinya tuan Aaravvv." jawab Erza dengan senyuman manisnya. Erza bahkan mengedipkan sebelah matanya pada Aarav, yang membuatnya tiba-tiba merasa jantungnya copot begitu saja.
Aarav menundukkan ke bawah seperti sedang mencari sesuatu.
"Apa yang kamu cari?" tanya Erza.
"Jantung ku... Sepertinya terjatuh."
"...." Erza tidak tahu harus mengatakan apa, dia yakin jika Boss nya itu sudah gila karena tuntutan pekerjaannya.
"Sayang sekali..." ucapnya sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 350 Episodes
Comments
desakpadna
asem ngakak sumpah pen nampol zi aarav 😂😂😂
2022-07-08
0
Parwati amiin Parwati
🤣🤣🤣🤣🤣🤭
2022-01-11
0
azka aldric Pratama
Bru x ini, MC cowo GK bisa bertarung 🤣🤣😂😂🤭🤭🤭🤭🤭
2022-01-08
1