Zean membawa Leona ke sebuah rumah sederhana yang ada di pinggiran kota. Pria itu menghidupkan menelan saklar lampu yang ada di dinding. Setelah lampu hidup, terlihat jelas keadaan rumah tersebut. Bukan hanya penataan barangnya saja yang tidak rapi. Tapi, barang-barang yang ada di dalamnya terlihat sangat berdebu. Seperti rumah yang sudah lama tidak di tempati.
Leona memperhatikan sekeliling rumah. Ini pertama kalinya bagi Leona berada di rumah kecil, sempit dan kotor seperti itu. Sejak lahir, Leona belum pernah bergaul dengan kalangan kelas bawah.
“Aku akan membuat minuman hangat untuk kita,” ucap Zean sambil membuka beberapa kain yang menutupi sofa.
Leona mengangguk pelan sebelum duduk di salah satu sofa. Wanita itu memandang ponsel milik Zean yang sudah di non aktifkan. Terakhir kali, ponsel itu hanya bisa menghubungi nomor Biao sebelum akhirnya mati karena kehabisan baterai.
Leona merasa sangat dingin. Rumah itu memiliki jendela yang terbuka hingga membuat angin malam masuk dengan bebas untuk memenuhi seisi rumah. Leona beranjak dari duduknya. Wanita itu ingin menutup jendela untuk menghalangi angin yang ingin masuk.
Namun, langkahnya terhenti saat melihat pemandangan indah kota Meksiko. Rumah itu terletak di dataran yang tinggi hingga membuat perumahan yang ada di bawahnnya terlihat jelas.
“Leona, apa yang kau lakukan di sana?” ucap Zean mengangetkan lamunan Leona. Pria itu membawa dua gelas teh hangat dan membawanya ke tempat Leona berdiri.
“Tadinya aku ingin menutup jendela karena anginnya terlalu dingin. Tidak di sangka, kalau di balik jendela ini ada pemandangan indah yang menyejukkan mata,” jawab Leona.
Zean mengangguk pelan. “Rumah ini adalah tempat persembunyianku jika berada dalam bahaya,” ucap Zean sebelum memberikan teh hangat itu kepada Leona. Mereka meneguk teh hangat itu secara perlahan untuk menghangatkan tubuh.
“Zean, apa kau tinggal sendirian?” Leona menatap wajah Zean dengan tatapan serius.
“Ya. Sejak kecil aku hanya memiliki Papa. Aku tidak memiliki ibu karena ibuku meninggal saat melahirkanku. Tapi....” Zean menatap wajah Leona dengan tatapan penuh arti.
“Tapi?” celetuk Leona penasaran.
“Papa juga meninggal saat aku masih kecil. Bahkan di saat aku belum bisa mengenal wajahnya.” Zean membuang tatapannya ke arah lain. “Seseorang dengan sengaja membunuhnya.”
Mendengar kata membunuh membuat Leona bergidik. Wanita itu memegang tengkuknya dengan rasa takut yang tiba-tiba saja muncul. “Kenapa seseorang itu tega melakukannya?” sambung Leona. Walau ia kini merasa takut, tapi tidak tahu kenapa. Rasa penasaran Leona lebih besar dari rasa takutnya.
Zean mengangkat kedua bahunya. “Aku juga tidak tahu, apa kesalahan papaku hingga wanita itu membunuhnya,” jawab Zean sebelum meneguk lagi teh buatannya.
“Wanita?” celetuk Leona sambil mengeryitkan dahi.
“Ya,” jawab Zean cepat. Pria itu menatap wajah Leona dengan ekspresi wajah yang berubah. “Bahkan saat ini wanita yang membunuh Papa masih bisa bernapas dengan tenang dan hidup bahagia,” ucap Zean dengan penuh penekanan.
Leona mengerjapkan matanya hingga beberapa kali. Kalimat yang diucapkan Zean seperti sebuah tuduhan untuk dirinya. Leona merasa canggung dan bingung saat itu. Di tambah lagi, kini ada sepasang mata yang menatap wajahnya tanpa berkedip.
Suara ketukan pintu membuat suasana hening itu berakhir. Zean memandang ke arah pintu sebelum melangkahkan kakinya. Pria itu kembali memastikan kalau belati miliknya masih ada di tubuhnya. Hanya itu senjata yang bisa ia gunakan jika tiba-tiba bahaya menyerangnya.
Zean membuka pintu secara perlahan. Seorang pria berdiri di depan pintu. Pria itu memberikan Zean sebuah tisu agar mereka bisa bersalaman. “Lima menit lagi mereka tiba di tempat ini,” ucap pria itu pelan sebelum menjauhkan wajahnya. “Ada 30 orang yang tinggal di sini,” sambung pria itu lagi. Ia memberi kabar kedatangan Biao dan pengawalnya.
Zean mengangguk pelan dengan wajah tidak suka. Pria itu kembali menutup pintu dengan gerakan cepat. Leona memandang Zean dengan wajah bingung. Wanita itu berjalan pelan mendekati posisi Zean berdiri.
“Ada apa? Siapa pria tadi?” tanya Leona bingung.
“Leona, aku harus pergi. Pria tadi meminta pertolonganku. Adiknya di culik oleh preman jalanan. Aku tidak bisa diam saja.” Zean tidak lagi memiliki waktu untuk membawa Leona kabur. Ia juga tidak ingin Leona menyadari rencananya secepat itu.
“Lalu, bagaimana denganku?” tanya Leona bingung.
“Keluargamu sedang dalam perjalanan ke sini. Kau tenang saja,” ucap Zean sebelum mengusap lembut pipi Leona. “Jika berjodoh, kita akan bertemu lagi.”
Leona hanya diam membisu. Sentuhan tangan Zean di pipi kanannya membuat perasaan aneh yang Leona sendiri tidak tahu apa itu.
“Aku mencintaimu, Leona. Sangat mencintaimu,” ucap Zean dengan penuh perasaan. Pria itu memutar tubuhnya dan pergi meninggalkan Leona sendiri di rumah kecil itu.
Leona memegang pipi yang sempat di sentuh Zean. Wanita itu mengukir senyuman bahagia. Ia tidak pernah merasa terbang melayang seperti ini sebelumnya.
Baru lima menit Zean menghilang di balik pintu, tiba-tiba pintu itu terbuka lagi. Leona sempat kaget ketika pintu itu terbuka secara tiba-tiba. Bahkan Leona sampai berteriak dengan suara yang sangat kuat karena syok.
Aleo dan Kwan berdiri di depan pintu. Setelah melihat kemunculan dua pria yang ia sayangi, Leona bisa kembali bernapas lega. Wanita itu memeluk tubuh Aleo sebelum memejamkan mata.
“Aku senang melihat kakak baik-baik saja,” ucap Leona dengan wajah bahagia.
Pasukan milik Biao masuk ke dalam rumah tersebut dan memeriksa keadaan di dalamnya. Biao ingin kembali memastikan kalau lokasi tersebut aman untuk tempat Leona bersembunyi.
“Kak, kau sendirian di sini?” ucap Kwan dengan wajah penasaran.
“Ada seorang pria yang menolongku. Tapi, saat ini ia telah pergi karena ada urusan yang harus ia selesaikan. Dia juga yang membantuku untuk menghubungi Paman Biao tadi,” ucap Leona tanpa mau menjelaskan kalau pria itu adalah Zean. Tidak tahu kenapa, Leona merasa akan muncul masalah baru jika ia membawa nama Zean di depan Kwan.
“Yang terpenting kau baik-baik saja, Leona,” sambung Biao dari belakang.
“Ya. Yang terpenting saat ini kau baik-baik saja,” ucap Aleo dengan senyum di bibirnya. Ia bisa kembali bernapas lega saat melihat adik tercintanya kini baik-baik saja.
“Ok. Karena Leona sudah ditemukan. Sebaiknya malam ini kita berangkat ke San Fransisco. Kalian bisa istirahat di rumah,” ucap Biao.
Aleo mengangguk setuju. “Ide yang bagus. Ayo kita berangkat.”
Leona dan yang lainnya berjalan pergi menuju ke arah mobil yang telah berbaris rapi. Mereka membawa Leona pergi meninggalkan tempat itu untuk berangkat ke San Fransisco.
Dari kejauhan, Zean menatap kepergian Leona dengan tatapan tidak terbaca. “Sepertinya perangkapku mulai berhasil. Sedikit demi sedikit, ia akan masuk ke dalam jebakanku,” gumam Zean di dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 367 Episodes
Comments
Marhaban ya Nur17
anaknya orang yg di bunuh Serena neh zean makanya kan balas dendam nya melalui leona
2025-03-23
0
Pia Palinrungi
mdh2 cinta dapat merubah semuax terumata dwndam zean sm keluarga leona yah thor
2022-02-17
0
Dini Ratna
ish..ish..
ky y gara2 zean nnt leona bakal jd lady mafia,wanita tangguh yg bisa bela diri dan senjata sama persis seperti serena waktu muda
2021-11-07
0